Umat sedharma yang dimuliakan,pelaksanaan yadnya bagi kita memang sudah terbiasa,namun kadang masih kebanyakan bersifat gugon towon hanya dilandasi oleh keiklasan dan sradha bakti,namun diera postmodern ini,kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat akan berpengaruh besar kepada pemahaman generasi muda dalam mengelola hidupnya termasuk kehidupan beragama akan semakin cerdas dan kritis, oleh karenanya mari kita belajar meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan kehidupan beragama salah satu contohnya pelaksanaan Perayaan hari Raya Galungan dan Kuningan sebagai berikut;
1.
ACUAN
- Keputusan Seminar Kesatuan
Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu disyahkan PHDI Pusat.
- Kidung Panji Amalat Rasmi
- Lontar Purana Bali Dwipa
- Lontar Sri Jayakasunu
- Lontar Sundarigama
2.
TUJUAN
Perayaan
Galungan dan Kuningan bertujuan mengingatkan umat Hindu agar senantiasa meme-nangkan dharma
dalam kehidupan sehari-hari. Dharma
adalah kecenderungan Trikaya parisuda yang disebut sebagai Daivi Sampad,
sedangkan kebalikannya, yaitu Adharma adalah kecenderungan sifat dan prilaku
keraksasaan atau Asuri Sampad.
Sanghyang
Tiga Wisesa berwujud sebagai Bhuta Dungulan, Bhuta Galungan dan Bhuta Amang-kurat
adalah symbol Asura Sampad yang ada dalam diri setiap manusia, yaitu
kecenderungan ingin lebih unggul (Dungul), kecenderungan ingin menang dalam per-tikaian
(Galung), dan kecenderungan ingin berkuasa (Amangkurat).
3.
RANGKAIAN UPACARA GALUNGAN
- Mulai hari Tumpek Wariga memuja Sang-hyang Sangkara,
memohon agar semua tumbuh-tumbuhan subur dan berbuah lebat. Upacara
dipusatkan di kebun, dan Sanggah Pamerajan.
- Coma Paing Warigadean. Memuja
Bhatara Brahma, memohon keselamatan diri. Upacara dipusatkan di Sanggah
Pamerajan.
- Wraspati Wage Sungsang (Sugihan
Jawa). Mensucikan Bhuwana Agung. Upacara dipusat-kan di Sanggah
Pamerajan,Pr.Dadia,Kahyangan Tigadan pura-pura lainnya yg dianggap perlu.
- Sukra Kliwon Sungsang (Sugihan
Bali). Mensucikan Bhuwana Alit. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan,
dan melaksanakan penyucian diri/mesayut di natar rumah.
- Redite Paing Dungulan
(Penyekeban). Anyekung jnana sudha nirmala, menggelar samadhi menguatkan
tekad memenangkan dharma krn hari ini turun Sang BhutaGalungan. Upacara
dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
- Coma Pon Dungulan (Penyajaan).
Menguatkan samadhi melawan pengaruh-pengaruh Asuri Sampad/nyajah godaan
Sang Bhuta Dunggulan,. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
- Anggara Wage Dungulan
(Penampahan). Jaya prakoseng prang, memenangkan Daivi Sampad. Upacara
mabeakala bagi seluruh keluarga untuk nampah godaan Sang Bhuta Amangkurat
. Hari in memasang penjor diluar
pekarangan rumah.
- Buda Kliwon Dungulan (Galungan). Memuja Ida Sanghyang Widhi atas asung wara nugraha-Nya
memberi kehidupan dan perlindungan bagi umat manusia. Upacara di Sanggah/Pamerjan
jam 06. Sembahyang bersamadi Pr. Dadia jam 07,Pr. Dalem jam 08 dan di
Puseh jam 09.30.
- Wraspati Umanis Dungulan (Manis
Galungan). Melakukan dharma santi, saling mengunjungi keluarga dan sahabat
serta saling maaf memaafkan. Di malam hari terus menerus sampai dengan
Sukra Wage Kuningan selama 9 (sembilan) malam melakukan samadhi Nawa
Ratri, berturut-turut memuja Bhatara Iswara, Mahesora, Brahma, Rudra,
Mahadewa, Sangkara, Wisnu, Sambu, dan Tri Purusha (Siwa, Sada Siwa, Parama
Siwa).
- Saniscara Pon Dungulan
(Pemaridan Guru). Ngelungsur upakara Galungan, membersihkan Sanggah
Pamerajan dan metirtha yatra.
- Redite Wage Kuningan (Ulihan).
Memuja Bhatara dan Leluhur menstanakan di pelinggih masing-masing. Upacara
dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
- Coma Kliwon Kuningan (Pemacekan
Agung). Nyomia Sanghyang Tiga Wisesa. Upacara di halaman rumah dengan
mesegehan.
- Budha Paing Kuningan. Pujawali
Bhatara Wisnu. Upacara di Sanggah Kemulan.
- Saniscara Kliwon Kuningan
(Kuningan). Memuja Ida Sanghyang Widhi dan Leluhur/ Dewa Hyang mohon agar senantiasa berada di jalan
dharma. Upacara di Sanggah pamerajan sebelum jam 12 siang agar getaran kesucian dan kekuatan Daivi Sampad merasuk kedalam diri kita.
- Buda Kliwon Paang (Pegatwakan).
Memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Sanghyang Suksma
Licin. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan. Hari ini merupakan akhir
rangkaian Galungan dengan mencabut penjor.
4.
PENJOR
- Penjor adalah upakara yang wajib disertakan pada setiap
hari raya Galungan, mulai ditancapkan pada Anggara Wage Dungulan dan
dicabut pada Buda Kliwon Paang.
- Makna penjor: Ucapan terima
kasih kepada Bhatara Maha Meru yang telah memberikan pengetahuan dan
kemakmuran kepada umat manusia.
- Kelengkapan dan arti simbol-simbol:
o Sebatang bambu sebagai simbol keteguhan hati untuk berbhakti
kepada Ida Sanghyang Widhi.
o Hiasan berbentuk bakang-bakang sebagai symbol Atarva Veda
o Hiasan berbentuk tamyang sebagai symbol Sama Veda
o Hiasan berbentuk sampyan sebagai symbol Yayur Veda
o Hiasan berbentuk lamak sebagai symbol Rg Veda
o Pala gantung, pala bungkah dan kain putih-kuning sebagai simbol
kemakmuran dan kecukupan sandang-pangan-perumahan
o Ubag-abig sebagai simbol kekuatan dharma
o Sanggah cucuk untuk menempatkan sesaji berupa tegteg daksina
peras ajuman
- Cara memasang penjor:
Sebelum penjor ditanam, lobang galian agar disucikan dengan banyuawang
kemudian didasar lobang diletakkan kwangen dengan uang 11 kepeng. Juntaian
ujung penjor mengarah ke “teben”,/jalan,sehingga sanggah penjor menghadap
ke “huluan”. Setiap hari penjor di haturi canang burat wangi.
- Cara mencabut penjor:
Semua hiasan penjor dibakar, dan abunya dimasukkan kedalam lobang bekas
penjor, kemudian diletakkan sebuah takir berisi bubur susuru (tepung
beras, madu, susu dan tiga helai padang lepas digodok menjadi bubur). Setelah
itu lubang ditimbun tanah. Bambu bekas penjor dapat digunakan untuk
keperluan lain.
5.
GALUNGAN NADI
Adalah
Galungan yang bertepatan dengan Purnama. Rangkaian upacaranya sama dengan
Galungan biasa, tetapi jenis upakaranya setingkat lebih tinggi. Galungan Nadi
lebih diistimewakan karena diberkahi oleh Sanghyang Ketu, sebagaimana halnya
perayan Galungan pertama pada tahun 804 Saka yang bertepatan dengan Purnama
sasih Kapat.
6. GALUNGAN NARA MANGSA
Adalah Galungan yang bertepatan
dengan Tilem sasih Kapitu atau Tilem sasih Kesanga. Disebut sebagai hari “Dewa
mauneb bhuta turun”. Pada hari Galungan Nara Mangsa upakara yang disebut
tumpeng Galungan ditiadakan, diganti dengan caru nasi cacahan dicampur keladi.
Tidak memasang penjor, tetapi upacara lainnya tetap dilaksanakan.
7 HARI
RAYA KUNINGAN
Hari
Kuningan, penjor itu tetap digunakan dan banten pejati yang ada di sanggah penjor
diganti dengan yang baru, serta ditambah hiasan jejahitan tamiang.endongan
selanggi.Usahakan membuat tamiang dan endongan, karena bahan-bahannya sangat
mudah dicari, yaitu daun kelapa muda (busung) dan kembang berwarna merah.
Tamiang adalah simbol penolak adharma/ mala.Tumpeng kuningan memang berwarna
kuning. Di Hari Kuningan jangan sembahyang lewat jam 12 . karena puncak energi dan vibrasi ada pada
tengah hari. jangan pula melaksanakan sembahyang sebelum jam 06.00 pagi ,kalau sebelum jam
06.00 pagi sudah sem-bahyang itu artinya sama dengan hari Penampahan Kuningan
karena hitungannya tahun caka Jadi mari
kita laksanakan upacara Galungan dan kuningam dengan sederhana,tepat sasaran
dan penuh makna ,jangan berlebihan hingga mengakibatkan utang karena yadnya,itu
adalah salah besar. Mari buat hidup ini seimbang,untuk sekala (biaya
hidup,sekolah,kesehat an,investasi dll) dan niskala (yadnya,punia,bakti) dan
terpenting mari kita jaga persatuan dan kesatuan agar kita kedepan lebih
damai,nyaman dan sejahtera. Mari erja keras,rajin menabung perangi kegelapan
untuk menjadi
manusia utama (Yudha Avidya Narottama)Manik.