Minggu, 26 November 2023

KEBANGKITAN TRADISI MELALUI PASUPATI PETAPAKAN BARONG BANGKUNG

Tradisi atau leluri adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan secara berulang ulang dengan cara yang sama. Kebiasaan yang berulang ulang ini dilakukan secara terus menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang(desa adat),sehingga sekelompok orang tersebut melestarikannya.(wikipedia).

Salah satu warisan budaya tak benda adalah seni ngelawang barong bangkung yang punah di Desa Adat Tegenan khususnya Banjar Adat Tegenan Kelod ,tradisi ini pernah dan sangat disakralkan bahkan ada mitos di Tegenan tidak boleh memelihara bangkung sampai sekarang,karena beliau di kewengian punya pelawangan berupa bangkung atau babi betina besar dan seram,menjaga desa ini. Perkiraan terakhir barong bangkung yang sejenis barong bangkal atau barong celeng dipentaskan pada zamannya almarhum Ida Hyang Pekak Ngandeng remaja sekitar tahun 1890an,entah apa sebabnya tradisi itu tidak dilaksanakan lagi. Salah satu tempat yang sakral adalah Tulak Tanggul sebagai benteng pembatas antara nista mandala dengan madya mandala karang desa. Sehingga pada zaman kerajaan apabila ada pasangan suami istri yang punya putra buncing(menyamai putra raja) maka dibuang/diasingkan ditempat ini selama 42 hari(abulan pitung dina), demikian juga apabila ada krama yang sakit edeh/kusta juga diasingkan ditempat ini. Salah satu pura kecil(bebaturan) di barat daya tempat ini ada tumbuh pohon lemunduh dipercayai sebagai sarana mohon kesembuhan hewan ditempat itu.

Kemudian sekitar tahun 1960an pelinggih tersebut diperbaiki oleh yang punya tanah Ida Hyang Nengah Giyor orang tua dari I Wayan Suweden dan banyak percaya masyarakat mohon kesembuhan hewannya, sedangkan dibawah tempat itu disebut setra pemajangan karena tempat pembuangan memen bajang ketika anak bayi mebajangan. dijaman dulu dari tempat inilah dimulai ruta pelelawangan menuju batas desa yang dilaksanakan mulai umanis galungan atau pemacekan agung sampai kuningan dengan tujuan merayakan atau bersyukur atas  kemenangan darma dengan mengusir roh jahat dengan ngelawang untuk keselamatan masyarakat desa.

Selanjutnya di era 2002 atas petunjuk kelinggihan masal yang terjadi di desa Adat Tegenan dan dari beberapa petunjuk tapakan maka tradisi ngelawang itu agar dibangkitkan kembali dan Tulak Tanggul digunakan sebagai tempat pitra yadnya bersama. Atas dasar dan petunjuk itulah kami bersepakat dengan krama untuk membangkitkan kembali tradisi ngadegang petapakan barong tersebut,akhirnya bersamaan dengan Ngaben Kinembulan Desa Adat Tegenan kami menggali dana dengan membuat kupon berhadiah sehingga terkumpul dana 13 jutaan dan saat momen ngaben kebetulan kami selaku ketua panitia dan menggali dana dengan mengajukan proposal ke Bupati dan diberikan dana 20 juta,namun keluar pada bulan oktober,dan krama yang ngaben kami minta ijin dana bantuan tersebut digunakan untuk nangiang tapakan tersebut dan semua setuju. Dari dana tersebutlah kami melangkah atas persetujuan krama  membeli barong di Puaya Gianyar seharga 16,5 juta,beli gong besi 5,9 juta dan serpis pelinggihnya ongkos tukang 1,425 jt, barang 3,24 juta astungkara terwujud dan ada kas.

Akhirnya pada hari Sabtu Klion Wayang/Tumpek Wayang kajeng klion wudan sasih kenem icaka 1945 pada jam 12.00 dilaksanakan upacara pemlaspasan dan pasupati barong yang diantebkan oleh Jero Dewi (pmk Tulak tanggul) dan dilanjutkan dengan mecaru pemangkalan agung sasih kenem Desa Adat Tegenan diantebkan oleh  Jero Mangku Ketut Kania (pemangku Dalem) juga dihadiri oleh Jr.Mk. Sudiastawa (pmk Dalem Suci),Jero Surya Darma(pmk Prajapati),Mk.Eka Adnyana(pmk.Manik Harum),Jr.Dalang Sujata (dalang wayang due Dalem),Prejuru Banjar Adat,Klian Seket Wayan Surata dan Bendesa I Ketut Wana Yasa krama dan peserta ngaben kinembulan 2023 dikoordinir oleh Pt.Arnawa. Bendesa dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasi kepada masyarakat Banjar Adat Tegenan Kelod karena telah mampu mewujudkan dan melestarikan tradisi leluhur yang sempat punah,kepada panitia pelaksana saya sampaikan salut karena mewujudkan seni budaya yang adi luhung tanpa memungut dana peturunan dari masyarakat,pungkasnya.

Pada acara tersebut sempat ada 2 orang pemangku kerauhan ketika mundut petapakan akan diiringkan mesolah di madya mandala Pura Tulak Tanggul,yang intinya menyampaikan terimakasih kepada umat karena telah mampu mewujudkan tradisi yang punah itu,diharapkan kepada masyarakat untuk meningkatkan srada bhaktinya terhaadap tradisi leluhur sehingga masyarakat damai rahayu. Untuk melestarikan tradisi ini diharapkan keturunan sang perintis(Hyang Ngandeng) bisa mengkordinir dan ngayah nyolahang dan nabuhang gong besi due Tulak Tanggul,yang pentas perdananya pada galungan yang akan datang.

Kami (Suiji,Selahdana,Lanus) yang mengkordinasikan kegiatan ini menyampaikan apresiasi dan terimakasih atas dukungan krama semua sehingga tradisi budaya tak benda ini dapat dilestarikan dan dilanjutkan oleh generasi penerus kita. Kurang lebih dalam kami melaksanakan kegiatan ini,kami mohon maaf yang sebesar besarnya,suksma.(manixs)

Pelaksanaan pemlaspasan petapakan
Pelaksanaan mesolah usai dipasupati

Kerauhan Betari Prajapati
prosesi Masupati
Jero Derwi ngantebang Pemlaspas lan pasupati
Mk.Dalem Mk.Ketut Kania,ngaturang Caru Pemangkalan Agung






Tidak ada komentar:

Posting Komentar