Minggu, 04 Juli 2021

IRI HATI/MATSARYA (ENVY)

 Kata iri hati/dengki atau hasad adalah sebuah kata yang sudah lumrah dan sering kita dengar di kalangan masyarakat Bali,bahkan cukup banyak sifat demikian yang terjadi di masyarakat kita. Iri hati itu adalah suatu yang timbul ketika seseorang yang tidak memlikiki suatu keunggulan,baik prestasi,kekuasaan,kekayaan atau lainnya,mereka menginginkan apa yang tidak dimilikinya itu,atau mengharapkan orang lain yang memiliki semua itu agar mengalami kemerosotan dan atau bahkan kehilangan. Nah seru bukan ?, bagaimana dengan fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya di Bali ?

Di krama Bali,sering kita dengar di masyarakat bahwa si A yang nota bena sukses di keluarganya,tiba-tiba sakit yang tidak masuk akal dan bahkan mendadak meninggal , jalan keluarnya pertama mereka akan menanyakan pada orang pintar dan terjawablah bahwa yang menyakiti/mengguna-gunai adalah orang yang IRI kepadanya karena sukses dan atau kesalahan tidak mengabulkan permintaan orang yang menyakiti ketika minta/pinjam sesuatu dulu,sehingga isunya semakin berkembang dan santer menjadi gossip dan perbincangan dikalangan masyarakat, semakin seru jadinya. Percaya tak percaya itulah yang terjadi di kalangan masyarakat walaupun pada zaman yang serba digital ini,hal itu masih dipercaya.

Sifat iri hati dengan kalangan orang terdekat(keluarga/tetangga) di kalangan masyarakat Bali sejatinya adalah sebuah ironi padahal sifat religiusitas krama Bali sangatlah tinggi.

Disisi lain tetangga atau kerabat dalam ritual keagamaan sangatlah tinggi peran serta dukungan dan partisipasinya dalam mensukseskan hajatan tersebut,seperti misalnya membantu menyiapkan sarana upakara dalam hal melaksanakan yadnya (Dewa Yadnya,Manusa,Buta dan Pitra yadnya terutama pada saat ada kematian).

Naah sekarang yang menjadai persoalan kenapa kalau demikian bisa muncul sifat iri diantara mereka ? dimana letak cara berfikir mereka ? nah mari kita bahas kenapa itu bisa terjadi !

 

1.     Landasan keber-agamaan orang Bali adalah Budaya Pertanian.

Budaya Pertanian adalah budaya Kebersamaan,sehingga apa bila dalam suatu komunitas ada satu yang berbeda,maka yang berbeda dari komunitasnya akan dimarahi dan bahkan bisa dikucilkan yang di Bali dikenal dengan istilah “kesepekang”.

Contoh :ketika musim tanam padi maka semua warga harus menanam padi apabila berani menanam bukan padi maka itu adalah sebuah pelanggaran wajib diberikan sanksi adat,maka semua gerak di komunitas itu harus sama-sama,kadang kalau miskinpun harus sama-sama miskin karena konsep Budaya Pertanian adalah kebersamaan/bersama-sama.

Konsep kapitalis yang membangun dan mengembangkan usaha untuk maju(hal positif di zaman modern),itu jelas tidaklah dibenarkan,mereka tidak rela anggota komunitasnya maju dan berkembang statusnya secara pribadi, jangan heran mereka pasti diirikan.

 

2.     Konsep agama Agraris adalah memuja Para Dewata,yang diturunkan melalui perwujudan pretima atau pelawatan yang berbeda-beda setiap kelompok/klen/soroh  dan diantara kelompok itu Dewa yang dipuja merekalah yang paling tinggi kedudukannya,sehingga hal ini sering menimbulkan ego sektoral dikalangan masyarakat,saling mengklaim mengaku kedudukan/derajat status sosialnya paling tinggi. Pada hal kita dari kecil sudah diajarkan bahwa derajat/kedudukan para dewata itu sama tidak ada yang lebih tinggi atau rendah derajatnya.

 

3.     Penduduk Bali masih homogenitasnya tinggi sebagai pemeluk Hindu terutama di pedesaan,sehingga tidak ada pembanding dan atau persaingan,mereka akan bersaing dan beregotika dengan klan lainnya yang sesama pemeluk Hindu,sehingga kalau tidak mampu bersaing dan merasa kalah,maka mereka akan melampyaskan sifat iri hatinya.

 

Nah karena ketiga pemikiran tersebutlah menjadikan sifat egoistik krama Bali selalu ada dan tumbuh dikalanangan masyarakat,meskipun di era melinial ini sudah semakin berkurang,namun masih kental dan tetap ada.

 

Selanjutnya yang lebih penting adalah bagaimana solusinya untuk mengurangi/ mengikis sifat-sifat tersebut,sehingga kita bisa sadar bahwa kita(Hindu) kecil dan minoritas  dan sangat amat kalah saing dengan umat lainnya,kita tidak perlu iri dengan kehebatan tetangga/saudara justru kita harus bangga punya sahabat, keluarga,tetangga yang sukses dan maju,kita akan terbantu baik secara langsung maupun tidak langsung karena efek kemajuan tersebut,tentu kalua kita sabar,sadar dan tidak iri.

Solusi yang dapat dilakukan cobalah buka wawasan,sekali waktu pergi keluar Bali buka paradigma berfikir kita,jangan ibaratnya seperti katak dalam tempurung, mungkin merasa paling hebat ditempatnya mereka di komunitas mereka,tapi kalau tempurung kepalanya dibuka,wawasan dibuka maka mereka akan merasa minder. Contoh hidup di Bali kita merasa paling kaya,sukses,tapi kalau kita bawa ke Singapore disana kita tidak ada apa-apanya,mungkin tergolong mayarakat  menengah kebawah, apalagi di bawa ke Dubai,wah tak ada artinyalah.

Apalagi sifat panatik sempit yang selalu didengung-dengungkan,sorohny paling tinggi derajatnya,kastanya paling superior,wah lupa dengan diri untuk makan esok saja masih mikir,nah itulah kadang terjadi di masyarakat.

Hal lain sifat yang perlu dibuang jauh adalah,dengan tetangga dengkinya minta ampun tapi dengan orang luar yang nota bena tidak ada relevansinya sama sekali malah ia sangat welcome juga sukanya ngerumpiin orang dan kadang ngurus orang lain,maka diistilahkan seperti ayam kampung,kalau cari makan beramai, bukan makanan yang diburu,malah temannya sesama ayam kampung diajak berkelahi,tapi kalau ayam ras(orang barat),kalau cari makan ya makanan dicari dengan disiplin,yang lain dibiarkan cari makan sehingga sama-sama cari makan dan saling bersaing sportif sesuai dengan kompetensinya.

Contoh riil,Bali dikenal dengan Pulau Surga tamu berdatangan datang melihat tradisi dan budaya Bali,padahal yang dominan dapat kuenya adalah orang non hindu,karena mereka tidak mau terlalu beririria,mereka bekerja,sedangkan Pariwisata Bali yang dibangun dengan adat dan tradisi Bali,kita bangun sehari-hari,nyatanya sangat sedikit dinikmati oleh pembangunnya,karena sifat-sifat itu tadi.

Mari kawan ubah paradigma Budaya/karakter Pertanian(Budaya  Pertanian yang kurang baik dibuang,yang baiknya pertahankan sbg budaya) sehingga kita mampu bertahan dan bersaing diera kekinian,terimakasih,mohon maaf kalau ada yang keliru(manixs).

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar