Jumat, 17 September 2021

ADA APA DENGAN YADNYA SESA ?

   

Kehidupan ritualitas krama Bali,memang beraneka rupa ,semuanya sebagai wujud syukur atas berkah yang dilimpahkan “Ia Yang Maha Kuasa”,yang pelaksanaannya dilakukan baik dalam keseharian, mingguan, bulanan, enam bulanan maupun tahunan.

Salah satu ritual harian adalah kegiatan setelah selesai memasak dan sebelum sarapan/makan dipagi hari disebut mesaiban/ngejot atau yadnya sesa,karena dalam sastra suci Bhagawadgita disebutkan “barang siapa yang makan sebelum mempersembahkan kepadaKu(Tuhan),maka sesungguhnya ia adalah pemakan dosa”,karena itulah me-yadnya sesa sebelum makan wajib hukumnya. Disamping itu dalam  Kitab Manawa Dharma Sastra Adhyaya III 69 dan 75 dinyatakan: Dosa-dosa yang kita lakukan saat mempersiapkan hidangan sehari-hari itu bisa dihapuskan dengan melakukan yadnya sesa.

Apa bentuk persembahan itu ?, seshungguhnya sangatlah sederhana,karena kuncinya apa yang kita masak dan yang akan kita makan itulah yang kita persembahkan terlebih dahulu. Begitu selesai masak,ambil nasi,lauk dan garam seadanya. Ambil wadah (nare,nyiru atau sejenisnya) kemudian ambil daun pisang dipotong 5x5cm dan buat anak rantau bisa menggunakan kertas yang bersih , kalau memang sulit mencari daun pisang ,kemudian diatas daun pisang/kertas itu, diisi nasi dan lauk kemudian taburkan garam,ambil sepasang canang dan dupa serta air segelas sukla.

Selanjutnya, dimana sepatutnya kita melaksanakan ritual itu ? dan mengapa semestinya ditempat itu kita melaksanakan ritual itu ?

Tempat pelaksanaan yadnya sesa atau ngejot menurut kitab Manu Smerti adalah di

lima tempat penting me-yadnya sesa.antara lain :

1.     Ditempat pembunuhan tidak sengaja yaitu di lesung,sangihan,sapu ,ditujukan kepada Sanghyang Sri Suda Bumi.

2.     Di tempat makan diatas meja atau diatas tempat penyimpan makanan kepada Sanghyang Sudewi.

3.     Ditempat masak/tungku/kompor ditujukan kepada Sanghyang Maya Gati

4.     Ditempat penyaringan/kuskusan /penyantokan/pisau/talenan dan sejenisnya ditujukan kepada Sanghyang Tenggeng Jati.

5.     Di Merajan/Plangkiran/laci tempat jualan kepada Sanghyang Puspa Dewi.

Sedangkan menurut kitab Menawa Dharma Sastra ada lima tempat juga untuk melakukan Yadnya Sesa sebagai unsur Panca Maha Bhuta antara lain di Merajan/Plangkiran sebagai unsur Akasa ,jalikan sebagai unsur Teja,Jeding pawon sebagai unsur Apah,Lesung dan Sangian/Sampat sebagai unsur Pertiwi,Tempat Makan sebagai unsur Bayu.

Pada initinya di tempat-tempat itu kita melakukan pembantaian atau pembu-nuhan sehingga wajib melakukan penyupatan sekaligus permohonan maaf,juga mengucapkan syukur atas limpahan anugrahNya. Misalnya  kita ngejot  di tempat sapu,karena dengan menyapu banyak kumatat-kumitit seperti semut,cacing,lalat, ulat dan sejenisnya dengan tidak sengaja kita bunuh,demikian juga pada pisau ,talenan dan kompor atau tungku kita pakai mengolah sayur,daging semua itu awalnya adalah makluk hidup yang bernyawa kita binasakan baik untuk kita makan maupun untuk yadnya,patut kita supat. Sedangkan ditempat makan/ penyimpanan makanan dan di Merajan/plangkiran itu wujud rasa terimakasih dan syukur kita pada Sang Pencipta pemilik semesta ini.

Doa-doa dalam kita melakukan Yadnya Sesa :

 

Yadnya Sesa yang ditujukan kepada Hyang Widhi melalui Istadewata (ditempat air,dapur,beras/tempat nasi dan pelinggih/pelangkiran doanya adalah:

OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA DEWA SUKHA PRADHANA YA NAMAH SWAHA.

Artinya: Om Hyang Widhi, sebagai paramatma daripada atma semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud Dewa.

 

Yadnya Sesa yang ditujukan kepada simbol-simbol Hyang Widhi yang bersifat bhuta, Yaitu Yadnya Sesa yang ditempatkan pada pertiwi/tanah doanya:

OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA BHUTA, KALA, DURGHA SUKHA PRADANA YA NAMAH SWAHA.

Artinya: Om Sang Hyang Widhi, Engkaulah paramatma daripada atma, semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud bhuta,kala dan durgha.

 

Atau bisa juga dengan atur pada yang ditujukan kepada Sanghyang-Sanghyang yang disebutkan diatas tadi.

 

Kesimpulannya dengan tahu bersyukur dan berterimakasih kita kepada Tuhan melalui ritual Yadnya Sesa,maka makanan yang kita nikmati akan berkah dan menjadi makanan yang halal tidak berdosa kita makan,sekaligus menjadi makanan yang sehat dan bermanfaat bagi tubuh kita Sang Bhuana Alit ini.

          Demikian uraian ini semoga ada manfaatnya,terimakasih.(manixs,gianyar auto 2000/10.43/18092021/sabtu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar