Sabtu, 20 November 2021

CARU PEMANGKALAN AGUNG

Bertepatan dengan hari raya Tumpek Kuningan,Kajeng Klion Uudan sasih kenem icaka 1943 juga bertepatan dengan hari kebangkitan nasional tanggal 20 November 2021 dilaksanakan upacara pecaruan Pemangkalan Agung Nangluk Merana dengan bakti dandanan sayut lima suci soroan caru Pancasanak medurga di Pura Tulak Tanggul dilengkapi dengan piuning di Kahyangan Tiga,Margi Catur,Margi Tiga,Bale Patok,Tegal Penangsaran dengan nunas tirta pamuput di Prajapati dan Pura Dalem,Desa Adat Tegenan. Upacara ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu,waktu saya masih kecil dan bahkan kalau galungan dan kuningan anak-anak ada kegiatan ngelawang dengan barong bangkung,makanya di Tegenan ini tidak ada orang yang memelihara bangkung,ujar Mangku Kania selesai nganteb upacara tersebut.Bersyukur hari ini bisa mulai dilaksanakan yang momennya sangat tepat, bertepatan dengan hari besar umat hindu yakni Kuningan dan hari besar nasional yakni Kebangkitan Nasional tanggal 20 November 2021,sebagai tanda bangkitnya sradha bakti krama Desa Adat Tegenan dalam melestarikan warisan leluhur yang patut diajeg-kan sebagai dresta Desa Adat Tegenan yang kaya akan filosofi loka dresta dan mengandung nilai luhur yang menjadi warisan kita bersama,apalagi dihubungkan dengan sastra yang ada sangat relepan dengan isi lontar Roga Sengara Gumi,ujar petajuh Desa Adat Tegenan I Ketut Wana Yasa,A.Md.Par. Hadir pula pada kesempatan itu I Komang Janayata klian Banjar Adat Tegenan Kaler mewakili krama nunas tirta pemuput,menyampaikan dukungannya atas dibangkitkannya kembali upacara yang merupakan tradisi leluhur yang masih relepan dilaksanakan demi untuk kerahayuan jagat beserta isinya,bilamana perlu pelawatan yang berupa barong bangkung bisa diwujudkan sehingga klop dengan upacara yang diselenggarakan untuk menetralisir para bhuta agar menjadi dewa karena disomyakan,sehingga keharmonisan sekala niskala dapat diwujudkan ucapnya. Kehadiran krama cukup antusias mengikuti raangkaian upacara tersebut yang dimulai pukul 11 sd.13 baruselesai,hadir juga ketua Sabha desa Mk.Ketut Restu secara khusuk mengikuti rangkaian kegiatan bersama pemangku sewilayah Banjar Adat Tegenan Kelod,Ketua Serati Ni Md.Karmiasih ikut aktip membantu menata posisi banten pecaruan bersama petugas saya I Komang Tingkes dan I Ketut Sugama yang sebelumnya ikut membantu menyiapkan pecaruan I Nyoman Selahdana dan I Made Entegan. Penanggungjawab kegiatan pecaruan Klian Banjar Adat Tegenan Kelod Mangku Manik Puspa Yoga dalam pengarahannya menyampaikan latar belakang dilaksanakannya upacara ini adalah atas petunjuk niskala Jero Tapakan Widi dan acuannya sastra Roga Sengara Gumi,berangkat dari tradisi terdahulu maka pada kesempatan ini saya sampaikan apresiasi atas dukungan krama dalam mensukseskan pembangunan pelinggih dan paruman serta upacaranya yang menelan dana pembangunan Rp.12.958.000,- dan biaya banten tambahan seperti,kelengkapan caru kucit,sayut guru piduka,banten sungga guling di 2 tempat serta ngulemin 3 pemangku kahyangan tiga serta pembelian kucit (Rp,1,2 jt) habis dana Rp.2,25 juta dengan mengambil kas Banjar Adat sebesar Rp.7.173.000,- sisanya kas Desa jangkepan,ujar Klian Banjar, semoga dengan terselenggaranya acara ini semoga Hyang Widhi melimpahkan rakhmatNya kepada kita semua,astungkara,pungkasnya. (by manix).

Selasa, 16 November 2021

CARU PEMANGKALAN AGUNG SASIH KENEM DI PURA TULAK TANGGUL.

 

A.      Pendahuluan

 

Desa Adat Tegenan yang merupakan salah satu desa pregunung yang berada di lereng barat daya kaki Gunung Agung, adalah  Lawangan Agung /gerbang niskala untuk masuk kawasan suci Pura Besakih sekaligus sebagai Gelung Agungnya, Sedangkan gelung pengapitnya dibagian barat adalah di Jebag,DA Buyan dan bagian timurnya adalah Lawangan Agung di DA Batusesa, sehingga Desa Adat Tegenan memiliki tempat tempat yang penuh historis,seperti Tegal Saab,Pengadangan, Pekandelan, Tulak Tanggul dan sebagainya.

Salah satu lokasi yang sakral adalah Tulak Tang-gul,konon tempat ini adalah benteng niskala di bagian selatan,sebagai tengluk desa yang berfungsi untuk nangluk sehananing merana atau wabah terutama binatang dan manusia,benteng bagian utaranya adalah Pekandelan. Di Tulak Tanggul zaman dulu juga difungsikan untuk mengungsikan/mengkarantina keluarga yang “manak salah” dan ”Sakit Gede” hingga 42 hari atau hingga sembuh serta dari dulu digunakan untuk tempat upacara Pitra Yadnya/ Ngaben. Salah satu keseniannya adalah Barong Bangkung yang digunakan untuk ngelawang oleh anak-anak pada zaman itu,terutama saat Galungan hingga Kuningan,karena disalah satu pelinggih dan salah satu tumbuhan khas yang tumbuh disana adalah Kayu Lemunduh diyakini sebagai sarana untuk mengobati babi atau sapi dan ternak lainnya yang sakit,sering orang tua melihat bangkung besar berkeliaran disekitar tempat itu sebagai “due” sehingga dibuatkanlah Barong Bangkung,karena mitos itulah di Tegenan Kelod tidak boleh memelihara bangkung.

Selanjutnya untuk memohon keselamatan,maka setiap Kajeng Klion Uwudan sasih kenem,setiap tahun diadakan Caru Panca Sanak Medurga yaitu caru ayam manca ditambah caru seekor babi belangkalung masih muda yang belum dikebiri,sekaligus krama memasang sungga guling karena diyakini pada sasih ini Ratu Gede Sakti Dalem Nusa menebar wabah penyakit. Dengan ngaturang labaan berupa caru dan memasang sungga guling ditapal batas desa dan masing-masing lebuh ,dengan dilengkapi daun pandan bergambar tampak dara dari pamor,maka beliau tidak akan mengganggu dan memberikan keselamatan dan kerahayuan kepada umatnya. Pelaksanaan Caru Pemangkalan Agung sasih kenem ini dijadikan awal pecaruan di Desa Adat,setelah caru di tempat ini hingga taur kesanga,krama sebaiknya baru melaksanakan pecaruan ditempatnya masing-masing,,baik dirumahnya,ditegalan atau di sawahnya.

Selanjutnya sayang sekali dengan adanya kejadian alam gunung meletus 1963,kemudian kekacauan –kekacauan lainnya seperti tahun 1965,maka upacara ini terlupakan dan nyaris tidak dilaksanakan hingga saat ini. Untuk melestarikan tradisi,adat budaya leluhur dan berdasarkan petunjuk niskala dan acuan lontar Roga Sengara Gumi,maka mulai Kajeng Klion Uwudan sasih kenem icaka 1943 bertepatan dengan hari raya Tumpek Kuningan serta hari Kebangkitan Nasional 20 November 2021,kita bangkit dan mulai melaksanakan pecaruan ini untuk nunas kerahayuan kita bersama seluruh krama Desa Adat Tegenan khususnya,bangsa, negara pada umumnya.

B.       Tujuan  

Upacara Caru Pemangkalan Agung sasih kenem di Pura Tulak Tanggul adalah upacara yang bertujuan Nangluk Merana atau penangkal wabah yang dilaksanakan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, agar berkenan menangkal atau mengendalikan gangguan - gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit pada  hewan maupun manusia sehingga tidak membahayakan lagi,

 

C.      Makna Caru

 

Dalam kitab Samhita Swara disebutkan, arti kata caru adalah cantik atau harmonis. Mengapa upacara Butha Yadnya itu disebut caru. Hal itu disebabkan salah satu tujuan Butha Yadnya adalah untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam lingkunganya. Dalam kitab Sarasamuscaya 135 disebutkan, bahwa untuk menjamin terwujudnya tujuan hidup mendapatkan Dharma, Artha, Kama dan Moksha, terlebih dahulu harus melakukan Butha Hita. Butha Hita artinya menyejahtrakan alam lingkungan.

Untuk melakukan Butha Hita, itu dengan cara melakukan Butha Yadnya. Hakekat Butha Yadnya itu adalah menjaga keharmonisan alam agar alam itu tetap sejahtra. Alam yang sejahtera itu artinya alam yang cantik. ButhaYadnya pada hakekatnya merawat lima unsur alam yang disebut panca maha butha (tanah, air, api, udara dan ether). Kalau kelima unsur alam itu berfungsi secara alami, maka dari kelima unsur itulah lahir tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itulah sebagai bahan dasar makanan hewan dan manusia. Kalau keharmonisan kelima unsur alam itu terganggu maka fungsinya pun juga akan terganggu.

Dalam Bhagawadgita III.14 disebutkan tentang proses berkembangnya makhluk hidup dari makanan. Dari hujan datangnya makanan. Hujan itu datang dari Yadnya. yadnya itu adalah Karma. Dalam Bhagawadgita ini memang disebutkan hanya hujan. Namun dalam proses menumbuhkan tumbuh-tumbuhan tidaklah hanya hujan saja yang dapat melahirkan tumbuh-tumbuhan. Kelima unsur alam tersebut juga berfungsi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

Tanah, api (matahari), udara dan ether juga berfungsi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Peredaran kelima unsur alam itu melahirkan iklim serta siang dan malam. Karena itu upacara mecaru itu berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai spiritual kepada umat manusia agar memiliki wawasan kesemestaan alam.

Pemangkalan Agung artinya /Pangkalan basis/ dasar yang kuat  sedangkan Tulak Tanggul artinya benteng/bendungan  penolak/penghadang. Jadi arti-nya adalah pangkalan/benteng yang kuat untuk menolak segala mara bahaya atau aura negatip yang mengganggu manusia dan lingkungannya.

Kalau "Nangluk Mrana" berasal dari kata bahasa Bali yang kemungkinan juga mendapat pengaruh bahasa sansekerta.

  • “Nangluk”  berarti empangan, tanggul, pagar, atau penghalang; dan “mrana”  berarti hama atau bala penyakit. 
  • Mrana adalah istilah yang umum dipakai untuk menyebut jenis-jenis penyakit  yang meru-sak tanaman/tumbuhan.,binatang dan manusia. Bentuknya bisa berupa serangga,virus,bakteri kuman,maupun dalam bentuk gangguan kese-imbangan kosmis yang berdampak meru-sak  alam. 

Jadi “nangluk mrana” berarti mencegah atau menghalangi hama (penyakit), atau ritual penolak abala.

Tujuannya untuk menyomyakan/menetralisir kekuatan negatip agar tidak mengganggu kehidupan manusia di Desa Adat Tegenan khususnya.

 

D.      Waktu pelaksanaan: setiap KAJENG KLIWON UWUDAN SASIH KE-ENEM. (1 th sekali)

 

E.       Pelaksanaan di Lokasi Pecaruan/Pr.Tulak tanggul:

 

1.    Piuning di Pura Dalem dan Pr.Dalem Prajapati nunas tirta untuk muput caru dengan banten  : Pejati ,Piuning di Margi Catur,Margi Tiga dan Tegal Penangsaran dan Bale Patok serta Sanghyang Semawa Bumi.dan Pr.Pekandelan(8)

2.    Banten  pemucuk : Dandanan sayut 5 suci sorohan  Banten pendukung:Pejati (9) Padma,Padma pengapit, togog , pemajangan, diajeng mangku leleb. surya.

3.    Banten Caru : Panca Sanak Medurga/ Caru Panca Sanak Tawur Madya.,Dasarnya menggunakan caru Panca Sata sesuai pengideran:

a.       Timur : ayam putih tulus binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 5 katih kwangen,lekesan canang  segehan petak 5 tanding,sujang,sanggah cucuk,bakti playuan petak,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan, sudamala, metatakan sengkui batis 5. Sega pujungan 5

b.      Selatan : ayam Biing binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 9 katih kwangen,lekesan canang  segehan bang 9 tanding,sujang,sanggah cucuk,bakti playuan Bang,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan,sudamala,metatakan sengkui batis 9. Sege pujungan bang 9.

c.       Barat : ayam putih siyungan binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 7 katih kwangen,lekesan canang  segeh-an pita 7 tanding,sujang,sanggah cucuk,bakti playuan kuning,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan,sudamala,metatakan sengkui batis 7. Sega pujungan kuning/pita 7

d.      Utara : ayam hitam binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 4 katih kwangen,lekesan canang  segehan ireng 5 tanding,sujang,sanggah cucuk,bakti playuan kuning,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan,sudamala,metatakan sengkui batis 4. Sega pujungan ireng 4

e.       Tengah : ayam brumbun binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 8 katih kwangen,lekesan canang  segeh-an brubun/macawarna 8 tanding,sujang, sanggah cucuk,bakti playuan brumbun,ring sang-gah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan, sudamala,metatakan sengkui batis 8. Sege pujungan brumbun 8

f.        Tengah : kucit belangkalung butuhan binayang, dinolah urab bang urab putih sate asem 3 sate lembat 88 katih kwangen,lekesan canang  segehan manca warna 8 tanding,sujang, sanggah cucuk,bakti daanan  ,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan, sudamala,metatakan sengkui batis 88. Jatah Bayuhan, Ketengan manut urip (8), Bakaran  (1), Cau Tumpuk, Keben-kebenan, Kewangi, Tulung metangga  Sengkwi kaki 88.

Bila caru ini akan digunakan di desa-desa , harus memohon tirta pamuput caru di Pura Dalem, Kahyangan Pengulun Setra/Prajapati dan bila digunakan di sawah maka wajib memohon tirta pamuput caru di Pura Bedugul Pangulun Sawah.

F.  Alat/sarana:

1.      1.Sanggah surya 1

2.      2.Sanggah cucuk 6

3.      3.Jalikan 1 tetimpug 3+Canang apasang

4.      4.Kulkul,tulud,sampat,cekepwak

5.      5.Sungga guling diatas jalan.

6.      6.Pengolem 50k beras jinah 3(Puseh bale Agung,Dalem dan Prajapati)

7.      7.Pengolem 100k, pejati.di Tulak tanggul

8.      8.Nunas tirta sulinggih/dukuh 

 

G.       Pelaksanaan Upacara Di Rumah-rumah:

 

1.      Mendirikan sanggah cucuk di sebelah kiri angkul-angkul.

2.   Banten: tumpeng selem 1 ,daksina,raka-raka,pisang melablab,canang 2,be siap selem olah urab barak urab putih,sate lembat,calon. Ring sor: segehan 5 tanding me be celeng matah,getih atekor, tabuh tuak arak yeh,api takepan katur ring SANG KALA MAYAPATI. Dilengkapi dengan sungga guling di angkul-angkul dan pandan bergambar tampakdara.

4.      Banten di Betara Guru/Kemulan sakasidan, nunas tirta untuk pesaksi dan Tirta yang ditunas di Tulak Tanggul ketisang pakai   muput..

Demikianlah uraian tentang caru ini semoga ada manfaatnya,untuk kerahayuan kita bersama ,semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rakhmatNya kepada ita semua sehingga budaya warisan tradisi yang masih layak dan patut dilaksanakan,kita tetep hormati dan laksanakan dan apabila tradisi yang sudah usang yang tidak efektif lagi dalam kehidupan bermasyarakat,maka mari kita tinggalkan secara beik-baik dan perlahan untuk penyesuaiannya,terimakaasih(by.manixs).