Sabtu, 20 November 2021
CARU PEMANGKALAN AGUNG
Selasa, 16 November 2021
CARU PEMANGKALAN AGUNG SASIH KENEM DI PURA TULAK TANGGUL.
A. Pendahuluan
Desa Adat Tegenan yang merupakan salah satu desa pregunung yang berada di lereng barat daya kaki Gunung Agung, adalah Lawangan Agung /gerbang niskala untuk masuk kawasan suci Pura Besakih sekaligus sebagai Gelung Agungnya, Sedangkan gelung pengapitnya dibagian barat adalah di Jebag,DA Buyan dan bagian timurnya adalah Lawangan Agung di DA Batusesa, sehingga Desa Adat Tegenan memiliki tempat tempat yang penuh historis,seperti Tegal Saab,Pengadangan, Pekandelan, Tulak Tanggul dan sebagainya.
Salah satu lokasi yang sakral adalah Tulak Tang-gul,konon tempat ini adalah benteng niskala di bagian selatan,sebagai tengluk desa yang berfungsi untuk nangluk sehananing merana atau wabah terutama binatang dan manusia,benteng bagian utaranya adalah Pekandelan. Di Tulak Tanggul zaman dulu juga difungsikan untuk mengungsikan/mengkarantina keluarga yang “manak salah” dan ”Sakit Gede” hingga 42 hari atau hingga sembuh serta dari dulu digunakan untuk tempat upacara Pitra Yadnya/ Ngaben. Salah satu keseniannya adalah Barong Bangkung yang digunakan untuk ngelawang oleh anak-anak pada zaman itu,terutama saat Galungan hingga Kuningan,karena disalah satu pelinggih dan salah satu tumbuhan khas yang tumbuh disana adalah Kayu Lemunduh diyakini sebagai sarana untuk mengobati babi atau sapi dan ternak lainnya yang sakit,sering orang tua melihat bangkung besar berkeliaran disekitar tempat itu sebagai “due” sehingga dibuatkanlah Barong Bangkung,karena mitos itulah di Tegenan Kelod tidak boleh memelihara bangkung.
Selanjutnya untuk memohon keselamatan,maka setiap Kajeng Klion Uwudan sasih kenem,setiap tahun diadakan Caru Panca Sanak Medurga yaitu caru ayam manca ditambah caru seekor babi belangkalung masih muda yang belum dikebiri,sekaligus krama memasang sungga guling karena diyakini pada sasih ini Ratu Gede Sakti Dalem Nusa menebar wabah penyakit. Dengan ngaturang labaan berupa caru dan memasang sungga guling ditapal batas desa dan masing-masing lebuh ,dengan dilengkapi daun pandan bergambar tampak dara dari pamor,maka beliau tidak akan mengganggu dan memberikan keselamatan dan kerahayuan kepada umatnya. Pelaksanaan Caru Pemangkalan Agung sasih kenem ini dijadikan awal pecaruan di Desa Adat,setelah caru di tempat ini hingga taur kesanga,krama sebaiknya baru melaksanakan pecaruan ditempatnya masing-masing,,baik dirumahnya,ditegalan atau di sawahnya.
Selanjutnya sayang sekali dengan adanya kejadian alam gunung meletus 1963,kemudian kekacauan –kekacauan lainnya seperti tahun 1965,maka upacara ini terlupakan dan nyaris tidak dilaksanakan hingga saat ini. Untuk melestarikan tradisi,adat budaya leluhur dan berdasarkan petunjuk niskala dan acuan lontar Roga Sengara Gumi,maka mulai Kajeng Klion Uwudan sasih kenem icaka 1943 bertepatan dengan hari raya Tumpek Kuningan serta hari Kebangkitan Nasional 20 November 2021,kita bangkit dan mulai melaksanakan pecaruan ini untuk nunas kerahayuan kita bersama seluruh krama Desa Adat Tegenan khususnya,bangsa, negara pada umumnya.
B. Tujuan
Upacara Caru Pemangkalan Agung sasih kenem di Pura Tulak Tanggul adalah upacara yang bertujuan Nangluk Merana atau penangkal wabah yang dilaksanakan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, agar berkenan menangkal atau mengendalikan gangguan - gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit pada hewan maupun manusia sehingga tidak membahayakan lagi,
C. Makna Caru
Dalam kitab Samhita Swara disebutkan, arti kata caru adalah cantik atau harmonis. Mengapa upacara Butha Yadnya itu disebut caru. Hal itu disebabkan salah satu tujuan Butha Yadnya adalah untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam lingkunganya. Dalam kitab Sarasamuscaya 135 disebutkan, bahwa untuk menjamin terwujudnya tujuan hidup mendapatkan Dharma, Artha, Kama dan Moksha, terlebih dahulu harus melakukan Butha Hita. Butha Hita artinya menyejahtrakan alam lingkungan.
Untuk melakukan Butha Hita, itu dengan cara melakukan Butha Yadnya. Hakekat Butha Yadnya itu adalah menjaga keharmonisan alam agar alam itu tetap sejahtra. Alam yang sejahtera itu artinya alam yang cantik. ButhaYadnya pada hakekatnya merawat lima unsur alam yang disebut panca maha butha (tanah, air, api, udara dan ether). Kalau kelima unsur alam itu berfungsi secara alami, maka dari kelima unsur itulah lahir tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itulah sebagai bahan dasar makanan hewan dan manusia. Kalau keharmonisan kelima unsur alam itu terganggu maka fungsinya pun juga akan terganggu.
Dalam Bhagawadgita III.14 disebutkan tentang proses berkembangnya makhluk hidup dari makanan. Dari hujan datangnya makanan. Hujan itu datang dari Yadnya. yadnya itu adalah Karma. Dalam Bhagawadgita ini memang disebutkan hanya hujan. Namun dalam proses menumbuhkan tumbuh-tumbuhan tidaklah hanya hujan saja yang dapat melahirkan tumbuh-tumbuhan. Kelima unsur alam tersebut juga berfungsi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
Tanah, api (matahari), udara dan ether juga berfungsi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Peredaran kelima unsur alam itu melahirkan iklim serta siang dan malam. Karena itu upacara mecaru itu berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai spiritual kepada umat manusia agar memiliki wawasan kesemestaan alam.
Pemangkalan Agung artinya /Pangkalan basis/ dasar yang kuat sedangkan Tulak Tanggul artinya benteng/bendungan penolak/penghadang. Jadi arti-nya adalah pangkalan/benteng yang kuat untuk menolak segala mara bahaya atau aura negatip yang mengganggu manusia dan lingkungannya.
Kalau "Nangluk Mrana" berasal dari kata bahasa Bali yang kemungkinan juga mendapat pengaruh bahasa sansekerta.
- “Nangluk” berarti empangan, tanggul, pagar, atau penghalang; dan “mrana” berarti hama atau bala penyakit.
- Mrana adalah istilah yang umum dipakai untuk menyebut jenis-jenis penyakit yang meru-sak tanaman/tumbuhan.,binatang dan manusia. Bentuknya bisa berupa serangga,virus,bakteri kuman,maupun dalam bentuk gangguan kese-imbangan kosmis yang berdampak meru-sak alam.
Jadi “nangluk mrana” berarti mencegah atau menghalangi hama (penyakit), atau ritual penolak abala.
D. Waktu pelaksanaan: setiap KAJENG KLIWON UWUDAN SASIH KE-ENEM. (1 th sekali)
E. Pelaksanaan di Lokasi Pecaruan/Pr.Tulak tanggul:
1. Piuning di Pura Dalem dan Pr.Dalem Prajapati nunas tirta untuk muput caru dengan banten : Pejati ,Piuning di Margi Catur,Margi Tiga dan Tegal Penangsaran dan Bale Patok serta Sanghyang Semawa Bumi.dan Pr.Pekandelan(8)
2. Banten pemucuk : Dandanan sayut 5 suci sorohan Banten pendukung:Pejati (9) Padma,Padma pengapit, togog , pemajangan, diajeng mangku leleb. surya.
3. Banten Caru : Panca Sanak Medurga/ Caru Panca Sanak Tawur Madya.,Dasarnya menggunakan caru Panca Sata sesuai pengideran:
a. Timur : ayam putih tulus binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 5 katih kwangen,lekesan canang segehan petak 5 tanding,sujang,sanggah cucuk,bakti playuan petak,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan, sudamala, metatakan sengkui batis 5. Sega pujungan 5
b. Selatan : ayam Biing binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 9 katih kwangen,lekesan canang segehan bang 9 tanding,sujang,sanggah cucuk,bakti playuan Bang,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan,sudamala,metatakan sengkui batis 9. Sege pujungan bang 9.
c. Barat : ayam putih siyungan binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 7 katih kwangen,lekesan canang segeh-an pita 7 tanding,sujang,sanggah cucuk,bakti playuan kuning,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan,sudamala,metatakan sengkui batis 7. Sega pujungan kuning/pita 7
d. Utara : ayam hitam binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 4 katih kwangen,lekesan canang segehan ireng 5 tanding,sujang,sanggah cucuk,bakti playuan kuning,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan,sudamala,metatakan sengkui batis 4. Sega pujungan ireng 4
e. Tengah : ayam brumbun binayang,dinolah urab bang urab putih sate asem sate lembat suang 8 katih kwangen,lekesan canang segeh-an brubun/macawarna 8 tanding,sujang, sanggah cucuk,bakti playuan brumbun,ring sang-gah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan, sudamala,metatakan sengkui batis 8. Sege pujungan brumbun 8
f. Tengah : kucit belangkalung butuhan binayang, dinolah urab bang urab putih sate asem 3 sate lembat 88 katih kwangen,lekesan canang segehan manca warna 8 tanding,sujang, sanggah cucuk,bakti daanan ,ring sanggah cucuk munggah peras alit,tulung,pecaruan, sudamala,metatakan sengkui batis 88. Jatah Bayuhan, Ketengan manut urip (8), Bakaran (1), Cau Tumpuk, Keben-kebenan, Kewangi, Tulung metangga Sengkwi kaki 88.
Bila caru ini akan digunakan di desa-desa , harus memohon tirta pamuput caru di Pura Dalem, Kahyangan Pengulun Setra/Prajapati dan bila digunakan di sawah maka wajib memohon tirta pamuput caru di Pura Bedugul Pangulun Sawah.
F. Alat/sarana:
1. 1.Sanggah surya 1
2. 2.Sanggah cucuk 6
3. 3.Jalikan 1 tetimpug 3+Canang apasang
4. 4.Kulkul,tulud,sampat,cekepwak
5. 5.Sungga guling diatas jalan.
6. 6.Pengolem 50k beras jinah 3(Puseh bale Agung,Dalem dan Prajapati)
7. 7.Pengolem 100k, pejati.di Tulak tanggul
8. 8.Nunas tirta sulinggih/dukuh
G. Pelaksanaan Upacara Di Rumah-rumah:
1. Mendirikan sanggah cucuk di sebelah kiri angkul-angkul.
2. Banten: tumpeng selem 1 ,daksina,raka-raka,pisang melablab,canang 2,be siap selem olah urab barak urab putih,sate lembat,calon. Ring sor: segehan 5 tanding me be celeng matah,getih atekor, tabuh tuak arak yeh,api takepan katur ring SANG KALA MAYAPATI. Dilengkapi dengan sungga guling di angkul-angkul dan pandan bergambar tampakdara.
4. Banten di Betara Guru/Kemulan sakasidan, nunas tirta untuk pesaksi dan Tirta yang ditunas di Tulak Tanggul ketisang pakai muput..
Demikianlah uraian tentang caru ini semoga ada manfaatnya,untuk kerahayuan kita bersama ,semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rakhmatNya kepada ita semua sehingga budaya warisan tradisi yang masih layak dan patut dilaksanakan,kita tetep hormati dan laksanakan dan apabila tradisi yang sudah usang yang tidak efektif lagi dalam kehidupan bermasyarakat,maka mari kita tinggalkan secara beik-baik dan perlahan untuk penyesuaiannya,terimakaasih(by.manixs).