Sabtu, 13 November 2021

PEMLASPASAN PARUMAN PR.TULAK TANGGUL BENTENG NISKALA

Bertepatan dengan rahina Sugimanik Bali,tanggal 05 November 2021 dilaksanakan pemlaspasan Paruman dan Apit Lawang di Pura Tulak Tanggul sebagai stana Ratu Gde Sakti di paruman dan Nandiswara serta Mahakala di Apitlawang. Terbangunnya ketiga pelinggih ini karena sebagai pelengkap pelinggih yang sudah ada yang dibangun atas aturan I Wayan Suweden dan Jero Dewi sebagai jan bangul pura tersebut senilai Rp.45 juta tahun 2018 lalu,dasar pembangunan ini atas petunjuk niskala melalui Jero Tapakan Widi dan Jero Dewi yang sudah dimusyawarahkan bersama krama Banjar Adat Tegenan Kelod. Terungkap dalam petunjuk tersebut bahwa Pura Tulak Tanggul adalah benteng niskalanya yang disebut Pemangkalan Agung Desa Adat Tegenan di bagian selatan dan Pura Pekandelan benteng andel-andelnya di bagian utara batas desa,karena itu tempat ini harus mendapat perhatian yang serius apabila ingin selamat dan damai. Kewajiban umat yang harus dilakukan adalah mendirikan tapakan barong celeng yang pada zaman dulu sudah ada dan berfungsi untuk ngelawang setiap galungan dan kuningan untuk menetralisir kekuatan negatif. Kini karena belum bisa diwujudkan kembali maka dibelakang pelinggih di tembok paruman dibuat relif tapakan Barong Celeng. 

Selanjutnya pada setiap kajeng kliwon uwudan nemonin sasih ke-enem patut dilaksanakan pecaruan panca sanak medurga atau caru pancasanak tawur madya  yakni dasarnya ayam amanca ditambah 1 ekor caru babi butuan belangkalung dipakai caru lengkap dengan olahannya. Untuk tirta pemuput caru wajib nunas di Pura Dalem dan Pr.Dalem Prajapati,sekaligus sebagai upacara caru nakluk merana di Desa Adat Tegenan yang dijadikan pembukaan pelaksanaan masa  mecaru di pakraman dan berakhir pada tilem sasih kesanga. Sebagai kelengkapan caru panca sanak medurga tersebut juga dibuat sungga guling dipasang di atas jalan sebelah Pura Tulak Tanggul di bagian selatan dan diatas jalan disebelah Pura Pekandelan sebagai batas bagian utara desa. sedangkan untuk upacara dimasing-masing rumah tangga agar menancapkan sanggah cucuk di lebuh sebelah kiri dengan banten di sanggah cucuk, tum-peng selem 1,daanan,raka-raka,pisang melablab,canang 2,besiap selem,olahan urab barak urab putih, sate lembat dan calon dan dibawah sanggah cucuk bantennya adalah segehan 5 tanding me be celeng matah,getih atekor,api takepan,tetabuhan tuak arak katur ring Sang Kala Maya Pati,jangan lupa mema-sang sungga guling di angkul-angkul,piuning di Betara guru saka sidan,untuk muput menggunakan tirta yang ditunas di Tulak Tanggul. Petunjuk lainnya dari Jero Tapakan Widhi adalah hendaknya seluruh krama Desa Adat Tegenan wajib hukumnya memuliakan beliau Ratu Lingsir Tanggul Gumi,Ratu Ayu,Sanghyang Suratma,Jogormanik dan Cikra Bala yang berstana di Pura Tulak Tanggul karena lokasi tersebut sebagai tempat melaksanakan upacara Ngaben masal yang merupakan tanah pribadi I Wayan Suweden yang telah direlakan dipinjam untuk digunakan tempat upacara,namun ketika usai ngaben agar dilaksanakan upacara caru rsigana untuk mengembalikan fungsi tempat pengabenan kembali berfungsi sebagai tegalan agar sang pemilik tidak kena kesalahan dari niskala,sedangkan usai meajar-ajar,sekembalinya Dewa Hyang dari Pura Dalem sebelum mepamit dari Margi Catur wajib mepamit dari pelinggih Sanghyang Semawa Gumi di tempat Yadnya Ngaben sebagai ucapan terimakasih dari Dewa Hyang pada penghuni niskala di lokasi tersebut.

Selanjutnya hal itulah sebagai dasar kami untuk melaksanakan upacara ini,sekaligus petunjuk tersebut  sesuai dengan Lontar Roga Sengara Bhumi sebagai salah satu acuan yang digunakan dalam  pelaksanaan caru di Desa Adat. Dari petunjuk itu kami diskusikan dan musyawarahkan kepada krama dan disetujui dengan menggunakan kas Banjar dan Kas Desa Kelod ungkap Klian Banjar Adat Tegenan Kelod saat pemlaspasan. Dana yang dihabiskan Rp.12.958.000,-(diambil dari Kas Banjar Adat Tegenan Kelod Rp.7.173.000 dan kas Desa Jangkepan/Pr.Dalem sebesar Rp.5.785.000) . dengan rincian sebagai berikut:

1.Ongkos Tukang guru Wayan Megeng Cs.                           Rp.  4.580.000,-

2.Material bangunan                                                               Rp.  6.972.000,-

3.Banten,Pedagingan,Pengangge,pengolem,caru,peras dll    Rp.  1.406.000,-

Sedangkan pengerjaan pendirian apit lawang dikerjakan gotong royong oleh karyawan koperasi Mekar Sari bersama ketua seka teruna.

Pelaksanaan pemlaspasan dilakukan oleh Jero Dewi janbangul Pr.Tulak Tanggul,namun karena "berhalangan" maka yang bersangkutan minta bantuan pelaksanaan pemlaspas kepada pemangku janbangul Pr,Manik Gni. Pada kesempatan itu hadir pula Bendesa Desa Adat Tegenan yang diwakili oleh I Ketut Wana Yasa A.Md.Par selaku petajuhnya,menyampaikan apresiasinya pada krama Banjar Kelod yang sudah bisa membantu Desa Adat dalam menata dan melestarikan tradisi leluhur yang sempat sirna yakni upacara caru sasih kenem yang akan dimulai pada kajeng kliwon uwudan sasih kenem ini, paparnya. Kami dari Desa Adat sangat berterimakasih dan menyambut baik langkah-langkah yang diambil krama banjar demi kerahayuan dan keselamatan kita semua apalagi petunjuk jero tapakan sangat sesuai dengan acuan sastra yang ada,jangan sampai di Tulak Tanggul sebagai tempat pengabenan Adat yang nota bena tanah milik pribadi yang sudah direlakan justru endingnya membebani sang pemilik karena kekurangan pelaksanaan upacara yang kita lakukan,kaasihan pemilik tanahnya. Kedepan akan kita benahi sehingga kita semua tenang dan aman melaksanakan kewajiban pada leluhur untuk itu atas nama Jero Bandesa dan krama adat saya minta maaf dan terimakasih atas kerelaan guru Wayan Suweden telah mempasilitasi pelaksanaan ngaben bersama Desa Adat Tegenan hingga bisa berjalan lancar,seterusnya.ucap jero petajuh.(medio051121manixs)

Pembangunan Paruman dan Apit Lawang (45%)

Sudah mencapai 70%

Ketua ST.I Wayan Teguh Pramarta membantu memasang Apit Laawang
Karyawan Koperasi Mekar Sari ngayah masang Apit Lawang

Klian Banjar Adat Tegenan Kelod ikut masang Apit Lawang

 

Paruman dan Apit lawang selesai diplaspas (selesai 100%),

Tampak di tembok belakang relif Barong Celeng ayah-ayah I Nyoman Selahdana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar