Rabu, 11 Mei 2016

NGAJIANG RAGA(PERSONAL BRENDING)



Ngajiang Raga ketah kebaos “Pencitraan diri(Personal Brending) turah mangkin lumrah wantah duen sang angawa rat,para nayaka praja,politisi miwah sekancan soroh ipun sane keanggen nincapang kekasuban dane sane keanggen ngeruruh tegak nguasaang jagat. Mejalaran pidabdab tan manut sinalih tunggil dane-dane politisi sane agengan bebaos kirang laksana(NATO=No Action Talk Only) mewetu raris pinangkan krama tan becik majeng ring dane-dane politisi nganinin indik ngajiang ragan dane(pencitraan dirinya).
            Ngwangun pengajin raga(personal brending) mula patut pisan manut Indayati Oetomo sane dados Image Consultant lan sane medue  John Roberts Power Indonesia,patut kelaksanayang.
Maka sujatianne ‘ngajiang raga’ kadi mangkine wantah penting pisan,yening dumun yakti iraga presida melaksana ‘low profile high profit’,banggiang sampun semetone maosin indik iragane se-manah ipun. Nanging ring pakibeh jagate sekadi mangkin,kewentenan saling merebut/mesaing sayan nincap , perlu sifat ‘high profile and high profit’,mawinan iraga perlu ngwangun ‘pengajin raga’ sane patut,uning ring kewentenan raga mangda presida neliksik bulu, ring dija kirangne, ring dija langkungne,yening nenten uning kirang langkung ring pedewekan, meweh pacang presida ‘ngajiang raga’ sepatutnyane.
Psikolog Elizabeth Hurlock maosang, ngajiang raga/citra diri wantah kewentenan angga sarira mawit saking sarira(dari dalam) minekadi kaweruhan/kompetensi, sifat/karakter, pengaji/nilai taler pekantenan angga sarira(tampilan luar) minekadi pekantenan/penampilan, tikas/sikap, semita/bahasa tubuh.  mangda lumrah ngiring angge bahasa Indonesia manten sekadi asapuniki...

Citra diri seseorang dibentuk oleh pola asuh orang tua serta lingkungan tempatnya dibesarkan, dan akan berkembang sejalan dengan proses pendewasaannya. Seorang anak yang dibesarkan dengan penuh cinta dari orang tuanya akan mampu mengembangkan diri secara maksimal sehingga ia punya citra diri yang positif. Sebaliknya, seorang anak yang cerdas namun karena tidak mendapat perhatian atau reward positif dari oleh orang tua atau orang-orang penting di sekitarnya, bisa jadi memiliki citra diri yang negatif. 

Citra diri ini pula yang akan mempengaruhi bagaimana seseorang memandang, bersikap, atau bertindak kepada orang lain. Atau sebaliknya, membentuk penilaian orang lain terhadap dirinya. Seorang ilmuwan seperti Einstein awalnya sempat diragukan kompetensinya karena penampilannya yang lusuh dan pribadinya yang ‘nyeleneh’. Baru setelah ia menunjukkan prestasi dengan menemukan teori gravitasi, orang pun mengakui dirinya sebagai orang jenius yang hebat. 

Sayangnya tidak semua orang yang memiliki kompetensi dan karakter yang baik mampu menampilkannya di depan publik. Untuk itu, menurut Indayati, seseorang perlu ‘memasarkan diri’ atau melakukan pencitraan dengan tepat agar tidak menjadi bumerang.  Siapapun mampu membuat sebuah terobosan atau sesuatu yang berbeda dari apa yang dilakukan orang lain. 

Setiap pribadi adalah unik, tak ada satupun yang mempunyai karakter yang sama. Dengan demikian setiap orang dikenal sebagai pribadi dengan karakter tertentu. Persepsi orang lain atas diri itulah yang disebut personal branding (citra diri). Personal branding bisa diciptakan.

“Keberadaan personal branding sangat membantu seseorang memahami kelebihan kekurangan dirinya dan orang lain, khususnya dalam dunia kerja, kata Erwin Parengkuan, praktisi yang juga menulis buku tentang Personal Brand – Inc. 

Dalam buku setebal 170 halaman itu, Erwin dan Becky mengulas tujuh komponen yang ikut membentuk kesuksesan personal branding seseorang, yaitu:  nilai (value), kemampuan dan ketrampilan (skill and competence, perilaku (behavior), penampilan (total look), keunikan (uniqueness, prestasi (achievement), kekuatan (strength), otentik (authentic) dan tujuan (goal).

Personal brand atau citra diri adalah tentang bagaimana Anda ingin dikenal orang lain dan bagaimana orang lain memandang Anda.

Begitu orang lain mulai mengenal Anda dan mengidentifikasi keahlian Anda, berarti Anda telah memiliki personal brand yang kuat.
Masalahnya, tidak semua orang menyadari pentingnya personal brand yang kuat dan bagaimana membentuknya.

Ada asumsi yang salah terhadap pemahaman personal branding. Banyak yang menganggap personal branding hanya diperlukan profesi tertentu seperti pejabat, artis, atau pimpinan tertinggi perusahaan.

Perlu dipahami, setiap orang, dari profesi apa pun, memiliki citra diri untuk membedakan dirinya dengan orang lain.

Personal branding merupakan proses membentuk dan mengoptimalisasi cara Anda tampil di depan orang lain. Media sosial salah satu kuncinya. Bagaimana Anda dikenal publik? Cara paling sederhana, ketikkan nama Anda di mesin pencari internet.

Masukkan nama Anda dengan variasi nama depan, nama belakang, nama lengkap, nama dengan ejaan yang salah, atau jika nama Anda terlalu umum tambahkan elemen lain yang membantu mendefinisikan seperti pekerjaan, tempat kerja, atau sekolah Anda.
Ketika Anda melakukannya, umumnya tiga dari tujuh hasil teratas adalah akun media sosial Anda seperti Twitter, Instagram, Facebook, LinkedIn, atau Google+. Sisanya, bisa muncul blog, laman pribadi Anda, atau tulisan-tulisan Anda jika Anda pernah menerbitkan tulisan di internet.

Dari situ, seseorang bisa menilai Anda bahkan sebelum mengenal dan bertatap muka dengan Anda. 

Banyak ahli percaya orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung. Citra diri yang positif membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan, antara lain:
• Membangun percaya diri
Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Orang yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk.

Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut.

• Meningkatkan daya juang
Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya.

Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi yang muncul dari orang dengan citra diri positif.

• Membawa perubahan positif
Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik.Masalah pengangguran tidak membuat orang bercitra diri positif mencak-mencak dan memaki pemerintah. 

Orang seperti ini akan berusaha mencari dan membuat lapangan pekerjaan bagi diri dan lingkungannya. Hingga ia bisa meyakinkan investor dan memulai usahanya, lapangan pekerjaan pun akan terbuka. Perubahan positif tidak hanya terasakan oleh dirinya, namun juga oleh lingkungannya.

• Mengubah krisis jadi keberuntungan
Selain membawa perubahan positif, orang yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong orang untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar.

John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut. 

Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut. Nah asapunika suksman personal brending sane patut titenin mangda iraga sami presida nepasin pakibeh jagat tanpa tepi kadi mangkine,sane lumbrah kebaos globalisasi,suksma (masyo)

HIDUP BAHAGIA ITU MENGATASI SUKA DUKA



Yam hi na vyathayantyte
purusam purusarsabha
samaduhkhasukham dhiram
so'mritatvaaya kalpate.
(BhagavadGita II.15).

Maksudnya: Sesungguhnya orang yang teguh pikirannya adalah orang yang seimbang dan teguh menghadapi suka dan duka, orang yang demikian itulah yang akan mencapai kehidupan yang bahagia dan kekal.
KEHIDUPAN umat adalah pada abad tehnologi dan informasi ini, dinamikanya amatlah fluktuatif. Lonjakan dan empasan suka duka amat tajam. Cepat beredarnya informasi, komunikasi, transportasi, pariwisata, iptek dan juga peredaran perdagangan menyebabkan kehidupan ini amat dinamis. Umumnya masyarakat memandang suka itu sebagai anugrah Tuhan dan duka hukuman Tuhan. Padahal semua agama meyakini bahwa Tuhan itu maha pelindung, maha pengasih lagi penyayang, maha penyelamat dst. Kalau keyakinan itu dikuatkan dalam sanubari tidaklah mungkin orang ada orang menderita duka, pasti dalam keadaan suka terus karena Tuhan pasti melindungi dan mengasihi. Apalagi Tuhan itu maha kuasa dan tidak ada yang dapat melampaui kemahakuasaan Tuhan. Mengapa ada pandangan bahwa suka itu karunia Tuhan dan duka hukuman Tuhan. Suka atau senang itu bukan tujuan hidup. Suka dan duka adalah akibat dari perbuatan. Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan. Kebahagiaan itu berada di atas suka dan duka seperti yang dinyatakan dalam Sloka Bhagavad Gita yang dikutif di atas. Suka kalau tidak dipahami dengan mental yang tangguh dan moral yang luhur dapat membuat orang GR atau gede roso dan mabuk.
Kekawin Nitisastra IV.19 sudah diingatkan bahwa ada tujuh hal dapat membuat orang senang seperti berwajah cantik atau ganteng, berilmu, kaya, keturunan bangsawan, bertenaga muda, memiliki keberanian. Namun semuanya itu bisa membuat orang mabuk. Kalau tidak mabuk orang itulah yang disebut orang yang utama. Peringatan Nitisastra ini sebagai upaya untuk mengingatkan manusia agar jangan terjerembab oleh keadaan yang menyenangkan indrianya. Dalam keadaan suka, orang sering lebih menonjolkan ego indriawinya menerima rasa suka itu. Senang menerima suatu keberhasilan tentunya sangat logis dan manusiawi. Namun senang itu hendaknya diterima dengan sikap yang rational, karena dibalik senang itu ada tanggung jawab untuk memelihara suatu yang membuat senang itu. Setidak-tidaknya mempertahankan keberhasilan yang membuat senang itu.
Mempertanggungjawabkan suatu keberhasilan tidaklah mudah. Karena itu senang atau suka itu jangan membuat kita berhenti pada berpuas diri. Rasa senang tanpa dikendalikan oleh daya spiritual dan kecerdasan intelektual dapat membuat orang kehilangan kewaspadaan. Demikian juga halnya dengan duka atau sedih harus diterima dengan sikap yang seimbang dengan daya spiritual dan kecerdasan intelektual. Ada kata-kata bijak mengatakan bahwa kegagalan itu adalah awal dari kesuksesan. Tentunya tidak setiap kegagalan awal dari kesuksesan. Amat tergantung dari cara menerima kegagalan itu. Kalau kegagalan itu di study dan analisa secara baik. Hasil studi dan analisa itu dijadikan dasar mengatasi kegagalan tersebut. Hal itulah yang amat besar kemungkinannya kegagalan itu sebagai awal dari kesuksesan. Dalam praktek bisnis menjadikan kegagalan itu sebagai awal kesuksesan disebut dengan istilah ''mistik produktif'' yang maksudnya belajar dari kesalahan.
Konon banyak perusahan besar yang sampai ''go international'' karena mau belajar dari kesalahan. Banyak orang-orang besar di dunia ini karena belajar dari kesalahan dan tidak takut menderita duka. Duka yang diterima dengan cerdas dan tenang itulah akan berbuah kesuksesan. Duka yang diterima dengan kebodohan dapat sebagai penyebab frustasi, kecewa, putus asa dan sejenisnya bahkan dapat mendorong orang bunuh diri. Karena itulah Bhagawad Gita mengingatkan untuk menerima suka-duka dengan ''sama dan dhira''. Kata ''sama'' dalam bahasa Sansekerta artinya seimbang sedangkan kata ''dhira'' artinya teguh atau kuat mental. Orang akan seimbang dan teguh menerima suka dan duka apabila ia menganggap suka dan duka itu kedua-duanya sebagai karunia Tuhan. Orang tidak mungkin mendapatkan suka atau duka kalau tidak berkarma yang menurut ajaran Karmaphala berbuah suka atau duka.
Meskipun Tuhan menurut keyakinan agama maha kuasa tetapi tidaklah sewenang-wenang melaksanakan kemahakuasaan-Nya itu. Tuhan sudah menciptakan hukum Karmaphala. Dalam Sarasamuscaya 74 ada dinyatakan: mamituhwa ri hana ning karmaphala. Artinya. Percaya akan kebenaran ajaran Karmaphala. Dalam sloka Sarasamuscaya ini dinyatakan ada tiga pengendalian prilaku pikiran. Salah satunya adalah tidak boleh tidak yakin akan kebenaran ajaran Karmaphala itu. Ini artinya tidak mungkin orang mendapatkan suka atau duka kalau tidak pernah berbuat yang berpahala, suka dan duka. Tuhan pasti selalu melindungi umatnya dari derita kalau ia tidak pernah berbuat yang membuat duka. Misalnya kalau ia pernah membuat orang lain duka, Tuhan pasti membiarkan orang tersebut suatu saat mendapatkan duka sebagai buah perbuatannya membuat orang lain duka. Karena kalau tidak dibiarkan mereka memetik buah karmanya dia akan terus dikotori oleh perbuatan membuat orang duka.
Demikian sebaliknya kalau orang berbuat membuat orang lain senang berdasarkan Dharma tentunya Tuhan tidak mungkin menghalangi orang tersebut memetik buah karmanya berbuat baik membuat orang lain suka berdasarkan Dharma. Ini artinya orang kena duka itu adalah atas karunia Tuhan untuk membersihkan yang bersangkutan dari dosanya. Paradigma penerimaan duka seperti itu akan membuat dampak psykhologis yang baik. Seperti tidak perlu dendam pada mereka yang membuat kita duka. Kalau memang tidak sepantasnya kita kena duka Tuhan pasti melindungi kita seandainya ada usaha orang lain membuat kita duka. Ini bukan berarti kita demikian pasif menyikapi perbuatan jahat orang lain. Kalau tingkat kejahatannya sudah sampai menyentuh ranah hukum maka hal itu wajib diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Proses hukum itu dilakukan bukan karena dendam, tetapi untuk kebaikan semua orang.
[BPM, 020111/KW/Masyo].

JANGAN DURHAKA PADA AYAH,IBU DAN GURU



Weda Wakya
Jangan Durhaka pada Ayah-Ibu dan Guru
Upaadhyayam pitaram ca ya
bhidruhyanti manasa
karmana va, tesam papa
bhrunahtyaavicis ‘am
nanyastasmaat paapakrcchaastiloke
(Sarasainuscaya 234).

Maksudnya: Durhaka pada ibu, ayah dan guru, baik dengan pikiran, kata-kata dan perbuatan, orang yang demikian amat besar dosanya. Lebih besar dosanya dan menggugurkan kandungan. Singkatnya, durhaka pada ibu, ayah dan guru sungguh amat besar dosanya.
Ibu melahirkan kitadari dalam kandungan yang gelap ke dunia yang terang ini seeara duniawi. Guru melahirkan kita dan kegelapan jiwa dan pikiran ke dunia terang, karena ilmu pengetahuan rohani dan duniawi. Ibu, ayah dan guru adalah pendidik dan juga pengajar. Pendidikan melatih orang dan kebiasaan buruk menuju kebiasaan baik. Pengajar membuat orang menjadi pandai berilmu. Pendidikan membuat orang menjadi pandai dan berkarakter. Karakter membuat orang jujur dan bijaksana. Kepandaian membuat orang punya penghasilan atau kekayaan. Kekayaan membuat orang lebih mampu berbuat baik. Kekayaan hanya boleh digunakan untuk berbuat baik dan benar. Menggunakan kekayaan untuk berbuat baik dan benar akan membawa orang hidup sejahtera dan bahagia di dunia dan sorga atau di alam niskala.
Demikian besarlah jasa ibu ayah dan guru dalam kehidupan ini. Ibu ayah dan guru akan mampu menjadi pendidik dan sekaligus pengajar apabila seseorang benar-benar mempersiapkan diri untuk menjadi ibu ayah dan guru. Bersuami Istri itu bukan sekadar media memenuhi hasrat seksual berdasarkan kodrat. Dalam Vana Parva 27.214 dinyatakan ada lima macari guru yaitu Agni yaitu sinar suci Tuhan, Atman yaltu suara hati nurani sebagai suara Sang Jiwa atau Sang Hyang Atma dalam diri manusia. Mata dan Pita yaitu ibu dan ayah sebagai guru yang pertama dan utama dalam hidup kita ini. Guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan disebut Acarya. Dalam tradisi lokal Bali dikenal adanya Catur Guru yaitu Guru Swadyaya, Guru Rupaka, Guru Pengajian dan Guru Wisesa. Menurut Manawa Sastra Guru Wisesa itu bukan pejabat pemerintahan, tetapi dharma. Semua pihak wajib patuh dan hidup berjalan pada relnya dharma. Pejabat pemerintahan séperti Raaja pun wajib menjalankan pemerintahannya berdasarkan dharma atau hukum suci.
Mata Pita dan Acarya adalah ibu ayah dan guru wajib dihormati oleh putra-putrinya yang baik, betapapun keadaan beliau itu. Karena durhaka kepada tiga guru itu sangat besar dosanya. Tentunya ibu, ayah dan guru itu juga memiliki kewajiban yang sangat mulia menurut ketentuan Sastra Hindu.
Kekawin Nitisastra VIII,3 menyatakan adanya lima kewajiban orangtua atau ibu dan ayah. Di antara lima kewajibannya itu ada disebut sebagai Upadhyaya dan Anyangaskara. Upadhyaya adalah orangtua sebagai guru memiliki kewajiban untuk memberikan pengetahuan duniawi pada putra-putrinya. Pengetahuan duniawi itu adalah Guna Widya yaitu mengarahkan putra-putrinya itu agar memiliki pengetahuan keterampilan bahkan keakhlian sebagai bekal hidupnya memperoleh arjana atau rezeki. Karena orang yang memiliki rezeki itu lebih banyak memiliki peluang untuk berbuat baik kepada sesama. Kalau putra yang memiliki arjana atau rezeki itu adalah putra yang hidup berdasarkan dharma. Kalau putna itu hidup tidak berdasarkan dharma justeru rezeki itu akan memerosotkan perilaku sang putra.
Ibu dan ayah sebagai guru disebut memiliki swadharma sebagai Sang Anyangaskara artinya onang yang memiliki swadharma meningkatkan status kesucian putra-putranya sampai menjadi “dewasa”. Kata “dewasa” berasal dari kata “dewa” artinya sinar, cerah atau tenang. Hidup bersinar cerah atau tenang adalah hidup yang dicenahkan atau diterangi oleh penguasaan ilmu pengetahuan suci yang disebut jnyana. Karena itu sebagai guru ibu dan ayah dalam menjalankan swadharmanya sebagai Sang Anyangaskara mengarahkan putra-putrinya mendapatkan pendidikan kerokhanian atau tattwa adyatmika. ini artinya dalam mendidik putra-putranya ibu dan ayah memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan tentang dunia sekala dan dunia niskala. Setelah ibu dan ayah mengarahkan putranya mendapatkan pendidikan duniawi dan pendidikan rokhani maka selanjutnya lebih teknis kewajiban guru sebagai Acaryalah yang melakukannya. Karena itu ibu, ayah dan guru wajib bekerja sama dalam menciptakan generasi yang siap menerima estafet kehidupan ini untuk menjalankan dharma. Agar proses alih generasi itu berjalan mulus dan berkesinambungan para putra wajib patuh pada ibu ayah dan guru. Patuh pada ibu ayah dan guru tidak berarti menjadi penurut tanpa nalar. Tidak boleh mentang-mentang karena ibu dan ayahnya tidak jebolan perguruan tinggi atau pendidikan formalnya kurang, lalu sang putra meremehkan ibu dan ayahnya. Demikian juga guru di sekolah formal atau Pasraman wajib tetap dihormati, tidak boleh diremehkan.
Untuk mendapatkan generasi muda yang benbhakti pada ibu, ayah dan gurunya fungsi orang tua sebagai upadhyaya dan Sang Anyangaskara perlu diseimbangkan. Jangan anak-anak itu hanya dididik menjadi seorang pencari nafkah semata. Didik dan latihlah putra-putra kita sejak kecil untuk berbhakti pada orang tua dengan menampilkan contoh bahwa kita sendiri senantiasa bhakti pada kakek dan neneknya serta yang setara dengan kakek dan neneknya itu. Hal ini akan menjadi contoh bagi generasi setingkat anak kita. Demikian juga anak-anak melihat contoh dari kedua orangtuanya yang hidup saling menyayangi dan hormat menghonmatl sebagai suami istri. Kalau setiap hari anak-anak melihat contoh orang tuanya demikian, menghormati kakek dan neneknya serta hidup saling hormat menghormati di antara orang tua, maka dalam benak anak-anak akan tertanam bahwa ibu, ayah dan gurunya demikian menghormati kakek dan neneknya. Contoh itu tidak perlu banyak dikomentari. Hal itu akan disaksikan dalam kehidupannya sehari-hari. Contoh positif itu akan mengendap dalam jiwa si anak dan itulah yang dianggap sesuatu yang seyogianya dilakukan oleh siapapun secara berkelanjutan dalam hidup ini (BPM, 150412, KW/Masyo)].

SARINING DHARMA PEMACULAN



MURDA CITTA                                               
Om Swastyastu,
             Melarapan saking manah suci nirmala,astiti bakti ring Ida Bhetara-Bhetari sami,mawinan sankaning paswecan Ida,Pustaka `Sarining Dharma Pemaculan` puniki, presida puputang titiang yadiastunké kantun doh saking tata titining lengkara wiadin anggah ungguhing basa basita.  
  Nanging sané unteng manah titiang wantah suksman ipun ,mangda iraga sareng sami presida niténin pemargi manut sastra agama pamekas ipun pemarginé ring geginané dados wongtani utawi pemacul. Sapunapi patut tetikasé ngemargiang swadarma,ngawit jagi mewinih,jagi ngawit metekap,nandur,ngampung,mantenin miwah sane siosan, punika sami wenten ilikitané sané patut iraga laksanayang yening jagi pacang niténin kesukertan lan kerahayuan. Punika sami wantah paswecan Ida mawinan iraga patut ngelungsur pemargi sane patut kadi piteket sané munggah ring Sang Aji Sastra pinaka tetamian para lelangit iragané  sami.
    Penyurat titiang puniki taler metetujon,indiké puniki mangda presida ngelimbak lantur presida kelaksanayang lamakana jagat Baliné Ajeg mawinan patut Lestariang Budayané.
    Ring anom-anom generasi mudané sampunang merasa kasor utawi gengsi dados petani yan sampun iraga teleb ngemargiang swagina pastika pacang mikolihang kerahajengan
    Ainggih asapunika pekeling titiang ring pengwac én sareng sami,mogi-mogi wenten pikenohnyané Suksma,

Om Santih Santih Santih Om.
Tegenan,21 Desember 2007.
Tityang kang sinurat
 
Mk.Manik Puspa Yoga


                                                                                                                             

 









SARINING DHARMA PEMACULAN


Panegara Indonesia sane madue krama pinih akeh no 4 ring jagate ,akehan pengupa jiwan kramane ring sajeroning memacul sane sampun tami ketami saking riin duk zaman domistikasi. Punika mawinan umat Hindune nitenin pisan indik swadarma sajeroning pemaculan utawi pertanian. Akeh lontar lan sastra agama sane maosang indike punika sinalih tunggilnyane LONTAR DHARMA PEMACULAN sane kesurat makudang-kudang paletan, sampun kegamel oleh kramane sane maswadarma lan oneng ring indik pemaculan. Selantur ipun pacang aturang titiang indik tatã carã  ngemargiang swadarma pemaculan (bertani) manut Lontar Dharma Pemaculan sane keringkes saking lontar-lontar duen Ida ring Gria Pidada Karangasem,Gria Intaran Delod Pasar Sanur,Perpustakaan Lontar Gedong Kertya,Singaraja,Yayasan Dharma Sastra lan Perpustakaan Lontar Pusat Dokumentasi (Pusdok) Kebudayaan Bali ring Denpasar,mangda Kramane sami presida ngemargiang swadarma pemaculan manut satra agama sane patut.
            Manut Lontar Dharma Pemaculan,yening mekarya ring bangkete mangda mikolihang hasil sane becik patut nganutin tata titi pemargi sane patut mekadi ring sor puniki:

1.Ngendagin
            Ngendagin utawi ngawit mekarya ring bangkete patut ngemargiang upakara bebanten canang lengawangi buratwangi, wohwohan,base,don sulasih,miwah kembang payas aturang ring sanggahe ring bangkete antuk puja: Ong Bhetari Sri,Sri wastu ya namah swaha. Suksman ipun nunas pemargi ring ida bhetara sane nuwenang genahe,mangda nenten sisip 

2.Nyekeb Winih (utsaheyang wit sane becik anut pemargine)
3.Mapag Toya
            Indike puniki sampun lumbrah kemargiang ring ulun empelan sane kelaksanayang olih ikrama Subak ritatkala ngawit ngunggahang toya ring carike,meserana banten kadi patut.
4.Amaluku/ngawit metekap
            Indik baktine anutang ring sasih minekadi:
a.      Yening sasih Kasa,Jiyesta lan Sadha, baktine minekadi :  buah-buahan lan sanganan mewarna putih,segehan nasi kepelan   mewarna putih,sekar sarwa putih,sawen antuk carang pucuk putih,maturan majeng kangin katur ring  Sang Hyang Iswara Guru.
b.      Sasih Karo,Ketiga lan Kapat serana bebantenia: woh- wohan jangkep,jaja warna barak,nasi kepelan barak   medaging lawar barak(bebek/siap),canang raka sekar  sarwa barak,sawen antuk pucuk bang(pucuk rejuna)  katur majeng kelod katur ring Ida Sang Hyang Brahma   Guru
c.      Sasih Kelima,Kenem lan Kepitu,meserana antuk banten   medaging woh-wohan jangkep,sanganan mewarna  kuning,iwaknia lawar ayam utawi itik,canang raka mesekar  sarwa kuning,mesawen wana kuning antuk taru/kayu ujan mas,maturan majeng kauh ring Ida Sang Hyang Mahadewa Guru.
d.      Sasih Kawulu,Kesanga lan Kedasa mebanten wohwohan lan sanganan warna ireng,olahan lawar ayam utawi itik,canang raka mesekar ireng/pelung,mesawen kayu temen,maturan majeng kaler ring Ida Sang Hyang Wisnu Guru.
5.Angurit/mewinih
Rikala pacang mewinih pantun patut kadulurin antuk upakara bakti ;
nasi akojong,iwaknia taluh medadar,udang megoreng,sambel kecai,serondeng nyuh gading,sekar tigang kancuh/macem,genahang ring pengalapan,kategepin antuk mantra : Ong Hyang Ibu Pertiwi,ulun aminta nugraha,pakenani tanemaning ulun,empunen sida urip warasa,Ong Sri Sri ya namah swaha. Sesampun sayaga pacang mewinih bulih(bibit) punika mangda kesapain antuk mantra : ih si pari awod kawat,awit selaka,arondon mas,awoh mirah,ong pasek-pasek ta kita saking petala,teka endusi Sang Hyang Warsa,teka lēnga Sang Hyang Embun,teka ngempeti Sang Hyang Bayu. wawu raris binihe sambehang ring peminiane.
6.Ngabut bulih
            Nenten nganggen serana bakti,nanging ulengang kayune nunas kesidian antuk japa mantra: Om Sri wahya, Om Sri wahya Om Sri wahya.
7.Ngetepin bulih
            Yening jagi ngetep bulih patut mesesapan antuk mantra : Om Bhetari Sri Ganapati
8.Nandur padi
            Meserana antuk banten : nasi kepelan putih kuning meiwak taluh,bubuh suyup 7 tanding,nasi kuning metatak-an don dapdap,me be tadah sukla,canang genten, canang tubungan,lengawangi buratwangi, keaturang ring I Rare Angon lan Bhatari Uma ring pengalapane.
Taler ketegepin antuk banten sesayut meterasi bang, canang sari,canang gantal,canang medaging nyahnyah gringsing,gula bali,daksina asiki,baas akulak, lawe satukel.

Rikala nandur patut elingang sasihe, minekadi,
    a.      yening sasih Jiyesta,Sada lan Kasa,naga majeng kangin,  mewinih utawi nandur padi,metekap(ngambekin), mangda kelaksanayang madingang bantenge ,nandur muter  ke kebot,taler ketegepin bakti ;nasi putih mebe putih  taluh, sekar putih, pejungjungania carang lemo utawi  carang dapdap antuk mantra `Sang`.
     b.      Karo,Ketiga,Kapat, naga majeng kelod, teler mewinih,   mlasah muter ke kebot,ngangge serana banten nasi barak, meulam barak(gurami),sekar bang,pejungjungania  tiing utawi carang temen antuk mantra `Bang’
     c.      Kelima,Kenem,Kepitu,naga mejeng kauh baktine nasi kuning meulam kuning taluh,sekar kuning, pajungjungan  ia (penyukjukan) tiing gading utawi carang kayu mas  antuk mantra `Tang`
      d.      Kaulu,Kesanga,Kedasa,naga majeng kaler serana pateh nanging ireng warnania,kategepin antuk mantra `Ang`(sehananing pekaryan ring carike sampunang pisan   piwal ring genah Naga)
            Yen sampun wusan nandur padi patut ngaturang banten cawu mumbul asiki ring Pura Bedugul,ring tengah carike ngaturang cawu mumbul kekalih,cawu petik kekalih taler ring sabilang sisi carike ngaturang cawu petik asiki.

9.Padi sampun metandur 12 rahina
            ngaturang banten ; bubuh metatakan cawu petang warna,bubuh suyup akehne nganutin urip dina ,tulung 5, ketipat pendawa 2,canang medaging nyahnyah gringsing, gula bali,mesawen antuk carang dapdap.

10.Padi sampun metandur 17 rahina
ngaturang banten; bubuh tabah 5 tanding genahang nyatur desa lan ring tengah sawah.                           
11.Sesampun meumur asasih
            Ngaturang banten tipat dampulan,penek/pangkonan  putih kuning,nasi takilan,canang tubungan lan nasi mancawarna,canang medaging nyahnyah gringsing.
12.Lintang ring asasih
            Rikala rerahinan patut ngaturang banten; ketipat sari medaging jaja gina,tulung urip,tulung sangkur.
13.Umur padi kalih sasih
            Mekarya sanggah kukungan munggah bakti: ,blayag 6,ketipat 2,asem/lunak,panca pala,klungah kasturi, ring sor sanggah ; nasi takilan meulam tlengis, ketipat lepet (tipat ban don tiing) meulam nyalian lan taluh,mesawen  kelawasan,lidi 3 katih,jinah bolong 3 keteng,raris lidi punika anggen pindayang nignig padi mangda jelih.
14.Lintang ring kalih sasih
            Ngaturang bakti bajang colongan ring Pura Bedugul sekadi bajang colongan rare,patut keastawayang oleh dane jero mangku sane patut ring Bedugul.
15.Umur 3 bulan
            Ngaturang banten; jerimpen asiki,woh-wohan jang-kepkatur ring Pura Bedugul.
16.Lintang ring tigang sasih
            Ngemargiang upacara ngiseh,Byukukung antuk ngaturang tipat meulam ayam metunu.    
17.Padi sampun petang sasih
            Ngaturang bakti sayut pengambyan,tadah pawitra, karma subak patut ngaturang pengusaban ring Pura Bedugul sane kewastanin upakara penyengseng tangluk, mecaru antuk asu bang bungkem.
18.Ngampung/Manyi
            Yening jagi ngampung mangda urati ring dina(sapta wara),sri lan guru taler adungang, taler nuju purnama/tilem (paruh gelap,paruh terang),ngalapin 108 katih, baktine ;tulung 7 medaging nasi kuning meulam kuning taluh mesekar kuning antuk japa mantra :Ong Sri Mahadewa ya namah.Wawu raris ngawit ngampung antuk mantra: Ong Sri mider,Sri mandel,mungguh Sri jagat raya namah. Ong Sang Pangukuhan,Sang Karung Kalah,Sang Sandang Garba,Sang Katung Meraras,Sang Wretikan Dayun, angro-wangana ani-ani,witana mandel.Bakti sane patut katur rikala ngampung,yening Sri mangda ngangge cawu 6,Guru ngangge cawu 8,Rudra ngangge cawu 3,yening Kala ngangge cawu asiki,punika sane patut kemargiang. Pemargine ,padi sane jagi keanggen Nini pinih pertamă patut keanyi saha sampunang ngampung mapitungkas ring genah tenggek Sang Hyang Naga,prade memurug(metungkas),wastu ngawinang boros.

19.Ngunggahang padi ke lumbung
            Banten sane katur : canang lengawangi burat wangi,punika taler jagi nyimpen padi. Mantra :Ong Sri penuh,Ong Sri mandel atata nama swaha.

20.Pemungkem merana
       a.      Paksi/kedis
serana : don punyan samidaha pikpik ,ilehang ke kiwa ,antuk mantra : Ong Kaki bungkem,nini bungkem,ambuh basang sang manuk amangan parinira Bhetara Guru,pari maka pelalyanan,teka bungkem.
      b.      Kedis kukugan/guak.
Canang atanding medaging nyahnyah gringsing antuk mantra:Ih brabu item,brabu rawa,eda baanga sang gowak mangamah tetanduran Bhetara Guru,empu brabu item,brabu rawa,empu tetanduran nira,poma,poma,poma
      c.      Bojog
 seranaia: nasi takilan me be taluh siapabungkul,canang, aon lenga wangi buratwangi aturang ring sawah antuk japa :  Dewa Ratu sira medrue gumine deriki ,puniki  titiang ngaturang ganjaran,nasi takilan iwaknia taluh  ayam,raris sambehang aone ping tiga meilwan ke kebot.
      d.      Jero Ketut/Bikul
Serana : bubuh pirata talepokan,canang lengawangi buratwangi aturang ring sawah/beten
Mantra: Sang tikus meneng,away mangan parin ingsun Lelabaan bikul: jeroan pengarga aketeng jinah bolong   dauhin/kauikin ibikul antuk niru suaran nyane ping tiga (ciit), serana pengusirne : pamor bubuk metatakan don medori 5 bidang,genahang nyatur lan ring tengah.
 Mantra :Ong meng putih,ula putih, lamun wani ki tikus pu
Tih,tumoning meng putih,ula putih,wani ki tikus amangan Bhetari Sri,lamun tan wani ki tikus putih tumonin meng putih,ula putih,tan wani ki tikus putih amangan Bhetari Sricangkem sira bungkem,bungkem,bungkem.
      e.      Balang Sangit
 Serana : entip me-emem,genahang ring payuk anyare, Muncuk dapdap tetiga tegul antuk benang tridatu, cam  pur antuk aon otpesak/gumpang raris tekepin,bakta kesawah ketisang maileh ke kebot ping tigang ilehan.               
Mantra : muncrat mutering bhumi,mas ratna mutering jagat ,I  warahi Ni Sarini.

       f.       Padi bekung
Serana :Be ilak metanem sebilang bucu,raris simbuh antuk tri ketuka (bawang,kesuna,jangu) ping tiga.
Mantra : Ong uler singgat luwa,joh paranta,garuda putihKahidep sidhi mandi mantranku.                
      g.      Padi kuning kadi puun.
Serana : tain belek,punyan kayu sisih,tri ketuka sami meincuk raris sambehang ring temuku/penyaungan toyane.

      h.      Merana Lanas
          Serana : liligundi meincuk lan cuka,ketisang ring padine.

       i.        Wereng
Serana : punyan kecicang maincuk,ketisang ring padine,miwah kebesan punyan nyuh sander kilap genahang akidik ring pengalapane.
Mantra : Ong kamanira Bhetara Manu,sumamburat mena di ta sira lanas,menadi ta sira mereng,menadi ta sira mati busung,apan aku anaking bhetara guru,anambĕnin sira mundura sira,klod kauh pangunduran sira,syah.

            Asapunika indik tata titining ngemargiang Dharma Pemaculan rikala ring bangkete.
Selantur ipun taler indikan pemargi seos sane kesurat ring llontar Dharma Pemaculan minekadi `pengundang amerta` utawi pengundang rejeki pinaka serana mangda Ida Bhetari Sri, mangda kengin Ida tampek/jenek kepatutane medasar antuk mereresik(mebersih-bersih) ngawit saking merajan,jero/umah ngantos ke lebuh saha setata ngastiti /meyadnya ring Ida,ngawit saking umah rikala :
1.Soma Umanis Tolu
Bhetari Sri tedun ring lumbung ngeranjing ring pulu,nika mawinan patut maturan ajengan megulung, maulam jeroan bawi antuk basa,mica lan jinten,katur ring  Ida Bhetari Sri Nagati
2.Bhuda Umanis Julungwangi
   Bhetari Sri tedun kewangunan jero,ngeranjing ring pesarean nika mawinan patut maturan : nasi metatakan celemik kekalih katur ring Bhetari Sri Lulut Hati.
3.Sukra Umanis Langkir
   Bhetari Sri tedun ring semer,ngadeg ring sanggah semerĕ,iriki katuran tadah sukla,katur ring Ida Bhetari Sri Dewagati.
4.Redite Umanis Merakih
   Bhetari Sri tedun ring tukade,ngeranjing ring toya inem,mawinan katur bakti : nasi mecampur kacang ijo,nyuh mesisir tipis-tipis,maulam taluh ayam,katur ring Ida Bhetari Sri Gati.
5.Anggara Umanis Uye
   Ida Bhetari Sri tedun ke pekarangan umah,ngeranjing ring kandang ,mawinan maturan canang sari sejangkepnyane,katur ring Ida Bhetari Sri Kumarasari.
6.Wraspati Umanis Ugu
   Bhetari Sri tedun ke sawah,ngeranjing ring lumbung padi rikala punika patut maturan bakti sarwa pawitra katur ring Ida Bhetari Srigati.                    
7.Saniscara Umanis Watugunung
   Bhetari Sri tedun ke perantenan,melinggih ring pelangkiran perantenan,patut ngaturang banten sarwa barak,katur ring Ida Bhetari Sri Brahmagati. Mawinang presida inih,nenten kekirangan beras wiadin jinah, nenten kelugra :
     a.     Nyampatang natah rikala wengi,
     b.     Nimbang/nguu baas rikala wengi
     c.      Ngadol baas rikala wengi
     d.     Ngedasin entip/kerak nasi rikala wengi
     e.      Nyusut kukusan/panci rikala wengi
     f.       Muyungin jeding rikala wengi
     g.     Ngenahang ntip/sengauk ring pulune kala wengi
     h.     Ngadukang nasi lan palawija seosan ring pulune rikala wengi
i.       Pradĕ mamurug jagi kepastu olih Ida Bhetari Sri.

Astungkara dumadak labda karya,menawi kirang langkung pemipil puniki,tityang nunas geng pengampura,tetujon tityang wantah ‘meyadnya’sajeroning ngelestariang pustaka sucin duene pamekas gaguat ring sajeroning pemaculan,
pikayun mautama lungsur tityang sajeroning negepin cakepan puniki,pamekas ring krama Subak Abian Pucak Manik ngiring tincapang gegirase sajeroning nitenin swagina pemaculan ring gaga lan bangket,gumantine ngiring ruruh pustaka sane anut ring geginan lantur sobyahang ring krama,mangda sayan nincap kaweruhane pamekas nabdabin indik Tri Hita Karana,suksma
 (masyo)