Menarik sekali apa yang disampaikan oleh Dr.Adi Surya Pradnya,S.Ag,M.Fil.H dalam sebuah ceramahnya di TV One dalam acara Damai Indonesiaku dengan topik Transformasi Karma.
Sesungguhnya ajaran Hindu yang dilandasi dengan Panca Sradha yaitu lima keyakinan(sradha) yang terdiri dari:
1. 1. Widhi/Brahman Sradha yakni keyakinan tentang keberadaan Ida Hyang Widhi Waca/Parama Atman.
2. 2.Atma Sradha percaya dengan adanya Atma/percikan kecil dari Parama Atma.
3. 3.Karma Phala Sradha,percaya dengan Hukum Karma Phala/Hukum Sebab Akibat.
4. 4.Phunarbawa/Reinkarnaasi Sradha,percaya dengan adanya kelahiran berulang.
5. 5.Moksa Sradha,yakin dengan adanya moksa/manunggaling atma dengan Parama Atma.
Dalam kontek Sradha diatas, kalau diurut secara kronologisnya bahwa Tuhan/Brahman menciptakan makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan dan manusia, masing masing dengan anugrah kekuatan Beliau. Tumbuhan dengan Eka Premana(bayu) yaitu hanya bisa “tumbuh” kekuatannya adalah Stawana, pada hewan Beliau ciptakan lebih sempurna karena disamping tumbuh juga bisa bergerak dan bersuara (Dwi Premana/bayu dan sabda) sehingga kekuatan beliau disebut Jenggama,sedangkan pada manusia diciptakan sebagai makluk yang paling sempurna lengkap dengan Tri Premana yaitu bayu,sabda dan idep dengan percikan beliau yang disebut Atma.
Setelah Atma memasuki Panca Maha Bhuta manusia,maka manusia itu lahir,hidup hingga meninggal ,ia melakukan Karma meliputi karma berfikir,berucap dan berprilaku,hasilnya hanya dua yaitu Karma Baik(Subakarma) dan Karma Buruk(Asubakarma),pada hakekatnya semua itu akan mendapat Pahala atau hasilnya masing-masing.
Dalam Kitab Slokantara 68 disebutkan “Karma phala ngaran ika phalaning gawe hala hayu” karma phala itu adalah hasil perbuatan buruk baik. Tentunya yang dilakukan oleh masing-masing orang dan akan diterimakan oleh orang yang melakukan,bisa diterima langsung dalam kehidupan sekarang,masa lalu maupun masa yang akan datang(dikehidupan nanti).
Phala dari karma yang lebih banyak baiknya masuk surga yang buruk masuk neraka,maka dalam hukum reinkarnasi/phunarbawa dikatakan ada atma dari Neraka Syuta dan Swarga Syuta sehingga ada manusia yang hidupnya makmur bahagia dan ada manusia yang penuh penderitaan.
Karma yang super baik sesuai dengan ajaran Tuhan maka ia akan menyatu dengan Sang Sangkan Paraning Dumadi yaitu Brahman yang disebut dengan Moksa sebagai tujuan akhir Agama Hindu yakni Moksartham Jagatita ya ca iti Dharma.
Selanjutnya dalam bahasan Dr.Surya dalam kaitan dengan transformasi karma,bahwa kita diciptakan Tuhan dalam hidup ini tentu berkarma baik dan buruk,ketika kita berkarma buruk maka jelas akan dibenci oleh manusia lainnya,jangankan karma buruk,karma baikpun tanpa sebab kita bisa dimusuhi oleh orang lain,ini efek dari karma masa lalu (sancita karma phala). Maka disinilah peran penting kita dalam mengelola hati baik berupa keiklasan maupun kesabaran hati,kita dibenci orang maka janganlah balik membenci,tetapi merespon dengan kesadaran,keilasan dan kesabaran bahwa itu adalah efek dari karma kita sendiri, utamanya karma buruk masa lalu,maka kita terima dengan lapang dada dan mendoakan yang baik kepada mereka yang membenci kita,tidak mudah memang ini perlu latihan dan pembiasaan. Kalau bisa dilakukan secara kontinu maka papa,mala,klesa kita akan mengalir kepada mereka atau karma buruk kita akan mengalir kemereka yang membenci kita,maka semasih diberi waktu berbuat baiklah sebisa mungkin untuk mengurangi karma buruk kita,ibaratnya sebuah gelas yang berisi air keruh,apabila setiap saat diisi air bening maka lama-lama air di gelas itu akan bersih. Nah inilah cara kita mentransformasi karma buruk sehingga dosa-dosa kita bisa dihapus. Dasar hukumnya jelas seperti dalam Lontar Lubdaka bagaimana si Lubdaka sebagai Ni Sada(pemburu) banyak binatang yang dibunuh tentu banyak dosa,sehingga dalam melam Siwalatri dia merenungi diri dengan Upawasa,Jagra/melek memetik 108 daun bilwa,semua itu adalah simbolisasi bagaimana kita melek/paham terhadap ajaran dharma dengan 108 purana,weda dan sebagainya,kalau itu bisa dilakukan niscaya dosa kita akan terampuni.
Contoh lain seperti Bhagawan Biasa yang dahulunya juga seorang pendosa,perampok dan sebagainya, beliau dengan kesadaran dan kemampuannya dalam berliterasi sastra beliau bisa menulis wejangan dharma yang abadi dalam bentuk Itihasa sehingga menjadi tuntunan umat manusia di dunia dan relevan sepanjang masa.
Nah,pertanyaannya,bagaimana kita bisa melakukan itu ?. Dalam Kitab Sarasamuscaya disebutkan “Apan iking manadi wong,uttama juga iya,nimitaning mangkana wenang iya tumulung awaknia ring Samsara maka sedana Subakarma,ika kuttamanikang manadi wong” artinya karena kita menjadi manusia adalah makluk utama,oleh karenanya ia dapat menolong dirinya dari hukum Samsara/Phunarbawa dengan sarana Subakarma/perbuatan baik. Subakarma itu banyak jalannya ,namun secara sederhana dalam lambang dharma kita yaitu Swastika yang asalnya dari Tampak Dara,mengandung makna yang mendalam yaitu kalau tampakang(kerjakan) baru daar(makan) artinya makanlah makanan yang berasal dari kerja yang halal. Tampak dara itu juga mengandung makna positif/kebaikan,kalau kita perhatikan gambar tampakdara itu ada garis silang,ujungnya ada menunjuk keatas,samping kanan kiri dan kebawah. Filosfinya garis yang menunjuk keatas(maknanya Parhyangan) kita agar selalu eling dan sembah bakti dengan Ida Hyang Widhi Wasa dan para dewata dewati Kawitan leluhur semua,baik melalui doa,sembahyang,beryadnya,dana punia,membangun pura,memelihara kesucian pura dan lain-lainnya.
Garis kesamping kanan dan kiri sebagai simbul Pawongan,yang kekiri bisa dilakukan dengan bersosialisasi dan berpartisipasi kemasyarakat,baik melalui kegiatan suka-duka,ngayah/ pengabdian, membantu/menyumbang mereka yang membutuhkan,kepedulian terhadap krama yang menderita dsb. Sedangkan garis yang ke kanan mengandung maksud bagaimana kita berkeluarga,mendidik anak, mengawasi,menyayangi anak/keluarga,saling menjaga,Memenyama braya termasuk keluarga besar dadia, karena pada akhirnya kita akan bersatu di paibon/Dewa Hyang,tidak dapat dipungkiri,kaya miskin,sakti, dongo, kita akan disatukan disana,jangan ego saat kita mampu dan sukses serta sehat,ingat siklus itu akan datang pada saatnya sesuai rta/hukum alam tidak bisa dipungkiri cepat atau lambat pasti datang kepada mereka yang mebuatnya. Mari kurangi ego,ingat pada leluhur,beliau akan sangat sedih apabila warih-warihnya tidak terkendali dari kemudoratan dan kemurtadan dan jangan wariskan dendam pada keturunan sehingga menjadi rantai kebencian dan permusuhan sepanjang masa. Putuslah rantai itu agar kita bisa melakukan transformasi karma,sehingga kita bisa mempunya karma baik sehingga jiwa-jiwa yang kotor seperti gelas keruh tadi semakin lama menjadi jiwa-jiwa yang semakin bersih.
Selanjutnya garis kebawah (Palemahan) itu mengandung makna bagaimana kita bertransformasi karma dengan lingkungan alam sekitar,mulai dari rumah/pekarangan, tegalan,sawah,binatang peliharaan,bhuta kala dan sejenisnya. Hal sederhana yang dapat dilakukan,menjaga kebersihan dan keindahan rumah,tempat tidur,dapur,pekarangan,menata taman,memberi kasih sayang pada binatang peliharaan,mengelola lahan tegalan sawah agar subur dan sejenisnya serta tidak lupa dengan yadnya sesa sebelum makan.
Nah semeton demikianlah uraian tentang Transformasi Karma sebagai hal menarik yang dapat disimak dalam dharma wecana DR.Adi Surya Pradnya,terimakasih semoga bermanfaat (Manixs).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar