Jumat, 23 Mei 2025

"NAGA AGUNG DAN ULAR EMAS DI PINTU NISKALA"

Malam itu langit Tegenan gelap. Hanya bulan sabit yang menggantung malu di antara awan. Angin dari arah Telaga Waja berembus dingin membawa aroma lembab dari sungai dan bebatuan basah. Di tepian utara aliran sungai itu, tersembunyi sebuah goa suci yang tak bisa sembarang orang mendatanginya—Goa Gala Gala Pura Langse, tempat bersemayamnya dua roh agung dari alam niskala.

Ida Bagus Wiratha, seorang pemangku  dari desa sebelah, telah bermimpi tiga malam berturut-turut: seberkas cahaya emas melingkar-lingkar di dalam air, lalu muncul suara halus memanggilnya, “Sapa raga, sucikan diri. Buka jalan leluhur...”

Malam ini malam Jumat kajeng Klion enyitan, ia datang seorang diri. Membawa sesajen bunga cempaka lengkap dengan pejatinya, air kumkuman, dan dupa wangi wangian, Ia menapaki jalan licin menuju mulut goa, tubuhnya menggigil bukan karena dingin, tetapi karena aura goa yang pekat, berat... seakan ada mata tak kasat memandang dari balik kegelapan.

Ia mulai masuk kedalam goa sembari mengucapkan Om Swastyastu, kedatangannya  disambut suara gemericik air seperti ombak kecil ,lalu dengan sesaji pangkonan petak-jenarpesegehan alit dan doa sederhana, ia kemudian menyembah lalu mengambil air suci itu. Airnya bening namun terasa hidup, mengalir dari celah batu ke dalam kolam alami, setelah itu  ia keluar dari goa. Sebelum melakukan apapun, ia melukat di jaba pura—dengan memerciki dirinya dengan air suci tadi,lalu membiarkan air menyentuh ubun-ubunnya, pundaknya, dadanya. Setiap tetes air seolah membawa bisikan mantra yang tak ia mengerti maknanya.

Tak jauh dari tirta suci, dinding goa tampak hitam berkilau. Ia mengusapnya dengan tangan, meninggalkan serbuk hitam lembut di telapak tangannya. Di desanya, serbuk ini diyakini bisa menyembuhkan penyakit kulit menahun—kulit melepuh, borok, hingga penyakit yang tak ditemukan penyebabnya oleh dukun maupun para dokter.

Namun malam ini bukan untuk meminta kesembuhan, melainkan membuka jalan untuk ‘nangkilang’ leluhur. Dalam tradisi Banjar Adat Tegenan Kelod, sebelum seseorang dapat menyampaikan doa atau maksud nangkilang leluhur di Pura Dalem Puri, ia semestinya terlebih dahulu harus menghadap dan menyucikan beliau roh para leluhur di Pura Langse ini—sebagai gerbang antara sekala dan niskala.

Wiratha menaruh sesajen di atas batu datar, lalu mulai melantunkan kidung kuno. Seketika, udara di dalam goa berubah. Api dupa diatas banten sesaji didepan pelinggih menari tak menentu, air suci bergetar, dan dari kejauhan terdengar suara mendesis—panjang, bergema.

Dari sudut goa yang gelap, muncul kilauan keemasan. Ular besar, sisiknya seperti emas cair, melata tenang menuju altar. Matanya tak merah, namun bersinar hangat, menyelidik langsung ke dalam batin Wiratha. Ia tahu... itulah Bhetari Ratu Mas Sri Amertha.

Tak lama, tanah sedikit bergetar, batu-batu kecil berderak. Asap dupa mengental, lalu dari balik kabut, naga besar bermata hitam berkilau muncul, tubuhnya memenuhi separuh goa. Nafasnya berat namun penuh keagungan Beliaulah Bhetara Antha Boga.

Keduanya berdiam sejenak, lalu ular emas membuka mulut, mengeluarkan suara tak seperti suara manusia, namun langsung menggema di benak Wiratha:

“Sucikan maksudmu. Bersihkan niatmu. Maka leluhur akan menjawab.”

Wirata menunduk dalam-dalam,kemudian tak terasa air matanya jatuh menetesi natar pemujaan  . Ia tahu, malam ini ia tidak hanya membuka jalan untuk leluhurnya, tapi juga membuka pintu bagi dirinya sendiri—menuju kehidupan yang lebih bersih, lebih selaras dengan semesta yang agung ciptaan Sang Murbeng Dumadi.

Pagi menjelang, goa kembali sunyi. Wiratha pamit dengan wajah basah tapi tenang. Di belakangnya, dinding goa berkilau hitam, dan berhembus angin suci mengalir merasuk kerelung hati membawa kedamaian jiwa. Tak ada yang tahu pertemuan suci dimalam yang merindingkan bulu kuduk itu, kecuali alam, leluhur, dan niskala.

Sejak malam itu, Pura Langse tidak hanya dikenal sebagai tempat melukat, tapi juga sebagai pintu hidup kedua—bagi siapa saja yang benar-benar ingin bertemu dengan dirinya sendiri, dan dengan roh leluhurnya.(Manixs) 

Pura Langse

Gua Gala Gala Gerbang Niskala ke Dalem Puri,Besakih


Tidak ada komentar:

Posting Komentar