Rabu, 20 Agustus 2025

ISTRI SEJATI PELITA JIWA PENJAGA DHARMA,SUAMI SEJATI PELINDUNG MAHLIGAI RUMAH TANGGA

Saling melengkapi


Dalam sunyi kehidupan yang tak selalu ramah, seorang pria menemukan cahayanya pada sosok yang tampak lembut namun menyimpan kekuatan yang tak terhingga — istri sejatinya.

Istri bukan sekadar pendamping dalam senyuman dan duka, tapi ia adalah Saha-Dharmini, yakni belahan jiwa yang mendampingi menapak jalan dharma bersama suaminya. Ia bukan bayangan yang berjalan di belakang, tapi cahaya yang menyinari jalan di sisi — terkadang di depan, mana kala suami tersesat arah.

Bila kehidupan adalah pertempuran antara dharma dan adharma, maka istri sejati ibarat Parwati yang bersedia menjelma menjadi Mahakali, mengerahkan seluruh daya dan cintanya demi menjaga kehormatan sang suami. Ia mungkin tampak lembut, namun jika cinta dan kebenarannya terganggu, maka seluruh semesta akan menyaksikan kekuatan cinta seorang istri — cinta yang mampu menjadi badai menghancurkan segala kebatilan demi kebenaran.

Istri juga adalah Gṛhini,ia adalah  penopang utama rumah tangga. Rumah bukan hanya soal dinding dan atap tempat berlindung, tapi tempat di mana hati berlabuh, dan dalam rumah itulah ia menciptakan kedamaian. Dengan kasih sayang, ia mendidik anak-anak, menjaga api dapur tetap menyala, dan menyatukan serpihan-serpihan kelelahan sang suami menjadi semangat baru. Istri bukan hanya penghuni rumah, tapi jiwa rumah itu sendiri.

Disisi lain istri juga berperan sebagai  Lakṣmī, dimana istri sesungguhnya adalah sumber rezeki, keberuntungan, dan kemakmuran. Bukan karena ia membawa emas atau perak, tapi karena kehadirannya mengundang berkah. Di wajahnya yang penuh cinta, rumah menjadi tempat yang dirindukan; dalam doanya yang hening, hidup menjadi ringan untuk dijalani.

Dalam Kitab suci  Manawa Dharmasastra dan Manusmrti menyesebutkan:

"Yatra nāryastu pūjyante ramante tatra devatāḥ"  artinya

"Di mana wanita dihormati, di sanalah para dewa bersuka cita." Sloka itu mengajarkan pada kita, bahwa suami yang bijak tahu, bahwa dengan menghormati istrinya, ia tengah menghormati semesta — dan dengan menyakitinya, ia mencederai dharma itu sendiri,saling mengerti,saling melengkapi itulah sesungguhnya suami-istri.

Namun lebih dari itu semua, istri sejati adalah pengantar menuju moksha. Ia bukan sekadar teman dunia, tapi pasangan dalam perjalanan jiwa. Ia hadir bukan hanya untuk menyatukan tubuh, tetapi untuk menuntun hati menuju keheningan abadi.

Cinta dalam bentuk tertingginya bukan hanya tentang memiliki, tapi tentang menjadi satu dalam tujuan hidup yang luhur. Dan di sanalah, di tengah riuhnya dunia dan sunyinya malam, seorang pria tahu dalam dirinya, ada seorang wanita yang bukan hanya mencintai — tetapi menyempurnakan.

Demiikian halnya dalam ajaran Hindu, peran suami dalam menjaga dan melindungi istri memiliki dasar yang kuat, baik secara etis, spiritual, maupun sosial. Hubungan suami-istri dipandang sebagai ikatan suci (dharma) yang tidak hanya bersifat duniawi, tetapi juga bertujuan untuk mencapai moksha (pembebasan spiritual). Berikut adalah bagaimana seorang suami seharusnya menjaga istrinya menurut ajaran Hindu:

 

1. Melindungi istri sebagai bagian dari Dharma (kewajiban suci)

Dalam Hindu, dharma seorang suami adalah melindungi, menafkahi, dan memperlakukan istri dengan penuh kasih dan hormat. Suami dianggap sebagai pelindung keluarga secara fisik dan spiritual, dan menjaga istrinya adalah bagian dari pelaksanaan dharma tersebut.

2. Menjadi pendamping spiritual istri

Suami tidak hanya bertanggung jawab secara materi, tapi juga membimbing istri menuju kemajuan rohani. Dalam pernikahan Hindu (vivaha samskara), suami dan istri adalah mitra spiritual yang bekerja sama dalam menjalani dharma, artha, kama, dan akhirnya moksha.

Selama upacara pernikahan Hindu (seperti dalam Saptapadi), suami dan istri mengambil tujuh langkah bersama dan membuat tujuh janji, termasuk:

  • Saling melindungi,
  • Saling mempercayai,
  • Saling menghormati,
  • Saling mendukung secara spiritual dan moral.

3. Melindungi kehormatan dan martabat istri

Seorang suami Hindu diajarkan untuk menjaga nama baik dan kehormatan istrinya. Ia tidak boleh mempermalukannya di depan umum, tidak boleh berlaku kasar, dan harus melindungi istri dari pengaruh buruk atau tindakan orang lain yang merendahkan.

4. Menghindari kekerasan atau pengabaian

Ajaran Hindu menekankan pada ahimsa (tidak menyakiti), termasuk terhadap pasangan hidup. Seorang suami yang benar tidak akan menggunakan kekerasan fisik maupun verbal terhadap istrinya. Sebaliknya, ia bersikap lembut, sabar, dan penuh kasih.

5. Memberikan rasa aman lahir dan batin

Suami bertugas memberikan:

  • Keamanan fisik (tempat tinggal, perlindungan dari bahaya),
  • Stabilitas ekonomi (nafkah dan kebutuhan rumah tangga),
  • Keseimbangan emosional dan spiritual (dukungan saat istri menghadapi kesulitan hidup),
  • Perlindungan moral, termasuk menjaga istri dari godaan atau tindakan yang bertentangan dengan nilai dharma.

Kesimpulan:

Dalam ajaran Hindu, seorang suami menjaga istrinya bukan karena ia memiliki kuasa atasnya, tetapi karena ia berkewajiban menjalankan dharma sebagai pelindung, pendamping spiritual, dan mitra sejati. Ia harus menjalankan peran ini dengan cinta, kesetiaan, dan tanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar