Selasa, 03 September 2024

KISAH DEWI ANJANI DI PURA MANIK GNI

Pura Manik Gni di Banjar Adat Tegenan Kelod adalah salah satu pura pemaksan yang unik karena berdiri kokoh sebuah pohon Rudraksa/Genitri yang konon bentuknya sangat unik riwayatnya tumbuh di tegalan sebagai tempat pemelastian Betara Lingsir Gunung Agung Besakih,sehingga tegalan itu diberi nama Tegal Suci. Di tahun 1963 setelah kejadian Gunung Agung meletus tumbuhlah sebatang pohon kecil yang bernama Genitri,entah dari mana asal muasalnya yang disekitarnya tidak ada jenis pohon itu karena sudah luluh lantak semua tumbuhan akibat efek letusan Gunung Agung,namun tiba-tiba tumbuh pohon tersebut. Dalam perjalanan waktu sekitar tahun 1966 mulailah bercocok tanam padi gaga dan pohon tersebut sedah tumbuh dengan cepat,pemilik pohon kakak beradik mau menebang pohon tersebut untuk dijadikan humus tanaman padi,namun sang adik yang naik mau memotong batang rantingnya,tiba-tiba kakaknya menjerit kesakitan perutnya tiba-tiba sakit keras,akhirnya batang pohonpun dibiarkan tidak jadi dipotong.

Akhirnya mereka pulang dan mencariakn obat buat sang kakak,mencari orang pintar dan bersabdalah Tuhan bahwa pohon itu tidak boleh ditebang karena sebagai tekernya Ida Betara Besakih,ketika melasti untuk meneropong segara,jadi pohon itu berfungsi sebagai teropong.

Semenjak itu pohon itu tidak berani diapa apakan sehingga tumbuh dengan cepat menjadi pohon yang besar di pinggir tegal suci,dalam pertumbuhannya,bekas potongan waktu kecil berubah bentuk dan cabangnya menyatu dengan cabang yang lainnya kemudian terlihat seperti lingkaran dan berlubang seperti teropong. Ditempat ini sering orang pada hari-hari suci melihat sinar biru dari tanah hingga tak terlihat ujungnya di langit dan selanjutnya dibuatkan pelinggih bebaturan oleh pemiliknya sejak 1966.

Ditempat ini awalnya merupakan tempat yang tidak ada penghuninya,maka mulai tahun 1990 pemilik lahan mulai membangun untuk tempat tinggal,godaan dan penderitaan mulai timbul,hingga suatu saat mau membangun disebelah pohon itu,istrinya bermimpi bahwa batasnya tidak boleh terlalu dekat dengan pohon tersebut. Suaminya tidak percaya hingga dicarikanlah orang pintar dan ternyata apa yang termimpikan benar adanya siorang pintar tidak berani melewati batas tersebut karena pohon itu telah dijaga,kalua ingin selamat jangan langgar batas tersebut baru dia berani mencarikan lokasi tempat pemukiman. Hingga mau tak mau suaminya menuruti permintaan orang pintar tersebut. Selanjutnya mulai membangun,godaan dan penderitaan,sakit,hutang bertumuk dan istri linglung pernah dialami,selanjutnya mohon petunjuk kesana kemari sampai tempat yang jauh dan akhirnya disuruh upacara rsigana bahkan sampai 2 kali karena yang muput upacara tersebut harus sulinggih dan semua petunjuk itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh taqwa kehadapan beliau termasuk penghuni pohon tersebut. Barulah kemudian sedikit demi sedikit ada perubahan nasib sejak 1997 mendapat pekerjaan yang layak,dengan hati tulus terus berdoa dan mengabdikan diri paada Tuhan dan masyarakat. Dengan pengalaman hidup dan pergaulan mulai dipercaya dalam pergaulan dan puncaknya tahun 2002 bulan Maret terjadilah di Br.kajanan warga masyarakat 9 orang yang kesurupan dari berbagai kekuatan merasuki raga mereka ada dari Nusa,dari luhur ,Betara sakti ,buda rulay,Suranadi,Antaboga dan sebagainya. Penataan pura di wilayah Tegenan semua ditelusuri,yang tadi sudah lenyap /tidak ada agar dibangun lagi dan dilengkapi,antara lain Pr.Gua Gala-Gala,Pucaksari,Pekandelan dan di pohon genitri ini agar dibangun Pura. Suatu ketika hari purnama datanglah mereka yang kelinggihan tersebut bersama masyarakat tumpah ruah mengiringi ke tempat pohon genitri itu disanalah beliau semua kerauhan dan memberi nasehat agar dibangun pura yang diberi nama Pura Manik Gni dan yang distanakan adalah yang sudah dari awal melinggih digedong tersebut adalah Betari Sri Mas Manik Jenjen dan paling utara bentuk Padma adalah Betara Banda Siwa sebagai stana Betara ratu Lingsir di Luhur Gunung Agung,diselatannya adalah Padma tiga berstana Ratu Gde,Niang Sakti dan Niang Petak juga nantinya paling selatan adalah Sanghyang Ludra Rareangonsedangkan disebelah utara didirikan PAruman untuk Nawa Dewata,Dewi Kwan Im,Sanghyang Anta Boga dan Merta Boga. Dibelakang dekat pohon ada pelinggih distanakan Betara Manik Gni dan Sangkara serta di pohon ada bebaturan kecil distanakan penjaga utusan dari Gunung Renjani Lombok beliau dipanggil Dewi Anjani yang welas asih dan diberi tugas membimbing dan menuntun pengiringnya,sekaligus menjalani reinkarnasinya di pohon ini.

Menurut petunjuk beliau didirikanlah pura dan penguatnya laksanakanlah rencana mendirikan Koperasi,maka bulan April rencana pendirian Koperasi bias dengan cepat direalisasikan dan sekaligus it u adalah sebagai milik Pura dan dijaga sebagai laba Pura serta kelompok ternak yang sudah ada sebagai penyungsungnya,nanti akan dibantu,begitu petunjuk beliau. Benar sekali tahun 2004 kelompok terpilih sebagai penerima BLM  dari pusat senilai 305 Juta dan itulah dipakai untuk modal pendirian Koperasi dan kesejahtraan Kelompok sebagai paica Ida Betara Manik Gni yang ditransformasikan oleh Dewi Anjani sebagai pengawal dari luar daerah dan bantuan itupun dating dari pusat.

Sejak 2002 beliau Dewi Anjani berstana di Pr.Manik Gni melayani para Dewa Betara Betari karena pada awalnya beliau disebut jin Putih sehingga disebut makluk halus dan sebagainya,suatu ketika di tahun akhir 2002 kami pertama kali datang ke Lombok mejejauman ke Pura tempat beliau distanakan di Pura Gunung Sari menghaturkan rasa syukur karena beliau telah membantu menuntun kami dalam menjalankan tugas dan kegiatan hidup.

Dalam mitos di Lombok beliau adalah Dewi yang dipuja dan dihormati karena beliau menjadi ratu jin penguasa Gunung Renjani yang disakralkan,namun dalam kisah Pewayangan beliau adalah putri dari Maha Rsi Gautama yang memiliki cupu manik asta gina sehingga dapat melihat dunia sampai ke lapisan ke tujuh sehingga beliau diangkat jadi ratunya makluk halus,yang menjadi rebutan saudaranya yakni sugriwadan subali. Dalam perebutan cupu manik itulah menyebabkan ayahndanya marah dan cupu itu dilempar jatuh ketelaga,sehingga pada saat kedua saudara laki-lakinya Dewi Anjani mencari cupu itu dia menyelam ketelaga dan berubah wujud menjadi kera. Sedangkan Dewi Anjani dalam menjalankan tapa menjada katak dan Betara Guru lewat melihat Dewi sedang telanjang maka betara Guru mengirim daun yang diterbangkan oleh Dewa Bayu untuk menutupi tubuhnya namun Dewi Anjani hamil yang kemudian melahirkan Hanuman.

Kembali ke kisah Dewi Anjani di Manik Gni,yang sudah 19 tahun sebagai penuntun dan pengabdi di pura Manik Gni karena adanya kayu Rudraksa itu,maka hari ini Tumpek Uye,panglong 9 sasih Kasa icaka 1943 tanggal 3 Juli 2021 lewat mimpi beliau sesuhunan bersabda bahwa Dewi Anjani mulai hari ini beliau sudah selesai menjalani tugas reinkarnasi sebagai Dewi dan kembali ke Kahyangan sebagai Betari Gunung Renjani bukan lagi sebutannya sebagai Dewi Anjani dan untuk menggantikan tugasnya pelayanan Tuhan di Pura Manik Gni maka beliau menugaskan Dewi Pagar darii Pura Pucak Sari menggantikan posisinya menjaga Pura MAnik Gni dan Koperasi Mekar Sari. Namun ada perubahan ketentuan setiap hari suci Purnama agar di Pura Manik Gni dihaturkan Pejati sari dan pada saat tilem maturan pangkonan putih kuning dengan segehan manacawarna dan kajeng klion segehan brumbun. Betari Renjani bila ngaturin beliau bisa ngayeng dan menyebut nama beliau bisa distanakan di Paruman dengan suguhan sebagai betari.

Demikianlah kisah beliau yang sudah melindungi dan menjaga di Pura Manik Gni,pesan terakhir beliau agar Karyawan Koperasi senantiasa diingatkan agar bekerja keras dan teliti untuk menjaga Laba Pura berupa Koperasi,dari awal beliau sudah menjaga dan melindungi agar membawa nama baik dan menjadi baik sehingga kalau tidak dilaksanakan dengan baik maka akan membawa nama buruk dan beliaupun akan disalahkan sehingga wanti-wanti pesannya agar menjaga nama baik sampai anak cucu,maka jagalah ahlak dan jangan sampai tergoda oleh godaan setan. Itu pesan beliau.

Terimakasih Betari atas anugrah dan tuntunanMu semoga kami bisa melaksanakan amanatMu dengan baik demi nama baik dan kerahayuan bersama,astungkara.rahayu.

Jumat, 24 Mei 2024

SEKENEM SEKULU SEBUAH KENANGAN GENERASI

Sekenem adalah sebuah bangunan yang bertiang/saka enam buah dengan balai sepanjang saka tersebut, digunakan sebagai balai yadnya khususnya acara pitra yadnya juga manusa yadnya, bangunan ini sangat trend di tahun 1950an,hampir setiap rumah tangga tokoh masyarakat di desa, memiliki bangunan ini, sebagai simbul kelengkapan sebuah bangunan perumahan Bali. Demikan halnya sekenem yang dibangun oleh kakekku tahun 1957 dengan sangat sederhana,dibuat dari kayu dis(kayu lokal) dengan atap genteng bambu dan pondasi dari tanah,namun cukup keren pada saat itu,kemudian karena termakan usia bangunan itu keropos hanya tinggal lambang dari seseh yang masih utuh,kemudian sebagai seorang anak wajib melestasikan peninggalan orang tua,maka tahun 1972 bangunan itu diganti dengan menggunakan kayu putih oleh ayahku atapnya diganti dengan seng,hanya bisa digunakan lambangnya saja yang terbuat dari seseh atau belahan pohon kelapa. tanggal 31 Maret 1990 ditempat ini aku melangsungkan upacara pernikahan,juga adik adiku dan anaku Teguh sebagai pengguna upacara pernikahan  terakhir bangunan sekenem ini. Sebagai tanggungjawab keturunan untuk melestarikan warisan leluhur,maka sekenem ini aku renovasi dan diperbaharui dengan bangunan sakahulu sebagai bangunan tempat yadnya dan adat apalagi adiku sebagai tokoh tertinggi di Desa Adat sebagai bendesa,juga klian Dadia termasuk adiku yang satunya tokoh juga yaitu sebagai Klian Subak Abyan,maka bangunan ini harus terwujud sebagai prestis keluarga. Pengerjaannya aku borongkan kepada besan yang kebetulan sebagai pemborong,menghormati dan menghargai profesi besan.

Akhirnya kami sepakat membangun dengan ketentuan borongan ukuran bataran 3,5 x 5,5,sendi marmer 8 buah,saka dan canggawang jati diukir,Lambang jati,risplang kamper,usuk kruing,plapon sirap kruing,ringring kamper,Genteng kodok lestari dan finishingnya moylek prada. Bagian belakang tembok stil bali,pondasi stil bali,lantai granit 60x60,sendi tugeh Gruda,belakang bale/parba ada gambar sarswati. dengan nilai kontrak Rp.110 juta,masa waktu 2 bulan dari 22 Mei hingga 20 Juli 2024 akan diplaspas.

22 Mei bertepatan dengan purnama sadha jam 09.00 dauh kertha,kita mulai ngeruak/nyikut karang dengan upacara sederhana dan mulai nasarin dengan peletakan batu pertama ,serta mendirikan/nyejer sesantun sebagai tanda dimulainya pembangunan. Semoga dengan berdirinya dan lestarinya warisan leluhur dengan berdirinya bale yadnya ini dapat mewujudkan kedamaian dan kerukunan keluarga. Astungkara (manixs).







SUASANA SAAT NGERUAK KARANG/NASARIN








HASIL NYA





Rabu, 15 Mei 2024

TRI KERANGKA DASAR AGAMA HINDU PINAKA SESULUH MAURIP

I Ketut Dira Tim Mimbar Agama Hindu Kementerian Agama RI,maosang pinaka umat sane meagama hindu sane kewarisang olih pare leluhur pinaka agem ageman patut gamel anggen titi pengancan sajeroning kahuripan mangda iraga nenten keni amet olih ajaran ajaran utawi agama sios sane ngewetwuang  pikobet sajeroning kahuripan iraga manados jatma. mangda iraga presida ajeg ngemargiang warisan leluhur,patut iraga pawikan,renga lan pretyaksa ring uger uger dasar meagama hindu raris margiang ring sajeroning kahuripan. Agama Hindu gumanti becik pisan,sida nganutang ring kewentenan,sida adung ring dresta lan sima sane wenten ring genah punika. Sujatine wenten tigang palet sane pinaka dasar pemargi meagama hindu,minekadi Tattwa wantah mepaiketan ring sradha utawi keyakinan, Susila pinaka sesana iwang patut,becik kaon,dados tendados miwah sane siosan lan Acara utawi Upakara pinaka rasa subakti sajeroning ngemargiang yadnya. Nanging kasujatianne tetiga agem ageman pinaka kerangka dasar meagama hindu nenten presida sepih utawi kepalasang,nanging dadis matunggilan sajeroning pemargi. Ngiring baosang tetiga bantang pematut agama  hindu punika  kerangka dasar,minekadi:

I. Tattwa (Filsafat)

Kesayewyaktyannyane Agama Hindu sampun madue kerangka dasar kepatutan saneh kokoh,anut ngeranjing sajeroning pikayun(logis masuk akal),sane kebaosang tattwa kepatutan sane mabuat sane presida ngeranjing ring pikayun melarapan premana,minekadi Tri Premana,bebacakan ipun wenten Pretyaksa Premana,melarapat pretyaksa utawi pengamatan langsung presida mangguhang kewikanan, kaping kalih wenten Anumana Premana,melarapan nyaksiang kewentenan sane kepanggihin. sane kaping tiga wenten Agama Premana,melarapan ngewacen pustaka suci agama taler mirengang piteket sang wikan,presida uning sajeroning pemargi/ketattwan kahuripan. Melarapan Tri Premana puniki imanusa presida medue srada kepatutan sane patut/hakiki sajeroning tattwa mawinan presida nincap dados sradha sane kepah dados limang undag sane kebaos Panca Sradha luire:

1.Sradha bakti ring Ida Sanghyang Widhi Wasa,Ida pinaka ngardi sedaging jagat,mewetu urip sarwa prani nganutin rta lan karma sajeroning kahuripan.

2.Percaya indik kewentenan Sanghyang Atma sane ngeraganin imanusa,wenten Jenggama sane nguripang sarwa beburon taler wenten Stawana sani nguripang sarwa tumuwuh.

3.Wenten sradha indik Karma Phala,napi sane kekardi nika pacang kepangguh,becik laksana ayu kepangguh,kaon paripolah,ala tinemu,nika manut ngemargiang sesanan iraga ring kahuripan.

4.Naler wenten sane kebaos percaya ring Reinkarnasi/Phunarbawa. imanusa ring kahuripane setata melaksana corah,nguragada,tan manut ring sesananing imanusa,pungkuran sanghyang atma sampun lepas ring bhuana alit,kantun wenten piutang karma,pastika pacang numadi malih kemercapada utawi numitis dados napi manut sancita karman ipun.

5.Percaya ring kewentenan Moksa/amor ring acintya/menyatu dengan Tuhan,nika yening iraga sajeroning kahuripan setata melaksana ayu manut ajaran agama hindu.

Medasar Panca Sradha sane kemargiang medasar Tri Pramana puniki, pemargin kahuripan megama hindu pastika ngapti tetujon  Jagadhita lan Moksa.

II. Susila/Etika

Susila mawit saking kruna “Su” lan “Sila”. “Su” meartos becik,adung,santi. “Sila” suksmanipun sesana,tata titi,antuk punika  Susila artos ipun sesana imanusa sane becik majeng ring kewentenan.

Suksman kruna Susila manut Agama Hindu parilaksana sane adung,anut pantaraning sesame imanusa ring jagat lan sarwa prani medasar antuk yadnya,sane lascaria lan tresna asih,sane kedasarin antuk ajaran Tat Twam Asi sane maosang indik sehananing sane mahurip pateh suksmane,metetulung ring anak sios rumasan nulungin iraga pedidi,punika taler tungkalikane,yening iraga mesesana tan patut ring anak sios rumasa kadi nyakitin dewek pedidi. Mawinan iraga patut bersyukur dados jatma,medue wiweka,medasar antuk pepineh sane ayu,sampunang sombong mara iraga melajah uning ring siki kalih sampun niktig tangkah maosan anak len nenten patut,deweke paling beneha. Naler ten eling ring piolas timpal,iri ring anak sios,nika sesana nenten patut. Bangyang sapunapi pemargin ipun,ipun sane nue karma,punika sinalih tunggil pemargin susila ring pakraman.Ngemargiang susila puniki wenten gegodan saking angga wenten pikayun,manah kegoda ring sad ripu/enam musuh dalam diri (kama/hawa nafsu,Lobha,Kroda/marah),Moha/kebingungan,Mada/mabuk,Matsarya/iri dengki),sad atatayi (Agnida/ nunjel,Wisada/Ngeracun,Atharwa/ngeleak,Sastragna/ngamuk,Draitikrama/marikosa,Rajapisuna/misuna) lan sapta timira/peteng pitu (Surupa/ajum merasa jegeg bagus,Dana/sombong mara sugih,Gunaajum mara dueg,Kulina/pongah mara merasa berkasta,Yowana/ajum mara merasa awet muda,Sura(lupa daratan,ajum ajuman),Kasuran/wanen cara preman). Punika sami presida kebrasta melarapan ajaran Tri Kaya Parisuda(manacika,Wakcika lan Kayika).

III. Acara/Upakara

Upakara wantah serana sane keanggen ngemargiang yadnya,Yadnya wantah aturan bakti sane lascaria,tulus tan pamrih manut sastra suci weda,gumanti pacang keaturang padrueyan majeng ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tulus lan lascaria punika gumanti sane nasarin rasa bakti lan nyembah Ida Sanghyang Widi Wasa,Dewa, Bhatara, Leluhur, Negara lan Wangsa, taler rasa mesemeton.,ring pemargin yadnya kedasarin antuk pikayun suang suang manut desa,kala,patra(genah,galah,kewentenan)

Sios ring Tri angga dasar Agama Hindu,wenten naler sane patut titenin mangda tekek kegamel agem ageman iraga inggih punikaSatyam (Kepatutan), Dharma (Kewicaksanaan), Seva (Ngayahin), Santih (Kedamaian), Ahimsa (nenten kekerasan), lan Prema (tresna asih).


Selasa, 14 Mei 2024

SUKSMAN UPACARA PIODALAN (DEWA YADNYA)

  MAKNA UPACARA PIODALAN (DEWA YADNYA)
Oleh:
IDM. Pidada Manuaba
Kasi Urusan Agama Kemenag. Kab. Karangasem
============================================================

Indik suksman yadnya sane kebaosang olih Ida Made Pidada Manuaba,Kasi Urusan Agama Kantor kementerian Agama,Kabupaten Karangasem,kesayewyaktyannyane akeh pepineh pepineh sane ketah ring sang wikan,nanging ring galahe puniki kaping ajeng jagi ketelatarang indik yadnya dumun,minekadi :

1.    MITOLOGI YADNYA
Sri Maharaja Sagara raja sane nguasayang jagat Ayodhya puranemedue putra meparab Ansuman sane embas saking istri pinih duur,risampune anom ida dados pertapa. Saking istri kaping kalih sang prabu medue putra nem dasa tali diri. Kaceritaang mangkin ida sang prabu mepekayunan nangun yadnya sane pinih ageng sane mewasta  aswamedhayadnya,sane gumanti patut kemargiang antuk manah suci nirmala,manah lascaria taler kedasarin antuk kesucian pikayun,bebaos lan parilaksana. Nanging tetuek yadnya puniki nenten kegamel antuk ida sang prabu ,ida mepekayunan mangda yadnyane ngangobin ,tetujone mangda ida kasub ring jagate wibuhing arta brana ,teler mangda mecihna kekasuban rajane . PRing Indraloka,Betara Indra uning ring pikayunan Raja Sagara, raris ida mepekayun ngusak asik karyane punika mangda wangde.Irika raris Dewa Indra nyati rupa dados asura ngurabeda ngulah jarane sane jagi keanggen yadnya,mecelep ke pertiwi. Uning ring indike punika sang prabu Sagarabendu pisan,ida raris nitahang okane sane nem dasa tali punika mangda ngeruruh jarane sane ical punika,sue sampun memargi nenten taler kepanggihin,mewali raris okane ke puri matur raris ring ajine nguningang nenten manggihin jarane punika,menggah raris ida sang prabu,malih kenikain mewali ngeruruh,sedurung kepangguh nenten dados mewali ke puri,asapunika wecanan ida sang prabu. metulak wali raris okane kesami,memargi malih ngungsi desa desa,kecunduk raris jarane punika ring petapaan  Bhagawan Kapila. Nenten pesamandana irika raris anake alit nyudi sang begawan sane memandung jarane punika,menggah raris Ida Bhegawan irika kageseng raris okan sang prabu antuk sunaran penyingakan ida begawan,dados abu makesami.

Sang Prabu Sagara uyang paling raris,dwaning okan okan dane sue sampun nenten metulak wali ke puri, raris keutus okane Sang Ansuman mangda ngetut wuri pemargin arin arin idane,memargi raris selantang margi,sesampun rauh ring pasraman Bhagawan Kapila,antuk rasa subakti,nyunyur halus wecanan ida rikala matur ring Sang Bhagawan indik jarane sane panggihin ida.Irika raris ida bhegawan ngandikayang kuda utawi jaran punika wantah nenten duwen ida bhegawan,irika raris jarane punika kepaicayang ring sang Ansuman.

Sedurung mepamit,irika raris Sang Ansuman nakenang pariindikan arin arin idane ring sang Bhegawan,kaceruitayang raris indik kewentenan arin ida,sungsut raris ida Sang Ansuman sesampun tatas uning ring pariindikane punika ,manut ida Bhagawan,ida kayun pacang nguripang arine yening presida Ida Dewi Gangga tedun ke mercapada, Sang Bhagawan ngandika, “Dewa dewa sange bagus metapa nyen idewa nunas apang Dewi Gangga kayun Ida tedun ke mercapada,rikala ditu bapa lakar ngurip adin adin idewane!”. Sang Ansuman misadya jagi ngemargyang pisarat ida bhegawan,mepamit raris saking pesraman,nunas jarane punika kebakta ke puri,ring puri raris Sang Ansuman nyaritayang indik arine . mireng indike punika wau raris sang prabu meangen angen,eling ring angga sampun iwang pemargi. Kerajaan raris kepaicayang ring okane Sang Ansuman,sang prabu raris lunga ketengahing wana ngemargiang tapa brata yoga semadi  mangda sida kayun Ida Dewi Gangga tedun kemercapada. Nanging ngantos lebar ida sang prabu,durung taler Dewi gangga kayun tedun,Sang Ansuman raris ngelanturang tapane punika,naler nenten kesadyan,punika taler ring okan Sang Ansuman sane meparabSang Dilipa naler nenten sida antuka ngerauhang Dewi Gangga.

Selanturnyane okan dane Sang Dilipa sane meparab Sang Bagirtha ngemargiang tapa sarat pisan,irika raris  Dewa Brahma lan Dewa Siwa,nywecanin presida raris Ida Dewi Gangga tedun kemercapada. Karena derasnya aliran dari Gangga tersebut, maka Dewa Siwa menahannya sehingga alirannya menjadi tercerai berai menjadi aliran besar dan kecil yang kemudian dikenal dengan asta tirta yang diantaranya terdiri atas  Yamuna da Saraswati. Sementara sumber mata air pertama yang berada di surga disebut parama siwa.

Menyimak isi cerita tersebut di atas, secara implisit tersirat fungsi penyucian terhadap alam semesta melalui yadnya. Bahwa yadnya bukanlah hanya sebuah pengorbanan (bhakti) yang berwujud secara konkret berupa hal-hal secara fisikal semata seperti yang dilakukan oleh Raja Sagara yang hendak melakukan aswamedhayadnya.

2.    TUJUAN YADNYA.
Sebagai mana halnya seperti apayang diungkapkan didepan, tentang pengertian dan makna dari Yadnya, maka sekarang kami akan paparkan tentang Tujuan Yadnya.:

a)    Untuk membebaskan diri dari ikatan dosa 
Adapun yang menjadi tujuan melaksanakan Yadnya adalah sebagai mana dimuat dalam Bhagawad Gita, III,12, yang terjemahannya sebagai berikut :
1)    Dipelihara oleh Yadnya, Para Dewa akan memberi kamu kesenangan yang kamu inginkan, Ia yang menikmati pemberian-pemberian ini, Tanpa memberikan balasan kepada Nya, Adalah pencuri.

2)    Orang-orang yang baik, Makan apa yang tersisa dari Yadnya, Mereka itu terlepas dari segala dosa, Akan tetapi mereka yang jahat Menyediakan, makanan untuk kepentingan dirinya sendiri, Mereka itu adalah makan dosanya sendiri.

b)    Untuk membebaskan diri dari ikatan karma.
Tujuan selanjutnya tentang Yadnya adalah untuk membebaskan diri manusia dari ikatan hukum karma. Hal dapat dipetik dari Kitab :
1)    Bhagawad Gita, III,09, yang terjemahannya sebagai berikut :
Kecuali pekerjaan apa yang dilakukan sebagai dan untuk yadnya, Dunia ini juga terikat oleh Hukum Karma, Oleh karena O Arjuna, lakukanlah pekerjaanmu sebagai yadnya, Bebaskan diri dari semua ikatan, Yadnya dengan melakukan pekerjaan tanpa mengikatkan diri dengan ikhlas untuk Tuhan.

2)    Bhisma Parwa :
“apan ikang karma kabeh kaentas krta tekap ning yadnya niyatannya. Artinya : segala karma itu akan dapat dibebaskan dengan pelaksanaan yadnya yang sesungguhnya.

c)    Yadnya adalah salah satu jalan untuk mencapai Sorga .
Hal ini dapat kita temui dalam kitab Agastya Parwa “ tiga ikang karya amuhara swarga, lwire, tapa, yadnya, kirtti “ artinya ada tiga jalan untuk mencapai Sorga yaitu tapa, yadnya dan kirtti.

d)    Pada akhirnya tujuan dari pada Yadnya adalah untuk mencapai “kelepasan“ yaitu manunggalnya antara Atma dengan Paramatma. Hal ini sebagai mana dimuat dala Bhagawad Gita, IV,31 yang terjemahannya sebagai berikut :
Mereka yang memakan makanan suci
Dari sisa Yadnya, akan mencapai Brahman
Dunia ini bukan untuk ia
Yang tidak memberikan pengorbanan
Apalagi dunia lainnya
O Arjuna yang terbaik dari para Kuru.

3.    MAKANA YADNYA
Ada tiga jenis kewajiban  pokok atau Tri Rna yang harus dilakukan antara lain (1) Dewa rna yaitu kewajiban umat Hindu dalam melaksanakan ajaran agama, melaksanakan dharma dengan cara memelihara semua ciptaan-Nya yakni Panca Mahabhuta (Sthana dari Dewa Agni, Bayu, Dewa Apah, Dewi Pertiwi, dan Akasa), Tumbuh-tumbuhan (sthana Dewa Sangkara), Binatang/ Janggama (Sthana dari Dewa Sambhu); (2) Rsi rna yaitu kewajiban dan tanggungjawab umat Hindu terhadap kehidupan para Rsi, Pendeta, Pandita, Pinandita serta melaksanakan ajaran para rsi atau guru; (3) Pitra rna yaitu kewajiban dan tanggungjawab anak terhadap kehidupan orang tua semasih hidup dan melaksanakan upacara setelah beliau meninggal sampai ngalinggihang di kawitan sebagai Dewa Hyang Pitara.
Sebenarnya ketiga rna ini dapat ditambahi dengan dua rna lagi yang mengacu pada panca yadnya sehingga menjadi panca rna yaitu lima buah kewajiban sebagai manusia yaitu (4) Manusia rna adalah kewajiban terhadap sesama manusia  agar dapat hidup rukun dan damai. (5) Bhuta rna yaitu kewajiban terhadap panca mahabhuta beserta tumbuh-tumbuhan dan binatang memelihara kelestarian agar dapat hidup nyaman. Dari kelima kewajiban/ rna ini mendasari pelakasanaan upacara yang disebut dengan panca yadnya yaitu : 1) Dewa yadnya; 2) Rsi yadnya; 3) Pitra yadnya; 4) Manusia yadnya dan; 5) Bhuta yadnya.
Dalam lontar Agastya Parwa dijelaskan tentang Panca Yadnya tersebut sebagai berikut :

“ Kunang ikang yadnya lima pratekanya, lwirnya : Dewa yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Butha yadnya, Manusa Yadnya. Nahan tang panca yadnya ring loka. Dewa yadnya ngaranya taila pwa karma ri bhattara siwagni, maka gelaran ring mandala ring Bhatara, yeka dewa yadnya ngaranya; Rsi Yadnya ngaranya kapujan sang pandita muwang sang wuh ri kalingan ing dadi wang; ya rsi yadnya ngaraniya: pitra yadnya ngaraninya tileman buat hyang siwa sraddha, yeka pitra yadnya ngaranya; bhuta yadnya ngaranya Tawurmwang kapujam ing tuwuh pamunggwan kunda wulan makadi walikrama, ekadasa dewata mandala; yeka bhuta yadnya ngaranya; aweh mangan ing kraman ya manusa yadnya ngaranya; ika ta limang wiji ring sedeng ni lokacara mangbhyasa ika maka bheda lima ( agastya parwa, 35, b ).

Artinya :
Yadnya itu lima jenisnya, yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Bhuta Yadnya, Manusa Yadnya. Itulah Panca Yadnya di masyarakat. Dewa Yadnya ialah persembahan minyak kepada Bhatara Siwagni, yang ditaruh di tempat Bhatara itulah yang disebut Dewa Yadnya. Rsi Yadnya ialah Penghormatan kepada para pandita dan orang yang mengetahui hakikat kelahiran menjadi manusia. Itulah Rsi Yadnya. Pitra Yadnya ialah upacara kematian yang dipersembahkan kepada Siwa sebagai penguasa upacara kematian. Itulah Pitra Yadnya. Bhuta Yadnya adalah Tawur dan penghormatan kepada Sarwa Bhuta Pamungwan, tempat api pemujaan, wulan, terutama walikrama (Panca Walikrama), wilayah dewa-dewa yang sebelas (Eka Dasa Rudra). Itulah Bhuta Yadnya. Manusa Yadnya ialah memberikan makan kepada masyarakat. Itulah lima jenis upacara yang umum dilaksanakan orang, lima jenisnya.

Upacara yadnya merupakan wahana untuk menggerakkan alam semesta beserta semua isinya termasuk manusia untuk ditingkatkan menuju kehidupan yang semakin meningkat baik dalam kehidupan fisik material maupun mental spiritual dan ini dapat dicapai dari yadnya yang berkualitas dan kualitas yadnya amat ditentukan oleh kemampuan umat untuk meletakkan kegiatan yadnya sesuai dengan kitab suci weda dan kitab sastra agama yang lainnya.
Banten dalam Lontar Yadnya Prakerti memiliki tiga arti sebagai simbol ritual yang sangat sakral. Dalam Lontar tersebut Banten disebutkan : Sahananing Banten Pinake Ragante Tuwi, Pinake Warna Rupaning Ida Batara, Pinaka Anda Bhuwana. Dalam Lontar ini ada tiga hal yang dibahasakan dalam wujud lambang oleh Banten yaitu:
1.    Pinaka Raganta twi artinya banten adalah lambang dirimu atau diri kita, contohnya adalah Banten Tataban Alit, Banten Peras, Penyeneng dan Sesayut.
2.    Pinaka Warna Rupaning Ida Batara artinya Banten merupakan Lambang Kemahakuasaan Tuhan, contohnya adalah banten dewa-dewi.
3.    Pinaka Anda Bhuwana artinya banten merupakan Lambang Alam Semesta (Bhuwana Agung), contohnya adalah pebangkit, pulegembal dan lain-lain.

Selanjutnya Banten disebut juga upakara yang merupakan bagian terpenting dari Upacara Yadnya. Dalam Kitab suci Bhagawadgita XVII,II,12 dan 13 menyebutkan ada tiga tingkatan Yadnya dilihat dari segi kualitasnya, yaitu:
1.    Tamasika yadnya, yaitu tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk sastranya, (jor-joran)
2.    Rajasika yadnya, yaitu dilakukuan untuk pamer saja.
3.    Satwika yadnya, yaitu yadnya yang dilakukan berdasarkan petunjuk sastra,

Secara terperinci ada tujuh syarat suatu yadnya disebut Satwika, yaitu:
1.    Sradha, artinya keyakinan
2.    Lascarya, artinya penuh keiklasan (tanpa pamrih)
3.    Sastra, artinya sesuai petunjuk sastra
4.    Daksina, artinya ada penghormatan dihaturkan secara iklas kepada pendeta
5.    Mantra dan Gita, artinya setiap upacara atau yadnya haruslah ada mantra dan panca gita
6.    Annasewa, artinya Pelayanan pendeta, tamu dan orang sekeliling
7.    Nasmita, artinya tidak pamer kemewahan atau kekayaan untuk membuat tamu atau tetangga berdecak kagum.

4.    MAKNA UPACARA PIODALAN
Piodalan sendiri dapat diartikan sebagai perayaan hari jadi tempat suci. Upacara piodalan merupakan kewajiban karma desa dalam rangka membayar hutang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta seluruh manifestasinya yang disthanakan di pura kayangan desa. Piodalan ini terbagi menjadi dua yaitu (1) Piodalan alit (nyanang) dan (2) Piodalan Ageng dan di ikuti oleh seluruh warga karma baik yang tinggal di luar Desa maupun di desa itu sendiri yang terdiri dari berbagai dadia (klen).  Piodalan yang dilaksanakan di pura kayangan desa ada yang melaksanakan setiap 6 (enam) sekali dan ada yang melaksanakan setiap satu tahun sekali. Tujuan dari upacara piodalan adalah untuk mewujukan kehidupan yang harmonis dan sejahtera lahir batin dalam masyarakat.


Dalam Lontar Sundari Gama ada disebutkan bahwa, barang siapa yang tidak memelihara dan tidak melaksanakan kewajiban di Pura Puseh  tentu masyarakat sekitarnya akan kekurangan sandang pangan, dan tidak terpeliharanya kehidupan masyarakat setempat karena Dewa Wisnu sebagai Pemelihara ( Stiti ) dengan Saktinya Dewi Sri yang menguasai makanan tidak akan merestui Nya.


Barang siapa yang secara tulus berbhakti dan melaksanakan kewajiban terhadap Pura Bale Agung, tentu masyarakatnya akan menjadi rukun dan tenteram, karena Dewa Brahma yang distanakan di Pura Bale Agung sebagai tempat untuk bermusyawarah, dan Saktinya Dewi Saraswati akan menebarkan pengetahuan kesucian agar menjadikan sama dalam perkataan, sama dalam perbuatan dan sama dalam pemikiran. Sehingga apa yang menjadi harapan bersama akan dapat terwujud dengan baik.

Dan barang siapa yang tulus berbhakti dan melaksanakan kewajibannya terhadap Pura Dalem, tentu masyarakat itu akan menjadi aman dan damai dan harmonis karena terhindar dari mara bahaya, karena Dewa Siwa / Iswara yang dipuja dengan Saktinya Dewi Durga  sebagai penguasa kematian dan  Dewi Uma akan senantiasa menjauhkan segala rintangan mara bahaya kepada umatnya. Bila terjadi ketidakharmonisan dimasyarakat maka akan dilakukan upacara  “ Guru Piduka “ kehadapan Betara di Pura Dalem, dan bila ketidakharmonisan itu muncul akibat mewabahnya “ sasab – merana “ maka upacara itu dipersembahkan kepada Dewi Durga / Uma sebagai penguasai kekuatan sasab merana.

5.    PENUTUP
Pelaksanaan Upacara piodalan adalah merupakan Swadharma Agama masing-masing desa adat di Bali. Upacara Piodalan goals pemujaannya secara fisik adalah air dan bumi sehingga yang di puja dalam Upacara Piodalan Desa adalah dewa-dewa yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan seperti Deswa Wisnu penguasa air Perthiwi dewi bumi, dan dewa siwa yang memberikan perlindungan dan keselamatan. Dalam pelaksanaan upacara piodalan ini agar air dan bumi (tanah) memiliki kekuatan dan kesuburan sehingga daun, bunga, buah, batang atau umbinya dapat di nikmati oleh umat manusia dan akhirnya dapat mencapai tujuan hidup yaitu moksartham jagadhittaya ca iti dharma.

Rabu, 17 April 2024

IKI TUTUR BARONG SWARI

Sanghyang Tunggal

 
Bhetara Guru

Om Swastyastu,awignamastu namo siddham,aum ano Badrah kratawo yantu wiswatah.

Niki wantah tutur lawas nyaritayang indik patemon Ida Sang Hyang Guru kelawan Dewi Uma. Akudang suwe kaden Ida sang kalih manemu smara mewastu raris ngembasang putra minekadi Dewa Kumara.gargita pisan kayun Ida Betara Guru,nanging masiosan ring rabine Ida Dewi Uma  sungsut pisan pikayunan Idane,dwaning putran Idane,Dewa Kumara rahina wengi setata sareng ajin Idane,Ida Betara Guru. Dewa Kumara nenten pisan naenin sareng biyange Ida Dewi Uma,wantah rikala nyusu kemanten sareng biyange,selanturne pastika mewali ke linggih ajin Idane,Ida Bhetara Guru.

Dwaning asapunika kewentenan okane serahin-rahina,bendu raris Ida Bhetari Uma,ngantos okane Ida Dewa Kumara kepungsang pangsing, rambut dane Dewi Uma ngantos megambahan,mawinan tambis tambis Ida Dewa Kumara kabyahparan,nanging Ida Bhetara Kumara degeng ring ibun danene.

Kala punika rauh raris Betara Guru,panggihina Sang Dewi kadi kerasukan Bhuta kala,nenten manut kadi sesana para Dewata, bendu raris Sang Hyang Guru saha ngandika bangras,kadi ujar Sang Bhuta Kala, “ih kita Dewi Uma,yan samangkana ambeknia,tan bina ulahing ambek raksasi, serem aeng rupania.mapan samangkana, tan manut ring tingkahing Kadewatan. mamuit kita maring swarga loka wit iki”. Asapunika sabdan Ida Betara Guru.

Mamuit Ida  Dewi Uma maring Kadewatan ngungsi maya pada,nuju genah pingit ring tengahingh wana,wenten taru bingin ageng ngerimbun, ring bongkol tarune ageng punika ida mesayuban,nangis sigsigan sedih kingking,ngantos toyan susun idane meteltel ring pertiwi,nanging toyan susune punika nyatirupa dados pisang gedang saba,sane dados mertan rare.Kaceritaang ring siwa loka Ida Betara Guru,ngemban okane nangis nangis kirangan susu,wawu raris Ida Bhetara Guru eling ring rabine  Dewi Uma, eling ring pastun idane majeng ring sang Betari,irika Ida Bhetara raris tedun ke Mayapada nyati rupa dados Rudramurti.

Rudramurti

Sesampun Ida rauh ring mayapada, raris kecunduk ring rabine Ida Betari Uma, sane sampun megentos parab dados Dewi Rohini, Ida sedek ketangkilin oleh wadwa pangutpatin idane. Irika ida sang kalih dewa sane sampun kesusupin detya kedurgaan(serem,galak,bengis) raris nemu smara ngantos lesu mengengosan,pada gargita. Dwaning dane meraga kedurgan, kaman idane ngewetuang rug gering ring jagate. Yening rikala majeng kangin ida metemu kama,panjak sane kangin keni gering ngutah Utah, punika taler yening majeng kelod panjake sane kelod ketiben baya,yening majeng kauh panjak sane bedauh keni sasab missing,punika taler yening ida majeng kaler,panjak sane kaler keni pinyungkan nyakitang weteng keras lan sakit kuning.


Dewi Rohini

Dwaning asapunika kewentenane ,sami panjak panjak idane,jejeh,takut  dwaning ngerahina wenten panjak sane padem mekadi grubug  ,jejeh sami panjake ngantos kewentenane degdeg.Irika raris Ida Betara Tiga (Dewa Brahma, Wisnu, dan Iswara), sedih ngantenang panjake ngerahina wenten sane padem ,irika ida raris ngerereh pemargi nampenin indike punika. Nakti raris ngereka barong sane kewastanin Barong Swari jagi keanggen metu eling Ida Bhetara Guru lan Dewi Uma mangda jangkep malih sekadi dumun.

Irika raris Betara Brahma  dados Topeng Bang/Jauk, Betara Wisnu dados PENGIGEL TELEK, lan Sang Hyang Iswara  dados BARONG, asapunika asal usul indik Barong Swari. Para Dewata sami pada mesolah ring perempatan desa, lan pertigaan, Sanghyang tiga Dewa punika sami pada mesolah mangda jagate degdeg landuh.Ngantenang indike punika sang Bhuta kala kabeh ajerih,sami pada mengkeb ring genahe singid,nika mawinan genah mengkeb sarwa bebutane dados tenget.

Ngantenang Betara Brahma dados topeng bang/jauk, Sang Hyang Wisnu nados telek (penari telek) lan Betara Iswara dados Barong Swari. Ida sami mesolah ngulangunin pisan,irika raris Ida Bhetara Guru sane dados Rudramurti eling ring angga saha seneng  mesolah sareng Sanghyang Brahma,irika megejeran rasa sedaging jagate,ketug linuh, ombak agung pada megencongan,ipanjak sami kebyahparan sangkaning punika.

Sang Hyang Brahma uning ring kewentenane punika ngawinang panjake sami sinengkaonang sangkaning Bhetara Guru sareng Dewi Uma during jangkep smaran Ida matemu rasa, Dewata-Dewati punika pekantenane serem aeng pisan  kadi raksasa.Ida Bhetara Brahma mepekayunan mangda swabawan Ida Betara Guru lan Dewi Uma  mewali kadi jati mula.

Irika raris Sang Hyang Brahma ngambil kulit banteng,raris keukir mekarya wayang raris keripta manusa luih pinaka pekardin  Sang Hyang Brahma, sane meparab KI DALANG KAKUNG. Dane sane kenikain nyolahang wayang.

Ki Dalang Kakung raris nyolahang wayang ring pertigaan ngangge damar masunaran kelap kelip sane keripta olih Hyang Brahma sareng Hyang Agni, Hyang Wisnu dados tukang igelne,lelampaane kepaica olih Hyang Iswara teler kenikain olih Sang Hyang Samirana.

Lengut pisan igelan wayange,lemuh manis dipunapine galak agem ageman  Sang Dalang rikala nyolahang wayange.

Sesampun kemargiang sepulapali sesolahan wayang punika ,kenak raris betara – betari sang kalih punika,nodya ki dalang nyolahang wayang ,kenak Ida sareng kalih tan wenten malih kebrahmantyan Ida,kenak mewali carman Ida,luih mecaya,abra murub rupani Ida Bhetara Guru lan bhetari Uma mewali kadi sujati mula,punika sami sangkaning kewikanan  Ki Dalang Kakung nyolahang wayang sane sampun kepaica taksu. Bhetara Siwa  kuasa mepaica panugrahan ring sira Mangku Dalang. Da ngaran dadi ngamel, di meartos luwih. Ki Mangku Dalang wenang nguncarang pujaweda, kalugra meprucut ,kalugra ngeruwat/ngelukat jatma manusa sane maduwe wetu ala.Wenang ngangge sangku tembaga,ngangge semayut antuk benang tukelan  , nangge sesinggel (gelang)jinah bolong  200 /satakan , sami pinaka panugrahan  Guru /nabe muang waranugrahan Sang Hyang Brahma lan Dewata kabeh.

Sabda Betara Guru : “Uduh, Nanak Hyang Brahma,angayubagya manira  Dewata kabeh,nodya kaluwihan Nanak Hyang Brahma, mapan ira sida maripurnayang para Dewata,mewetu punah kang kroda malaning ulun ,maka serana  Ki Dalang Kakung, yeki presama dewata kabeh minta ruwatan maring nanak Hyang Brahma, mangda sida mewali ke sunya loka.

Sembah Sang Hyang Brahma :”Singgih Paduka Betara,hulun maminta lugra maring sira Bhetara,tan sida hulun ngeruwat Paduka Betara Guru, Hyang Tunggal kuasa ngeruat rikanang Bhetara.Irika raris Sang Hyang Tunggal menunggal lumaris ngeruwat Hyang Guru. Sang Hyang Tunggal manunggal maring Hyang Guru amari aran SANG HYANG GURU TUNGGAL.

Mewecana Ida Sang Hyang Guru Tunggal : “Uduh  sira Hyang Siwa Guru, lumaris ira nangun yoga semadi,ngitering jagat ,  ngiteri Gunung Semeru,asue awulan sapta heri”. Selantur ipun Betara Guru ngemargiang  titah Betara Hyang Guru Tunggal  ngiterin jagat lan gunung Semeru.raris ngambara Betara Guru ke wetan,nanging Sang Hyang Guru Tunggal sampun mijil dumunan ring purwa ,gumanti nguji bhetara Guru

Sane mangkin Bhatara Guru manggihin taru bingin ageng ring tengahing margi,nenten presida impasin,raris taru bingin punika kesembah olih Bhatara Guru Siwa,raris ical taru bingin punika.

Selanturi pun Bhatara Guru lunga ke kidul,irika ida manggihin kidang, memanying manyingan sareng Ida Bhatara Guru,raris kijang punika kesembah antuk Ida Bhatara Guru,raris ical kidang punika.

Ritatkala Ida wenten ring kulon,irika ida manggihin rambut samben akeh pisan,Ida raris menyembah,rambut punika raris ical ring pekantenan Ida Betara Guru Siwa.

Sesampun Ida Betara Guru wenten ring lor,Ida manggihin batu ageng  ,batu punika raris Ida sembah, batu punika ical ring pekantenan Ida Bhetara Guru.

Sane mangkin Ida Betara Guru sampun puput ngiterin Gunung Semeru masue abulan sapta heri,raris rauh Sang Hyang Guru Tunggal,  raris Betara Guru ngaturang sembah puja pangastuti, saha sabda : “uduh pasang tabe Pukulun bhetara , sampun siddha kacunduk titah Bhetara maring bhuana,kweh sira kacunduk,hana taru wuringin,kidang, rambut empeg lan samben,hana juga watuagung.sami hulun  sembah akna”.

Raris kecawis olih Ida Sang Hyang Guru Tunggal  “Wuduh ira Nanak Betara Guru. Apa hana panggih maring amuteri bhuana semeru giri,patut kasembah dening jatma manusa maring mercapada yayata patuh  pada manyembah   Sang Hyang Siwa Guru.

Yan hana wong pada nangun pura,wenang ngadegang: Sanggar Agung, wenang juga ngadegakna  Stana Rambut Sedana,juga angadegaken linggih Manjangan Seluwang,naler hana taru weringin dedampingania. Juga stana raja (pejabat pemerintah), yogya wenang hana taru weringin pinaka dedampingan,niasa pengayom jagat. Hana juga pewarah ingulun, yan hana manusa nanem taru weringin tan upacara yadnya kadi tingkahing rare manumitis ke mercapada,nora ulahnia,mangguh lara,cenduk tuuh palania. Duh, Ah, Um, Nanak Betara Siwa Guru,dewa sampun keruwat,mangkana  nanak wenang mantuk ke Siwaloka juga strinta Dewi Uma.”asapunika sabdan Ida Sanghyang Guru Tunggal maring Bhetara Siwa Guru lan Dewi uma.

Raris Dewa  Dewi punika satinut maring titah Ida Sang Hyang Guru Tunggal. Ida Betari Uma mantuk ke Sorgaloka.Selantur ipun Ida Betara Hyang Tunggal mantuk ke Stana Gaib (ring tan hana), Punika taler Sang Hyang Brahma ngungsi ke pepunyan punyanan.Asapunika kaceritayang rihin,sane mangkin mewali ring Ki Dalang Kakung.

Kaceritayang Ki Dalang Kakung kantun wenten ring mercapada, amertisentana Ki Dalang Kedaton ,nurunang Ki Dalang Buricek hana ring panggungan keemban kaselubung dening Bhetara Bayu,mijil sira Ki Dalang Samirana , naler wenten kebaos Dalang Banyol,Dalang Kakung Tunggal.

Yening maosang Dalang Kakung,wit ipun saking kruna Da lan Lang, Da artos ipun luwih/ke langkung/langkungan,Lang: galang/terang ,Dalang punika sang sane wikan mepaica penerang sajeroning ngemargiang swadarma swadikara kahuripan(memberi pencerahan). Kakung mawit saking kruna Ka lan Kung. Ka:kamimitan/kawitan(asal mula).Kung suksmanipun smara/kasmaran utawi ngulangunin/klangen/Wulangun/ Sakarsa (takjub).

Satunggilin jatma manusa pastika matetujon labda karya,sadya rahayu sajeroning ngulati kahuripan,niki pastika mangda kedasarin antuk saradha mangda presida metaksu. Sekadi kebaos kakung pinaka pengawit kasmaran mawinan napi ja karyanin dasarne mangda iraga kasmaran utawi demen/tertarik mangda iraga presida metaksu,yen sampun metaksu pastika akeh sane muatang pastika sampun pacing presida murah pangan,sandang lan papan pinaka dasar iraga maurip.

Ring jagat Bali duk zaman Wilwatikta(Majapahit),sampun wenten kebaos  gunasta kosala (kreativitas ketrampilan), yen sampun ngamel puniki mejanten sampun dangan pacang nandakin pakibeh jagat pamekas ngaruruh pangupa jiwa melarapan geginan dados :Undagi (tukang bangunan/arsitektur), tukang  payas agung, sangging prabangkara (seniman ukir/lukis), juru igel (seniman tari), Tapini/Serati (tukang benten/Pengayah tukang banten)taaler wenten Dalang Kedaton.Geginan punika sami mangda kedasarin antuk taksu,taksu sang sane ngagemin geginan punika.

Ainggih akadi punika presida katur,mogi ripta aksara sane kaketus ring lontar Barong Swari puniki, wenten pikenohnyane gumanti iraga sareng sami mangda kedasarin antuk seneng/arsa ngemargiang swagina mangda presida metaksu,manah lega dadi ayu,ayu mangguh amertha.(manix) 

Kamis, 28 Maret 2024

RENUNGAN SERUPUT PAGI,BERAPA NILAIMU !!!

mobil tua yang ikonik
Seorang ayah berkata kepada anaknya : kamu  sudah lulus dengan nilai comloud,ini mobil ayah beli bertahun tahun yang lalu,ayah sangat mencintai mobil ini dan kini akan ayah hadiahkan kepadamu, ujar sang ayah. Sang putra melihat mobil yang dimaksud ayahnya, mobil tua yang lusuh dan terbengkalai di garasa tua,tetapi sebelum ayah memberikannya kepadamu bawalah ketoko mobil bekas dan katakan kepada mereka bahwa kamu ingin menjualnya dan lihat berapa nilai yang akan diberikannya. Anak itu kemudian menuruti ayahnya ke toko mobil bekas yang dimaksud,setelah itu kembali kepada ayahnya dan mengatakan : ayah mereka menawarnya hanya Rp.15.000.000,- karena mobil itu tidak terawat dan terlihat sangat tua, ayahnya kemudian berkata,sekarang coba kamu bawa ke toko pegadaian,anak itu lalu menuruti permintaan ayahnya menawarkan mobil itu di pegadaian,setelah itu anak tersebut kembali ke ayahnya dan mengatakan bahwa mobilnya hanya ditawar Rp.3.000.000,-saja karena mobil itu dianggap sudah tua. Ayahnya kemudian meminta lagi anaknya membawa mobil itu kepada si kolektor mobil dan kemudian  menawarkan mobil itu yang ditawar Rp.300.000.000,-karena mobil itu sangat ikonik dan langka,kemudian sang ayah berkata kepada anaknya : ayah hanya ingin kau tau tempat dan orang yang tepat untuk menilaimu dengan nilai yang tepat,kalau kamu tidak dihargai,kamu jangan marah kepadanya,berarti kamu berada di tempat yang salah. Mereka yang benar benar mengenali tahu cara menghargai disanalah sepatutnya kamu berada,tetapi jangan kamu terlalu lama berada ditempat dimana kamu tidak dihargai,jangan buang waktumu bersama dengan orang yang tidak menghargaimu  (MANIXS,290324)

Selasa, 19 Maret 2024

BANGKIT DARI PERTIWI

 Peristiwa robohnya pohon beringin di Pura Manik harum dua hari lalu rabu Wage langkir 13 Maret 2024, mengakibatkan hancurnya bangunan pelinggih dan samuan di pura setempat,akibat hal tersebut Ida Bhetara sesuhunan mertiwi alias roboh ke tanah,sehingga hal ini perlu dibangkitkan dari pertiwi yang dilaksanakan melalui proses ngulap ngambe,nuntun ke linggih pegayungan/lapan kecil untuk pelinggih darurat sementara. Proses ini dilaksanakan pada hari Sukra Umanis Langkir 15 maret 2024 pukul 15.00 Wita,acara yang dipimpin oleh pemangku setempat juga dihadiri oleh seluruh krama desa kelodan sebagai pengemong pura tersebut,hadir pula saat itu Bendesa Desa Adat Tegenan I Ketut Wana Yasa. Suasana saat akan dimulainya prosesi langit tampak mendung tebal sehingga belum selesai upacara,tak ayal hujan turun dengan lebatnya,hal ini menyebabkan jero mangku dan pengayah prosesi semua basah kuyup,namun demikian proses tetap berlangsung lancar. Karena hujan tak kunjung reda maka agenda yang sedianya memotong kayu usai Ida melinggih terpaksa dialihkan ke acara paruman membahas masalah teknis mengatasi bencana tersebut. Rapat yang digelar di wantilan Pura manik Harum dibuka oleh klian pura manik Harum I Wayan Mulus,S.Pd dan kemudian untuk mengatur teknis diserahkan kepada Klian banjar Adat Tegenan Kelod I Wayan Suiji.

Lebih lanjut Suiji menyampaikan gagasan dan minta masukan kepada peserta rapat,yang pada intinya beban krama diringankan dan pura dapat diperbaiki dengan baik,akhir keputusan Suiji menyarankan agar prejuru menggali dana dengan membuat proposal,memanfaatkan kas yang ada yang masih tersisa 20 jutaan, punia yang dipungut oleh Mk.Eka dan tentunya dengan iuran anggota. Hal penting dalam kesepakatan tersebut krama minta pada Suiji untuk memfasilitasi pinjaman,karena dana BKK sebanyak 85 Juta baru cair tahun 2025,untuk itu perlu disiasati dengan peminjaman dana dengan catatan krama membayar bunganya saja selama BKK belum cair. Rencana awal hanya membangun pelinghgih terlebih dahulu,mengingat kemampuan masyarakat terbatas,namun dengan adanya usulan dari pemangkunya,"saya usul,kalau pesamuan ini tidak dibuat dimana distanakan Sanghyang Wenang dan Sanghyang Titah ?" tanyanya kepada peserta rapat,maka kesimpulannya pembangunannya akan digarap sampai pesamuan,diharapkan krama yang mampu agar medana punia yang siap akan maturan dana punia atas inisiatif guru Megang adalah krama subak lipang senilai Rp.1,5 juta dan yang akan ngaturang gedong adalah Wayan Mulus,Mk.Eka dan Md.Mustapa. Semua bangunan akan dibuat dari batu pondasinya,karena sekalian membangun,ujar Wayan Mulus dalam acara rapat dan itu disepakati krama (manixs).

                                        

                                            Prosesi ngulap ngambe Ida Bhetara sane mertiwi

Klian Banjar Adat Tegenan Kelod memfasilitasi paruman banjar jangkepan

Suasana rapat berlangsung lancar
Perobohan sisa pohon beringin yang tumbang  dipimpin Mk.Eka Adnyana






Rabu, 13 Maret 2024

PETAKA BAWAH POHON BERINGIN

 Pohon beringin yang berusia ratusan tahun yang tumbuh nyaman di Pura Manik Harum,kemarin Rabu Wage Langkir,13 Maret 2024 sekitar pukul 15.00 Wita tumbang akibat tiupan angin kencang hingga merobohkan semua pelinggih yang ada juga bangunan samuan dan menimpa sebagian bale penegtegan. Klian Pura Manik Harum I Wayan Mulus,Muliadi,S.Pd mengungkapkan sudah ketigakalinya kejadian ini,dimana dua kejadian sebelumnya bertepatan  menjelang piodalan,pernah merobohkan 1 bangunan juga, namun kejadian terakhir ini paling parah karena seluruh batang pohon besarnya tumbang karena kencangnya angin,hanya 1 batang kecil yang masih. Akibat bencana ini kami mengalami kerugian yang cukup besar,kejadian ini sudah kami laporkan ke BPBD kabupaten Karangasem,kemungkinan besok ditinjau dan disuruh membuat laporan secara tertulis,ungkapnya.

Mulus juga menambahkan dengan adanya musibah ini kami sudah kordinasi dengan klian Banjar Adat Tegenan Kelod dan juga prejuru serta pemangku disini,langhkah langkah yang akan kami lakukan adalah akan membuat lapan pegayungan untuk nginggsirang sekaligus ngelinggihang sementara Ida Bhetara yang pelinggihnya roboh,kemudian kami juga akan mohon petunjuk kepada jero tapakan agar kami bisa mengambil langkah-langkah terpadu antara sekala dan niskala,hal ini sudah kami sampaikan kepada Mk.Eka Adnyana jan bangul pura ini. Kebetulan juga pada Sukra Umanis Klau yang akan datang giliran piodalan Ida Bhetara,sehingga kami harus bergerak cepat untuk penangannnya,kami prejuru sudah berembug diantara kami prejuru akan ngaturang gedong,klian,sekretaris,bendahara dan pemangku masingh-masing 1 gedong sehingga lebih cepat rampung. Pesamuan ini baru dua minggu lalu kami servis,sekarang sudah begini,ya apa boleh buat karena bencana alam,kami tidak bisa komen apa apa,kemaren sebelum musibah ini mangku Eka sudah memungut dana punia kepada krama yang rencananya digunakan untuk rehab samuan tetapi beginilah kejadiannya. Jumat besok kami akan menurunkan krama pengempon,bagaimana kesepakatan krama untuk mengatasi masalah ini kami akan berdialog semoga dapat jalan keluar,kami akan ajukan proposal kepada para anggota dewan yang terpilih,kepada LA,Maha Giri,pengusaha pengusaha dan tentunya iuran pengempon,pungkas klian pura Manik Harum.(manixs)

Pohon beringin yang tumbang akibat angin kencang

Beringin yang menimpa 90% pelinggih

Pohon beringin yang menimpa Samuan



Usulan ke BPBD.






Selasa, 12 Maret 2024

DIGLONTOR TRAKTOR JANGAN TEROR HOROR

Subak Lipang adalah organisasi tradisional bidang pengairan atau irigasi sawah semenjak kepemimpinan Guru Wayan Megeng menunjukan kemajuan yang cukup signifikan terutama dalam pengelolaan manajemen keuangan yang cukup transparan dan akuntabel,karena setiap kegiatan senantiasa krama menandatangani daftar hadir dan selalu mengupdate data keuangan,karena menurutnya uang ibarat api, kalau benar penggunaannya bisa dipakai memasak,kalau salah diri kita bisa hangus terbakar,karena itu kita harus hati hati menggunakan uang apalagi uang bukan milik kita sendiri,ucap Megeng sebelum memulai acara.

Rapat rutin setiap Buda Wage dilaksanakan di Pura Bedugul atau Puseh Anyar sungsungan Subak Lipang, rapat kali ini bertepatan dengan Buda Wage Langkir,13 Maret 2024 mulai jam 07.30 krama subak dan undangan diarahkan untuk mengikuti persembahyangan bersama dengan melantunkan Puja Gayatri yang dipandu oleh Guru Megeng,sedangkan pemimpin upacara persembahyangan,mangku Widiasih sebagai janbangul pemangku Subak Lipang,acara ini juga dihadiri oleh jero Wana Yasa sebagai Bendesa Adat Tegenan,Mk.Manik Puspayoga sebagai Klian Banjar Adat Tegenan Kelod sekaligus sebagai Kordinator Kontribusi PT.Bali Agung Waters dan Klian Banjar Dinas Tegenan I Gde Tangkas Widyaguna. Usai persembahyangan acara dilanjutkan dengan Rapat Rutin dengan agenda Penyerahan Bantuan/Kontribusi PT.Bali Agung Waters tahun 2024 kepada Subak Lipang yang disepakati untuk dibelikan traktor mini dan kelengkapannya serta perbaikan irigasi terowongan sekitar 60 meter,disamping ada agenda tambahan sosialisasi program dari LPM Desa Menanga yang dipimpin oleh I Made Dastra asal Buyan.

Rapat diawali dengan pembukaan sekaligus pemaparan kegiatan dan penggunaan dana kontribusi dari PT.Bali Agung Waters yang disampaikan oleh Klian Subak Guru Wayan Megeng,sekaligus menyampaikan ucapan terimakasih kepada PT.Bali Agung Water atas kontribusinya membangun subak dan Desa Adat serta Banjar Adat Tegenan termasuk pura pura lainnya. setelah pemaparan panjang lebar acara dilanjutkan dengan pengarahan dari Klian Banjar Adat Tegenan Kelod,sekaligus sebagai kordinator kemasyarakatan PT Bali Agung Water di Desa Adat Tegenan I Wayan Suiji.

Suiji dalam arahannya merasa beryukur karena Subak Lipang semenjak kepemimpinan Guru Wayan Megeng sudah mulai berbenah baik secara sekala maupun niskala. Sekalanya Guru Megeng dengan lascarya telah mengabdikan diri dengan tulus ngayah memperbaiki jalan jalan disawah,irigasi yang tersumbat atau jebol secara tiba tiba karena banjir akibat hujan,seorang diri tanpamrih,ia tetap lakukan dengan gigih,sehingga terlihat nyata hasilnya,jalan lingkar bisa terwujud,yang sangat mempermudah akses krama subak membawa hasil panennya dan atau mengolah dan memelihara sawahnya. Juga secara niskala proses pemaculan ia laksanakan sesuai lontar Dharma Pemaculan sebagai acuannya,juga maturan atau punia punia ke pura yang terkait dengan keberadaan subak lipang,ia bangkitkan,ia telusuri dan laksanakan sebagai ucapan syukur dan terimakasih atas keberkahan para leluhur pendahulu kita. ini artinya guru Megeng ini telah melaksanakan tupoksi seorang klian subak dengan baik dan benar,sudah begitupun masih ada orang mencibir,bayangkan ketika memperbaiki saluran tersumbat ketika ada longsoran saat hujan lebat,ia turun terjun langsung ke lokasi seorang diri dengan berbasah-basah,ia iklas dan rela memperbaiki saluran itu dengan tujuan agar sawah sawah sekitar sumbatan tidak jebol akibat saluran mampet,ia relakan tubuhnya yang kurus itu diabdikan untuk kepentingan krama subak. Mari kita apresiasi guru Megeng ini,dukung dia,hargai dia karena ia sudah berjasa membantu kita anggota subak,itu artinya anda tau rasa terimakasih,jangan malah mencibir. Sama halnya ketika saya berjuang dulu,mulai dari sekitar tahun 1985 mengsuslkan senderan saluran irigasi di buka yang masih dapat kita lihat sekarang kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Karangasem, itu nilainya waktu itu Rp.75 juta berhasil kita peroleh,kemudian pemberian kontribusi oleh PT Bali Agung Waters setiap tahun dan juga bantuan penyengker pura di sumber yang nilainya 30 juta lebih oleh PT.Bali Agung Waters yang sangat konsen terhadap adat dan budaya kita,apalagi direkturnya Bapak Phillipe,beliau luar biasa baiknya buat adat dan budaya Bali,mestinya kita tahu berterimakasih dan hal terpenting banyak masyarakat kita sudah bekerja ditampung di perusahaan ini,sebagai ucapan terimakasih mari kita jaga dan lindungi PT Bali Agung Waters,karena mereka sudah berjasa buat kita semua,masyarakat Tegenan,pungkas Suiji. Akhirnya atas rakhmat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Hyang Widhi Waca hari ini rabu,13 Maret 2024 jam 10.00 saya selaku kordinator kontribusi ,mewakili PT Bali Agung Waters menyerahkan dana kontribusi dalam bentuk traktor mini,gunakan dan pelihara barang ini dengan sebaik baiknya jangan sampai krama subak digelontor traktor malah muncul teror horor,kasihan klian subaknya,terimakasih ucap Suiji. dan traktorpun diterima dan rapat dilajutkan dengan sosialisasi LPM.(Manixs)

Persembahyangan sebelum rapat dimulai    Bendahara menandatangani berita acara serah terima traktor

Guru Megeng,klian Subak Lipang menandatangani Berita Acara serah terima

Pemangku Subak Lipang sebagai saksi,ikut menanda tangani Berita Acara serat terima

Penyerahan traktor kepada klian subak Guru Wayan Megeng

 
Penyerahan kepada Bendahara

Pengarahan Klian Subak Lipang

Tampak krama subak yang hadir dan rapat