Senin, 30 Agustus 2021
PELINGGIH-PELINGGIH DALAM PERUMAHAN
Rabu, 25 Agustus 2021
PELUNCURUN LOGO PUSTAKA MANIK GNI
Senin, 16 Agustus 2021
MITOS WATUGUNUNG MEMBAT SEPANJANG ZAMAN
Mitos atau kisah Watugunung dikalangan umat hindu khususnya di Bali sudah tidak asing lagi ditelinga krama Bali,yang syarat dengan makna dan tidak lekang oleh waktu,sehingga mitos itu sesuai dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan umat manusia di sepanjang zaman,itulah hebatnya karya sastra para leluhur kita.
Mengacu pada sumber sastra Lontar Medang Kemulan,mitos Watugunung diawali dengan cerita sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Kunda Dwipa dengan rajanya bernama Danghyang Kulagiri, beliau seorang raja yang mumpuni,suka memperdalam pengetahuan dan mengasah spiritualnya,sehingga beliau menjadi seorang raja yang welas asih dan bijaksana disegani raja-raja lain dan dihormati serta dicintai rakyatnya,lebih-lebih istri beliau yang bernama Dewi Sinthakasih dan Dewi Sanjiwantia yang cantik dan baik hati terkenal dengan keawetan kecantikannya.
Suatu ketika sang raja ingin menambah pengetahuannya dengan bertapa ke Gunung Mahameru, beliau tinggalkan kerajaannya terutama istrinya Dewi Sinthakasih yang sedang hamil,lama beliau bertapa dan karena lama kedua istri raja menyusul ke Gunung Mahameru,apalagi Dewi Sinthakasih yang sedang hamil tua,takut kelahiran bayinya tidak didampingi oleh sang raja, maka berliau berdua nekat ketengah hutan dengan maksud bertemu suaminya. Sayang sekali ditengah perjalanan dengan medan yang berat melewati jurang ngarai dan sungai dengan batu batuan yang licin,sehingga kepleset diatas batu dan aduuh..sang dewi terjerembab diatas batu dan uhh..sakiiiit tiba-tiba betis sang dewi berdarah-darah dan tak tertahan beliaupun melahirkan….. nguek..nguek..nguek. menyembul kepala jabang bayi ibarat leleah lahar dengan bebatuan meleleh dari lubang kepundan gunung berapi, darah mengalir dan air ketuban yang demikian dahsyatnya tiba-tiba angin dan petir menyambar-nyambar di sekitar TKM dan anginpun berhenti setelah sang jabang bayi keluar dari persembunyiannya dan dengan sedikit kecemasan sang dewi membersihkan bayinya yang begitu kuat dan sehat,karena lahir diatas batu di gunung,maka spontan mereka berdua memberi nama bayinya dengan nama Watugunung.
Tak lama kemudian sang dewi kembali ke kerajaan merawat sang bayi Watugunung,tidak disangka Watugunung tumbuh cepat walau agak bandel dan nakal serta hyperaktip ,hingga suatu ketika Watugunung sudah menjadi anak-anak cepet sekali lapar dan minta makan dan makan terus sehingga tubuhnya bongsor sudah seperti anak remaja padahal masih anak-anak. Sakeng laparnya ibunya belum selesai masak nasinya sudah diambil sehingga ibunya menjadi marah dan suit(sendok agak panjang yang dibuat dari kayu dipakai untuk mengaduk nasi ketika memasak zaman dulu) yang dipegangnya dipakai memukul kepala Watugunung hingga luka berdarah,Watugunungpun kesel dan ngambek pergi ketengah hutan mengasingkan diri. Tak diceritakan entah bagaimana cara hidupnya dan semakin dewasa ia bertapa dengan kuat di tengah hutan,karena jiwa yang kesal penuh amarah dan dengan serius ia bertapa akhirnya mengetuk hati Dewa Brahma untuk turun kepertapaan memberi anugrah kesaktian bahwa Watugunung tidak dapat dibunuh oleh siapapun kecuali Dewa Wisnu dalm wujud Tri Wikrama,begitu titah beliau dan langsung nirwana.
Mendapat anugrah seperti itu,Watugunung menjadi sombong dan angkuh,ia merampok dan ingin menjadi penguasa,sebagai langkah awal Kerajaan Giri Swara diserang pertama bersama gerombolannya dan sang raja ditaklukan tidak bisa berkutik menyerah kalah,begitu seterusnya satu persatu raja-raja diserang sehingga sudah menaklukan 23 kerajaan dan 5 padukuhan (panca Rsi) dan kerajaan terakhir yang ditaklukan adalah kerajaan Kunda Dwipa dengan ratunya Dewi Sinthakasih yang ayu dan jelita,sehingga sekaligus dinikahi sebagai istri.
Pada suatu hari sang raja Watugunung dengan permaisurinya Dewi Sinthakasih sedang bercengkrama,sang raja tidur dipangkuan istrinya kepalanya diusap-usap dan dilihat kepala suaminya terdapat benjolan bekas luka memanjang,disanalah sang dewi bertanya,kenapa kepalanya bisa luka dan Watugunung menceritakan kisahnya dipukul oleh ibunya panjang lebar dan mungkin pukulan ibunya agak keras sehingga otaknya sedikit gegar sehingga ia tidak ingat siapa ibu dan darimana asalnya. Mendengar itu betapa kagetnya sang dewi dan yakin se yakin yakinnya serta ingat betul dengan kejadian itu,beliau yakin bahwa suaminya itu adalah si kecil Watugunung yang dipukul dulu,betapa sedih dan merasa berdosa bahwa mereka telah melakukan inses yang sangat dilarang oleh agama. Menyesal,sedih,haru semua bercampur aduk di hati sang dewi dan berpikir bagaimana caranya lepas dari dosa itu dan diketahui suaminya sangat sakti dan tak terkalahkan oleh siapapun,maka dengan kasih ia merayu suaminya menanyakan kelemahannya dan karena sang dewi sangat cantik dan bermanja-manja dengan suaminya,maka hati Watugunungpun luluh dengan catatan agar dirahasiakan,maka tercetuslah yang bisa, membunuhnya hanya Dewa Wisnu dalam Triwikrama dengan terkuaknya misteri kesaktian Watugunung,maka sang dewi punya ide untuk lepas dari Watugunung dengan mengatakan dirinya ngidam dan yang diidamkan ingin dicarikan istri Dewa Wisnu yakni Dewi Laksmi sebagai madunya Dewi Sinthakasih. Mendengar itu Watugunung sedikit terkejut,tapi demi cintanya dengan sang dewi maka ia tidak pikir panjang langsung menyerang Wisnuloka untuk mendapatkan Dewi Laksmi,karena lawan tandingnya adalah Dewa Wisnu yang merupakan dewa Kematiannya,maka Dewa Wisnupun langsung bertriwikrama dengan senjata cakranya ditebaslah leher watugunung,tak ampun lagi pada hari itu Redite Klion Watugunung disebut Watugunung runtuh dan sebelum menghembuskan nafasnya ia sadar akan kesalahannya telah berbuat dosa dan mohon maaf pada semuanya satu permintaannya kalau mayatnya jatuh di darat maka dimohon kemurahan dewa untuk menurunkan hujan dan sebaliknya bila di laut jatuhnya agar dipanaskan,Dewa Wisnupun mengabulkan permintaan Watugunung karena sadar dan telah minta maaf,maka ketika Dite Klion Watugunung hujan itu tandanya Watugunung jatuh di darat, begitu juga sebaliknya.
Raja-raja yang dibunuh Watugunungpun dihidupkan kembali,mulai saat itu para dewa membuat ketentuan ala ayuning dewasa sesana dewa dalam pawukon yang jumlahnya 30 wuku, mulai dari kerajaan landep,ukir,kulantir sampai kerajaan dukut yang berjumlah 28 kerajaan dan suami istri Watugunung dan Sinthakasih dipisahkan,istrinya diletakan didepan menjadi wuku Sinta dan suaminya diletakan terakhir menjadi Watugunung sehingga semuanya berjumlah 30 wuku mulai dari Sinta,Landep,Ukir dst..sampai Watugunung wuku ke 30.
Hal yang menarik dalam kedua wuku ini menjadi suatu rangkaian yang memiliki pilosofi mendalam dalam kehidupan dan membat atau mantul sepanjang zaman seperti mulai masuk wuku Watugunung sebagai berikut:
1. 1. Redite Klion Watugunung disebut WATUGUNUNG RUNTUH/KAJENG KLION PEMELAS TALI
2. 2.Soma umanis Watugunung disebut CANDUNG WATANG
3. 3.Anggara Pahing Watugunung dinamai PAID-PAIDAN
4. 4.Buda Pon Watugunung dinakan URIP KELATAS/BUDA PON BANGUN URIP
5. 5.Wraspati Wage Watugunung disebut PANEGTEGAN
6. 6.Sukra Klion Watugunung disebut PANGREDANAAN
7. 7.Saniscara Umanis Watugunung disebut SARASWATI
8. 8.Redite Paing Sinta dinamakan BANYU PINARUH
9. 9.Soma Pon Sinta disebut SOMA RIBEK
10. 10.Anggara Wage Sinta dinamakan SABUH MAS
11. 11.Buda Klion Sinta disebut PAGERWESI
Dari rangkaian kejadian itu bila kita ambil filosofinya dalam kehidupan sekarang dapat diuraikan sebagai berikut :
1 1. WATUGUNUNG RUNTUH/KAJENG KLION PEMELAS TALI maknanya adalah tatkala kita dilahirkan(melas/lepas tali pusar) dari rahimnya ibu yang telah dibawa 9 bulan dalam kandungannya kesana kemari kita ikut beliau.
2. 2. CANDUNG WATANG artinya setengah mati ibu kita perjuangannya ketika melahirkan kita,maka ada istilah CARA MEGANTUNG BOK AKATIH dan ibaratnya BAGAI AIR DI DAUN TALAS sedikit saja salah maka nyawa taruhannya akan melayang,begitulah perjuangan seorang ibu,. Maka menurut mitos hari ini tidak boleh menyapu artinya kalau menyapu itu di tanah/ibu pertiwi,maksudnya tidak boleh membersihkan/melupakan beratnya perjuangan(mis) seorang ibu melahirkan kita,apalagi kasih ibu sepanjang masa tak pernah menuntut balas(ibu yang baik).
3. 3. PAID-PAIDAN/ANGGARA PAING PAID-PAIDAN maksudnya sesudah kita dilahirkan dipelihara dan dirawat oleh seorang ibu akhirnya kita mulai menginjak tanah,tidak otomatis bias berlari tetapi step by step mulai dari mepaid-paidan atau merangkak,maka mulailah hidup ini dengan hal kecil sesuai proses kehidupan kemudian secara bertahap menjadi besar,ini adalah makna sebuah kesabaran,maka hasilnya akan lebih bermakna.
4. 4. BUDA PON BANGUN URIP/URIP KELATAS pilosofinya setelah melalui proses panjang dalam perawatan seorang ibu maka kita bisa berdiri tegak dan berjalan sesuai langkah yang diajarkan langkah demi langkah dituntun oleh orangtua kita,dan perhatikan langkah kita jangan sampai menapak duri,lubang,kotoran atau benda berbahaya lainnya,kita senantiasa dituntun oleh guru rupaka
5. 5. PANEGTEGAN artinya setelah kita bisa berdiri tegak /tegteg,bias dilepas dan sudah bisa berjalan dan berlari kecil kita mulai dilepas dan dibiarkan bersosialisasi dengan sesama anak-anak lainnya sebagai makluk sosial,mengenal lingkungan sehingga bertumbuh dan berpemikiran lebih luas.
6. 6. PENGREDANAN maksudnya kita diraawat dipelihara tidak hanya cukup dengan makan minum dan kesehatan tetapi dengan doa dan upacara serta diajarkan tatakrama kehidupan oleh orang tua kita untuk disiapkan menerima pengetahuan yang lebih luas di masyarakat.
7. 7. SARASWATI simbul turunnya Ilmu Pengetahuan,mulailah kita diserahkan kepada guru Pengajian mulai dari Paud/TK,SD,SMP,SMA/K sampai perguruan tinggi termaasuk juga kita didik oleh guru Wisesa dan masyarakat serta Guru Swadiaya,sehingga kita belajar dan berlatih serta berdoa untuk mewujudkan IQ,EQ,SQ yang lebih baik dan sempurna sebagai bekal melangsungkan kehidupan bermodalkan pengetahuan dan ketrampilan hidup/softskill.oleh karenanya disini juga mengandung makna yudha awidya narottama , nandurin karang awak.artinya untuk menjadi manusia utama marilah perangi kebodohan/kegelapan dengan cara mengisi diri dengan pengetahuan dan ketrampilan.
Adapun rangkaian upacaranya:
a. Suci laksana Saraswati
b. Sembahyang Saraswati sebelum tengah hari di sekolah,kantor dan di Pura juga di rumah.
c. Buku/lontar diupacarai dengan banten saraswati,sesayut dana tau sesuai kemampuan
d. Sambang semadi atau malam sastra dengan perenungan dan membaca sloka-sloka suci.
e. Selesai.
8. 8. BANYU PINARUH atau banyu pinaweruh artinya kecerdasan/pengetahuannya seperti air mengalir baik intelektualitasnya,emosional maupun spiritualitasnya,ini bisa didapat melalui pembelajaran,praktek dan pengalaman hidup.maka dalam implementasi sakralitasnya,pagi pagi kita menyikan diri dengan mandi air kumkuman,air harum dengan bunga kembang tujuh rupa,makna filosofinya setelah kita punya pengetahuan dan kecerdasan yang banyak hendaknya kita sucikan dan gunakan sesuai jalan dharma dan bermanfaat untuk orang banyak serta hindari 7 macam kemabukan yang disebut sapta timira atau tujuh macam kegelapan/kemabukan/kesombongan.(Surupa/rupawan,Dana/kekayaan,Guna/kepandaian, Kulina/Keturunan,Yowana/awetmuda,Sura/miras,Kasuran/keberanian). Adapun rangkaian pelaksanaan upacaranya:
a. Pagi mandi air kumkuman dengan kembang 7 rupa (simbul penyucian Sapta Timira),
b. Sembahyang dengan banten nasi pradnyan dengan loloh sadrasa(simbul penyucian Sad Ripu).
c. Ngelabain
d. Selesai.
9. 9. SOMA RIBEK ini mengandung makna kehidupan berkelimpahan,sebab dengan kecerdasan dan ketrampilan kita akan memiliki personal brending apalagi sekarang dengan teknologi dan social media akan mempermudah menciptakan dan mencari lapangan kerja dan apabila dilakukan dengan kerja keras,kerja cerdas,kerja tuntas dan kerja iklas niscaya hidup kita akan berkelimpahan.
10. 10. SABUH MAS,mas identik dengan kemuliaan,maka orang yang sudah memiliki personal brending akan banyak dibutuhkan orang apalagi dalam implementasinya menyeimbangkan antara Iq,Eq dan Sq,maka mereka akan dimuliakan dan dihormati oleh orang lain,sungguh berarti hidup orang yang seperti ini dan akan dimuliakan dunia akhirat.
11. 11. PAGERWESI mengandung makna Pagar dari Besi atau pagari dengan kokoh semua kompetensi yang dimiliki sehingga bermanfaat bagi orang banyak sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana,beryadnya kepada Hyang Widi,Dewa-dewi,Betara-Betari leluhur,juga pada keluarga,masyarakat dan lingkungan,bangsa dan negara. Semua itu sesuai dengan amanat ajaran agama kita untuk mencapai morksartem jagatita ya ca itu dharma.
Kesimpulannya Saraswati adalah sebagai tonggak keseimbangan kosmis menjadi keseimbangan yang beradab,karena hari inilah sebagai titik akhir dari sebuah proses penyelesaian permasalahan baik waktu(pawukon) maupun persoalan hidup akan dapat diselesaikan dengan pengetahuan yang bijak yang mampu memunculkan wind wind solution yang berlandaskan IQ,EQ,SQ.
Benang merah yang dapat diambil dari mitos Watugunung adalah:
1. 1. Dalam kehidupan ini dilarang melakukan inses karena itu sifat binatang.
2. 2. Terdapat pemahaman kita harus sadar akan waktu/kala mulai dari utpti ketika kita tercipta/lahir,stiti kita menjalani kehidupan dan prelina ketika kita pulang nanti saat dipanggil oleh yang memberi pinjam atma kita,karena kita sadar bahwa angkian/nafas kita berasal dari pinjaman untuk menghidupi Panca maha bhuta kita sehingga kita bisa hidup di dunia ini,suatu saat kalau ditagih kita pasti pralina. Waktu itu yang harus disadari.
3. 3. Terdapat penetapan aturan-aturan sosial dari ritual sampai keagamaan,sebagai bentuk syukur dari anugrah kehidupan,sebagai makluk paling utama.
4. 4. Sebagai epiphany/pencerahan terhadap unsur jati diri manusia Bali/Jawa yang mempunyai peradaban sejak lama.
5. 5. Manusia diadabkan melalui ajaran agama yang dianutnya,karena melalui ajaran agama kita akan menjadi makluk yang lebih beradab.mulai lahir,bagaimana kita merasakah perjuangan seorang ibu/orang tua dirawat dipelihara sehingga kita bias jadi orang dan dituntun untuk bijak dalam mengelola diri demi kemaslahatan umat manusia.
6. 6. Kisah Watugunung adalah gamabaran karakter egositas yang tinggi dalam komunitas untuk menundukan lingkungan sekitar ,namun semua itu akan dikalahkan oleh kekuatan kosmis yang tak terbantahkan karena sesungguhnya rta itulah yang paling kuasa menggerakan roda semesta.
7. 7. Dalam proses kehidupan salah benar itu saling berdampingan,ketika kesalahan terjadi asal disadari dan bertobat,maka Tuhanpun memaafkan semua kesalahan itu,akan disucikan dengan dengan prilaku kita sendiri dengan menapaki ajaran dharma.
8. 8. Ada rangkaian 11 hari kenapa,karena itu rangkaian arah mata angin semesta ada timur,tenggara,selatan,barat daya,barat,barat laut,utara,timurlaut,tengah,atas dan bawah, artinya bila kita memiliki pengetahuan seluas arah mata angina maka kita akan menguasainya.
Demikian uraian singkat terkait mitos Watugunung yang melegenda dikalangan umat hindu khususnya di Bali ,semoga bermanfaat dan dapat diimplementasikan dalam hidup kita,tidak hanya dalam bentuk ritual namun yang lebih penting dalam step step kehidupan dari lahir sampai tidak ada lagi di mayapada ini.astungkara.(manix)
Minggu, 15 Agustus 2021
TUMPEK WAYANG LAN SUKSMAN RUATAN SAPUH LEGER
Rahina Saniscara wuku Wayang ketah kebaos Tumpek Wayang,pinaka sinalih tunggil bebacakan tumpek sane rauh pinih ungkur,punika taler wuku wayang megenah ring ketekang kaping pitu likur (27) saking 30 katahne wenten wuku. Angka pitu likur punika yen keketek wewilangan dadosnyane wilangan ipun 9(2+7) /sanga utawi nawa pinaka bebacakan angka sane paling ageng,mawinan tenget kawibawanipun,napi malih sampun kepalih sanga dados nawa,minakadi ring bhuana agung wenten kebaos Dewata Nawa Sanga,asia Dewatane sane ngider ring bhuana agunge wenten kangin-kauh-kaler-kelod,penyirang/dikwidik(4) lan madya(1)minekadi genah kangin Dewa Iswara dewatane,kelod kangin Mahesora miwah sane siosan. Yening ring bhuana alit wenten taler 9 liang/lubang sane ngambekang keraksasan minekadi penyingakan seneng nyingakin sane becik,karna mirengang sane halus ngulangunin,cangkem seneng ngerasayang sane jaen,punika taler sane tiosan. Taler wenten liang kedewataan minekadi siwadwara,tengahing lelata,ujungirung miwah sane siosan. Sipat keraksasan sane kebaosang iwawu punika ring imanusa patut kesapuh/kesuciang/ keruat, napi malih maweton ring wuku wayang sane kebaos wuku sebel/letuh mawinan perlu pisan keruat sane kewastanin Ruatan Sapuh Leger ring sang sane embas ring wukun wayang.
Indik lontar utawi sastra sane maosang upacara Sapuh leger,akeh pisan kewentenane minekadi ; Lontar Kala Tattwa, Kala Tattwa Purana, Tutur Capa Kala, Siwagama/Purwagamasasana, Bacakan Bebanten Sapuh Leger, Geguritan Kala Tattwa, Geguritan Sapuh Leger, Satua Pawayangan Sapuh Leger miwah sane siosan. Ring Bali bebacakan lontar indik punika akeh pabinanyane,nanging suksmanipun pateh untengipun sekadi satwa puniki:
Ring Lontar Kala tattwa:
Keceritayang Ida Bhetara Siwa kasarengin saktin ida sane meparab Dewi Giriputri utawi Dewi Uma,sedek ngelila cita ring segara ngaksi keasrian segarane,kesirsir angin irika raris wastran Ida Dewi Uma meungkabang antuk kesiran angine raris keaksi cokor dane putih bersih halus kadi sempole,irika Ida Betara Siwa metu kasmaran ring rabine,puniki baos Ida; adi-adi Dewi Uma idewa,amonto leh idewane tepuk beli,sing sida ban beli naanang keneh beli, jalan dini jani temuang semarane,beli ba sing tahan adi..uuhhh kenten penikan ida . kecawis raris olih rabine dewi Uma ; singgih ratu betara ,sinampurang tityang,yening sekadi asapunika pengarsan betara,sinampurayang tityang nenten ngiringang, dwaning pemargi punika boya ja pemargi dewata,kenten baos ida. Nanging Ida Betara Siwa sampun nenten sida ngandet kayun ida indriane sampun matemu wisaya ,ngetel raris Kaman ida ke segarane ,irika raris segarane megejeran,ageng ombake melencok nenten sekadi biasane , Bhatara Siwa lan Bhatari Giriputri utawi Dewi Uma pinaka ardhanareswari mewali raris ida ke Siwa Loka.
Indike punika kepanggih raris olih Bhatara Brahma lan Bhatara Wisnu ,lunga raris Ida sareng kalih ke genah Ida Betara Siwa sareng rabine Ida Betari Giri Putri,saya wiakti segarane kewentenane megejeran ombake ngantos kepesisi,kadi blabar agung ,Ida Bhatara Brahma lan Bhatara Wisnu ngaksi segarane kadi blabar punika,irika raris Ida mayoga,mawinan kama/sukla Bhetara Siwa presida mesikian. Nanging sesampune mepupul Kaman Betara Siwa tandumade mesiluman dados raksasa sane ageng tur kabinawa ,Ida Bhetara Brahma sareng Betara Wisnu ajerih raris Ida mekaon ngungsi genah siosan.
Raris raksasa angker punika metangi bingung sekadi anak wau medal saking pertiwi ,mececingak merika meriki nanging sunya sepi,I Raksasa raris mesuara megejeran saking kabinawanipun, mawinan jagate lan swargane megejeran naler kadi gejor agung,mawinan ngantos medal para Dewata Nawa Sanghane saking linggih Ida suang-suang sregep saha senjata ,raris kepanggih I raksasa saha ngojog para Nawa Dewatane,raris matur, “Singgih pakulun betara,ayuwa kita tanding yuda lawaningulun mapan siaku ngaruruh bapan kelawan ibunta………..“.
Nanging Para Dewatane tan sida nampenin pikenoh ipun I Raksasa, “Ih, kita detya,ayua kita lambening ujar rikanang hulun ,donuja kita,titisan raksasa angkara murka,patut pejahaken rikanang kepatyanta ……….. “.
Irika raris yudane rames pisan,iraksasa kerebut dening para dewatane sami,kepanah antuk senjata suang-suang,nanging para dewatane tan sida mejahang iraksasa,metulak wali kewentenane iraksasa ngender para dewatane wenten sane kecekuk lan kejekjek miwah sane siosan,sami dewatane ajerih ngungsi genah sane aman,irika raris sami nangkil ring Bhetara Siwa nguningang indike punika,swargane jagi keuugang olih iraksasa sane ageng lan sakti punika.Irika raris Bhetara siwa nampenin atur para dewatane sami,kagiat Ida rauh ngerereh iraksasa raris ida ngandika :ih kita raksasa ,agung dosanta apan kita wani angusak asik Siwa loka,iki terima kepatianta,pejah kita detya…raris ida ngamel senjata mayuda sareng iraksasa,rames pisan perang tanding sang kalih ketonton watek para dewatane,nanging Betara Siwa tan sida mejahang iraksasa sangkaning kawisesannyane,sesampun doh Betara Siwa ngandika:”ih kita detya,apa salahnia Sang Catur Lokapala metu kita wani ngusak asik sorga loka ?”
Irika Iraksasa nyawis, “pasang tabe sira Betara,ingulun presama dateng ngeruruh yayah ingulun,apan ulun tan mengetakna ring bapanta,Bhetara,siapa yayah ingulun betara ?
Miragi petaken iraksasa asapunika Ida Bhetara Siwa raris nyawis : “yan mangkana acepania,kenak putusakna taring tengen,wau kita kacunduk ring bapa bundanta“.sesampun iraksasa ngemargiang penikan Ida Bhetara Siwa ,raris Ida Betara ngandika “ih kita detya kenak rengakna pewarahku,kita tuah nanaku kelawan Bhetari Uma,mapan samangkana wit iki aranira Bhetara Kala,wenang kita nadah ngurip sehananing maurip ,sida kita nyatirupa sehananing mahurip mapan kita nanakingulun ayuwa kita lali. Punika taler Bhetari Giri Putri ngicen Bhetara Kala panugrahan,wenang idewa kuasa ring wateking jin, setan, durga, pisaca, wil, danuja, kingkara, raksasa muang sehananing cetik,desti teluh sehananing nyengkalen kahuripan.Wecanan Bhetari Giri Putri;Dewa-dewa Bhetara Kala,yening idewa ngerereh ajengan tedun idewa ke mayapada,dumadak idewa manggih kasidian. Irika raris Bhatara Kala metaken ring biyangida: ibu-ibu apa kawenang mangan ingong ring mayapada ?”.raris kecawis olih Ida Bhetari: Dewa-dewa Bhetara Kala,ane dadi ajeng-ajengan idewa tusing ada len;yening ada anak sirep tengai kanti liwat sandikala,sing beneh sirepe ento,yening ada anak cerik ngeling tengah lemenge takut takutina teken reramane,ada masih anak memaca kidung/ tutur kedyatmikan ditengah margane,anak mejalan tengai tepet,senikala,ada anak ngejang ambengan nu mepesel,saang nu mepesel, anak nyakan sing nekepin wirun,keto masih anak lekad di wukun Wayange ane madan wuku letuh mapan amada mada palekadan idewane,wenang idewa nadah.punika penikan Bhetari Giri Putri utawi Dewi Uma ring okan idane.
Ring Geguritan Sapuh Leger kaceritayang kadi asapuniki :
Kacerita Bhatara Kala melarapan waranugraha Bhatara Siwa sareng Bhatari Uma kepaica nadah anak sane lekad ring wuku Wayang lan anak sane memargi tengai tepet,setata kegamel olih Bhetara Kala. Kacerita Hyang Rare Kumara, arin Bhatara Kala sane meduwe “weton” pateh kadi rakane Bhatara Kala ,wuku Ringgit (Wayang), taler jagi ketadah olih Bhatara Kala raris nunas ring ajeng Bhatara Siwa mangda kepaica nadah Sanghyang Kumara.Ida Bhatara Siwa ngelugrain nanging sesampun Hyang Kumara ageng.Pungkuran prade Hyang Rare Kumara sampun mayusa pitung warsa (sapta warsa),irika raris Bhatara Kala wawu dados pacang nadah arin dane.
Nanging Bhatara Siwa sayang pisan ring Hyang Rare Kumara,irika ida sedih kingking prade Hyang Rare Kumara ketadah dening Bhetara Kala, sangkaning pawetone pateh ring Tumpek Ringgite (Wayang) .Antuk punika Bhatara Siwa, mastu Hyang Rare Kumara mangda tetep dados “rare” utawi anak alit. Nanging sesampun panemaya pitung warsa genep,irika raris rauh Bhetara Kala majeng ajine Bhetara Siwa,ngelungsur janji pacang kepaica nadah Hyang Rare Kumara.nanging Bhatara Siwa ngarsaang waneng malih tigang warsa (tri warsa).
Sesampun wates ikang kala tri warsa,rauh malih Bhetara Kala tangkil ring ajine ngetut panamaya pacang nadah Hyang Rare Kumara. Bhetara Kala bendu sangkanin arin ida mada-mada indik weton Hyang Kala ri wukuning ringgit utawi wayang. Mangda Hyang Rare Kumara tan ketadah dening Bhetara Kala,irika Ida Betara Siwa nitahang okan dane mangda tedun ke mercapada nunas prekanti/ perlindungan ring Prabhu Mayasura ring panegara Kertanegara. Hyang Rare Kumara raris tedun kecunduk ring Prabhu Mayasura saha ngelungsur kanti ,irika Hyang Rare Kumara nyaritayang pariindikan dane kekepung olih Hyang Kala jagi ketadah,irika ida sang prabu kasih mapitulung raris ring Hyang Rare Kumara,ngawit punika sang prabu gelar jurit ring nampenin sepengrauh Hyang Kala.
Sane mangkin caritayang Bhatara Kala sesampun tigang warsa kadi panamaya ,malih tangkil ring Bhetara Siwa ,ngetut semaya pacang nadah Hyang Rare Kumara, nanging Bhatara Siwa ngenikaang nenten manggihin Hyang Rare Kumara ,Ida ngenikaang reh Hyang Rare Kumara lunga tan pasamandana. Miragi penikaan Bhatara Siwa sane nenten manut ring pikayun,irika Hyang Kala bendu pisan,raris Ida Bhetara Kala ngambu tapak pertiwi Hyang Rare Kumara sane metilar ngungsi genah ke mayapada.
Ring pengungsian punika Sang Rare Kumara, ring telenging margi manggihin ambengan kantun metegul, raris Rare Kumara ngeranjing ketengahing ambengan metegul punika mengkeb. Bhatara Kala uning ring pengkeban Hyang Rare Kumara,irika ida megatin talin ambengane punika raris ngejuk Hyang Rare Kumara,nanging Hyang Rare Kumara presida lempas melaib saking genahe punika. Ritatkala punika Bhatara Kala ngutuk pastu “ ih kita manusa,yan kita ngiket alang-alang tan kalepas talinia,ingong bakal nadah kita,ika pastunku”
Sang Rare Kumara raris ngungsi genah tiosan manggihin saang mepesel,irika raris dane mengkeb,nanging Betara Kala terus ngambuin tampak enjekan Sang Rare Kumara, pangihina mengkeb ring saange sane kantun metegul punika,nanging Sang rare Kumara malih melaib ngencolang ,irika betara Kala malih mastu anak sane ngenahang saang sane kantun metugul,jagi ketadah.
Sang Rare Kumara manggihin anak nyakan nanging wirun-ne nenten metekep,irika dane mengkeb ten panggihina ring Betara Kala,ngencolang Sang Rare Kumara melaib malih,irika Betara Kala mastu yen sedek nyakan ten nekepin wirun jagi ketadah antuk Betara Kala. Pamuput rauh Sang Rare Kumara ring panegara Kertanegara raris polih prekanti ring Sang Prabhu Mayasura. Irika Sang Prabu Mayasura sareng para wadwa sami mesiat ngelawan Betara Kala ,nanging Sang Prabu kaon raris mamuit saking payudan,irika malih Betara Kala ngepung arine Sang Rare Kumara.
Kaceritayang Bhatara Siwa /Sanghyang Guru lan Dewi Uma, setata nyarengin Sang Rare Kumara, antuk wahana lembu putih ,rikala punika Sang Rare Kumara kepolihang olih Bhatara Kala, raris tadaha. Irika Sanghyang Siwa “mamastu” mangda Bhatara Kala ngutahang Sang Rare Kumara raris melaib malih mangda tan ketadah dening Betara Kala.Sesampun metegtegan irika Betara Kala malih ngepung Sang Rare Kumara ,pas rikala punika tengai tepet ketemu Bhatara Guru lan Dewi Uma, ngelinggihin lembu putih,gargita pisan kayun Ida Batara Kala jagi nadah Sanghyang Siwa sareng Dewi Uma,dwaning panugrahan Betara Siwa ring Betara Kala wenang nadah yen hana wong ngelintang salah dawuh lan salah lampah.
Nah Dewa Betara Kala,dadi cening nadah bapa yen sida cening nyawis cecimpedan Bapa,kene cecimpedane ento:
“Asta pada sad lungayan catur buto, dwi purusa eka baga, eka egul tri nabhi sad karna, dwi srenggi gopangopo sapta locanem”.
Irika Bhatara Kala nyawis,inggih bapa aji sane mewasta :
- Asta pada artosne cokor akutus nenten tios wantah cokor aji 2 cokor ibu 2 lan batis lembune malih papat,akutus dadosne sami.
- Sad lungayan artosne metangan 6,nika tangan aji 4 tangan biyang kekalih.
- Catur buto suksmane mebutuh 4,nika duen betara kalih lembu kekalih.
- Dwi purusa ,kekalih wenten prana purus,Betara nue asiki lembu muani malih siki.
- Eka baga asiki wenten predana duwen Dewi Uma.
- Eka egul artosne meikuh asiki nika ikuhne lembu.
- Tri nabhi :mepungsed tiga,puser Bhatara Siwa 1, Dewi Uma 1 lan lembu 1.
- Sad karna :mekuping 6, duen Bhatara Siwa 2, Dewi Uma 2, lembu 2.
- Dwi srenggi : metanduk kalih, inggih punika tandukne lembu.
- Sapta locanammepenyikan 7, Bhatara Siwa 2, Dewi Uma 2, lembu 2.malih siki ten keni antuk tityang..
Yening ring lontar Capa Kala, cecimpedane punika kebawos asapuniki :
Asta pado sadti karna, dwi srenggi sapta locana, catur bhuja tri nabhisca, eka baga dwi purusah..
Suwe Bhatara Kala nenten sida nyawis cimpedan Bhatara Siwa, ngantos suryane seng kauh. Bhatara Siwa metaken ring Betara Kala, men kenken cening suba kepineh ben idewa jawaban cecimpedan ajine,suba maan jawaban ? Betara Kala meneng,irika Betara Siwa maosang jawaban Betara Kala sampun patut nanging idewa kuang buin besik,penyikan ajine anak tetelu ane madan Tri Netra,ne bin besik dini ditengahing lelatan ajine kewala maya,mawanan aji meparab Sanghyang Tri Netra.
Dwaning Betara Kala nenten sida nyawis pitaken ajine,wangde sida nadah haji lan biyang dane,irika raris malih Betara Kala ngepung arine Sang Rare Kumara,kaceritaang Sang mangku Dalang sedek ngadaang wayang sapuh leger,panggihina Sang Rare Angon ketakutan jagi mengkeb,irika ki Dalang ngaturin genah mengkeb ring plawah gendere,ki Dalang raris ngelanturang lelampahane antuk suara keras lan ngelangenin anak sane nonton. Betara Kala taler sareng nonton klangen antuk lelampahane punika,ring ajeng kelir wenten banten caru sapuh leger,dwaning Batara Kala kaleson ngepung Sang Rare Kumara,telasanga ajenga caru lan banten penebasane punika,irika Sang Mangku Dalang, matur ring Bhatara Kala, “dados Betara nelasang nadah caru lan banten pengruwatan rare sane lekad ring wukun ringgit puniki ?,waliang malih bantene punika mangda ruatan puniki memargi antar.asapunika penikan ki Dalang
Bhetara Kala raris nyawis pitaken ki Dalang:ki dalang siaku seduk,dini ada dedaaran,daar ja,apa siaku pelih ? siaku sing ngidaang nguliang ki dalang dogen nguliang,nah kene nah mun siaku pelih jani siaku maang ki Dalang panugrahan:
Wastu mangku dalang manggih apadang, setata yogia ngayukti, wonge mrecapada, saluiring mahala-hala, miwah anglukat wong mati, apang nemu dalan apadang, saputra-putra eki.
Artos ipun: dumadak Sang Mangku Dalang ngamolihang kedarman, mepaica piteket luih,ring imanusa digumine, nyuciang/ngeruat mala wong pejah,wong lekad ring wuku ringgit,wastu rahayu sepreti sentanan nyane kawekas. Bhatara Siwa lan Dewi Uma, ngaksi taler kewentenane punika, raris Ida mapag Sang Rare Kumara, sareng sareng mewali ke Siwaloka.Asapunika carita indik tumpek wayang lan suksman nyapuh leger.
Mawinan ngantos mangkin pamekas umat Hindu ring jagat Bali percaya pisan yening medue rare lekad ring wukun wayang ,sanistane mangda polih tirtan wayang rikala mobot lan ngemargiang upacara sapuh leger rikala otonaipun yen sampun presida kemargiang. Tetujonipun nenten wenten tios gumanti mangda kalebar sehananing mala lan kutuk pastu Betara Kala ,mangda sida rahayu selantang uripnyane.Tios ring punika napi mawinan nunas tirtan wayang,dwaning ki dalang polih panugrahan Betara Kala sajeroning ngeruat rare sane lekad ring wuku wayang/ringgit,taler ring kakawin Arjuna Wiwaha kebaosang “Ahletan kelir sira saking Sanghyang Jagat Karana” suksmanipun Bhetara Siwa utawi Sanghyang Jagat Karana wantah mewates kelir kemanten ring iraga,menawi ring sekalane Ki Dalang pinaka peragan Siwa utawi Sanghyang Jagat Karana, mawinan tirtan ki Dalang pinaka tirtan Siwa sekala sane presida ngeruat mala. Ki Dalang taler ring sajeroning nyolahang wayang ngelampaang parilaksana suba asuba karma lan ngemargiang pemargi kahuripan ring jagate sekadi pemargin Bhetara Siwa,upaminipun rikala ngambil wayang niki pemargi NGUTPETI,wayang punika maurip sangkaning suara lan kasolahang olih ki Dalang,raris nyiatang,utawi melampaan nika sampun pemargi NYETITI,raris wusan lelampane,sami wayang punika keranjingang ring keropak sampun pemargi MRELINA,nika mawinan Bhetara Siwa kebaos Sanghyang Jagat Karana(sane ngewentanang jagat).