Nara sumber Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, MSi
Kesanga adalah hari penting bagi umat Hindu Bali dalam menggelar bhuta yadnya,memberikan suguhan kepada Sang Bhuta Kala agar somya sehingga terjadi harmonisasi kehidupan bhuana agung dan bhuana alit untuk menuju santhi jagatita,seluruh umat hindu di Bali melaksanakan pecaruan besar yang dikenal dengan taur kesanga yang diadakan dicatus pata wilayah lingkungan Desa adat,tingkat kabupaten hingga provinsi di gelar pecaruan ini,termasuk di rumah tangga masing masing umat hindu. Khusus untuk pacaruan di rumah masing-masing mulai dari merajan atau sanggah, masyarakat diwajibkan menghaturkan
banten saka sidan (sekemampuan)atau kalau memungkinkan pajati di kemulan, lengkapnya sebagai berikut :
1.
Di natar merajan menghaturkan segehan agung dan segehan
cacah sebanyak 33 tanding, dihaturkan kepada Bhuta Bucari.
2.
Di natar rumah menghaturkan segehan manca warna sebanyak 9
tanding,maulam be siap brumbun, boleh yang lebeng atau makaput. Lalu,
segehan itu matabuh arak berem dan toya anyar,dihaturkan kepada Sang Bhuta
Raja dan Kala Raja.
3.
Di lebuh agar menancapkan sanggah cucuk
dan dihaturkan banten peras, daksina, tipat kelan (playuan), dan arak
berem serta toya anyar.di bawah dihaturkan segehan cacah sebanyak 108 tanding
maulam jejeroan matah dan segehan agung matabuh arak berem dan toya anyar.dihaturkan
kepada Sang Kala Bala dan Sang Bhuta Bala.
Usai maturan di lingkungan rumah dan merajan dengan menggunakan tirta
pesaksi yang ditunas di margi catur, selanjutnya, anggota keluarga yang telah
menek kelih kalau bisa natab banten pabeyakala, prayascita, dan sasayut di
halaman rumah.,paling tidak dengan sayut sudamala sebagai prasarana pembersihan
diri dan lingkungan rumah. Setelah natab, barulah melaksanakan acara mabuu buu. Caranya dengan menyulut kraras atau
prakpak atau obor dan membuat berbagai bunyi - bunyian,seperti kulkul,dll.
Mulai dengan menaburkan nasi taur yang diperoleh di caru
catuspata(ngesanga),meobor obor,sembar tri ketuka(kakap,suna,jangu),sampat
kulkul atau bunyibunyian ,keliling mulai dari utama mandala,madya mandala dan
terakhir di Nista mandala lanjut ke lebuh hingga di depan rumah masing masing.
Upacara ngerupuk selesai,dengan pembersihan dan suguhan kepada buta kala tadi
diharapkan kita dan lingkungan bersih sebagai persiapan menyambut tahun baru
caka,merefragh diri,menghilangkan segala virus hati yang berlebel
sirik,iri,dengki,dendam,sombong angkuh dan sebagainya,sehingga ditandai dengan
hening bhuana agung dan bhuana alit merenung,mulat sarira kepada sang diri,sang
ego, melepaskannya dari sang hakiki ,jati diri sang murbeng dumadi yang maha
sunia. Sepi,Nyepi, sirep,mati maka ada catur Amati disebut dengan catur Brata
Penyepian seperti Mati Gni, mematikan api dalam diri,api kekuasaan,api ego,api
iri,dengki,sirik,api cemburu dan lainnya, lanjut Mati Lelungan atau tidak
bepergian,karena semua sipeng ingaraning sepi, pecalang menjaga batas desa,bila
ada orang lewat,maka mereka akan disanksi adat,kecuali dalam keadaan darurat
seperti sakit misalnya diijinkan lewat.Intinya agar tidak saling mengganggu.
Kemudian Mati Lelanguan artinya kekang diri khususnya hawa nafsu,nafsu telinga
yang ingin menghibur, menyarakan suara keras berkaraoike,stop dulu sementara
waktu,tidak menimbulkan kebisingan, kegaduhan sehingga tetangga merasa
terganggu dan sepi tidak terjadi. Terakhir Mati Karya, istirahat semua tidak
boleh bekerja,diam dirumah mengintrorsfeksi diri untuk mengisi lembaran baru di
tahun baru kita,semoga lebih bergairah dalam menghadapi kehidupan yang semakin
banyak tantangan,hambatan,ancaman dan gangguan. Semua kegagalan di masa lalu
dilihat kelemahannya carikan Solusi untuk mengatasinya sehingga menjadi kuat
dan bermartabat.Semoga semua berbahagia,rahayu sehat semuanya,astungkara.
Om Santi Santi Santi Om
Editor,
Klian Br Adat Tegenan Kelod:
Ttd.
I WAYAN SUIJI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar