Senin, 04 Maret 2024

Begini Tuntunan Prosesi Pangrupukan di Rumah Umat Hindu di Bali .

Nara sumber Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, MSi

Kesanga adalah hari penting bagi umat Hindu Bali dalam menggelar bhuta yadnya,memberikan suguhan kepada Sang Bhuta Kala agar somya sehingga terjadi harmonisasi kehidupan bhuana agung dan bhuana alit untuk menuju santhi jagatita,seluruh umat hindu di Bali melaksanakan pecaruan besar yang dikenal dengan taur kesanga yang diadakan dicatus pata wilayah lingkungan Desa adat,tingkat kabupaten hingga provinsi di gelar pecaruan ini,termasuk di rumah tangga masing masing umat hindu. Khusus untuk pacaruan di rumah masing-masing mulai dari merajan atau sanggah, masyarakat diwajibkan menghaturkan banten saka sidan (sekemampuan)atau kalau memungkinkan pajati di kemulan, lengkapnya sebagai berikut :

1.     Di natar merajan  menghaturkan segehan agung dan segehan cacah sebanyak 33 tanding, dihaturkan kepada Bhuta Bucari.

2.     Di natar rumah  menghaturkan segehan manca warna sebanyak 9 tanding,maulam be siap brumbun, boleh yang lebeng atau makaput. Lalu, segehan itu matabuh arak berem dan toya anyar,dihaturkan kepada Sang Bhuta Raja dan Kala Raja.

3.     Di lebuh agar menancapkan sanggah cucuk dan dihaturkan banten peras, daksina, tipat kelan (playuan), dan arak berem serta toya anyar.di bawah dihaturkan segehan cacah sebanyak 108 tanding maulam jejeroan matah dan segehan agung matabuh arak berem dan toya anyar.dihaturkan kepada Sang Kala Bala dan Sang Bhuta Bala.

Usai maturan di lingkungan rumah dan merajan dengan menggunakan tirta pesaksi yang ditunas di margi catur, selanjutnya, anggota keluarga yang telah menek kelih kalau bisa natab banten pabeyakala, prayascita, dan sasayut di halaman rumah.,paling tidak dengan sayut sudamala sebagai prasarana pembersihan diri dan lingkungan rumah. Setelah natab, barulah melaksanakan acara  mabuu buu. Caranya dengan menyulut kraras atau prakpak atau obor dan membuat berbagai bunyi - bunyian,seperti kulkul,dll. Mulai dengan menaburkan nasi taur yang diperoleh di caru catuspata(ngesanga),meobor obor,sembar tri ketuka(kakap,suna,jangu),sampat kulkul atau bunyibunyian ,keliling mulai dari utama mandala,madya mandala dan terakhir di Nista mandala lanjut ke lebuh hingga di depan rumah masing masing. Upacara ngerupuk selesai,dengan pembersihan dan suguhan kepada buta kala tadi diharapkan kita dan lingkungan bersih sebagai persiapan menyambut tahun baru caka,merefragh diri,menghilangkan segala virus hati yang berlebel sirik,iri,dengki,dendam,sombong angkuh dan sebagainya,sehingga ditandai dengan hening bhuana agung dan bhuana alit merenung,mulat sarira kepada sang diri,sang ego, melepaskannya dari sang hakiki ,jati diri sang murbeng dumadi yang maha sunia. Sepi,Nyepi, sirep,mati maka ada catur Amati disebut dengan catur Brata Penyepian seperti Mati Gni, mematikan api dalam diri,api kekuasaan,api ego,api iri,dengki,sirik,api cemburu dan lainnya, lanjut Mati Lelungan atau tidak bepergian,karena semua sipeng ingaraning sepi, pecalang menjaga batas desa,bila ada orang lewat,maka mereka akan disanksi adat,kecuali dalam keadaan darurat seperti sakit misalnya diijinkan lewat.Intinya agar tidak saling mengganggu. Kemudian Mati Lelanguan artinya kekang diri khususnya hawa nafsu,nafsu telinga yang ingin menghibur, menyarakan suara keras berkaraoike,stop dulu sementara waktu,tidak menimbulkan kebisingan, kegaduhan sehingga tetangga merasa terganggu dan sepi tidak terjadi. Terakhir Mati Karya, istirahat semua tidak boleh bekerja,diam dirumah mengintrorsfeksi diri untuk mengisi lembaran baru di tahun baru kita,semoga lebih bergairah dalam menghadapi kehidupan yang semakin banyak tantangan,hambatan,ancaman dan gangguan. Semua kegagalan di masa lalu dilihat kelemahannya carikan Solusi untuk mengatasinya sehingga menjadi kuat dan bermartabat.Semoga semua berbahagia,rahayu sehat semuanya,astungkara.

Om Santi Santi Santi Om

Editor,

Klian Br Adat Tegenan Kelod:

Ttd.

 

I WAYAN SUIJI

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar