Ngelawang adalah tradisi ngeluar petapakan Ida Bhetara menjelajahi desa yang bertujuan untuk melihat,menyaksikan dan memantau sekeliling desa untuk memberikan anugrah keselamatan dan kerahayuan penduduk desa agar tidak diganggu para bhuta kala dan makluk halus lainnya.
Demikian halnya dengan petapakan Ratu Gede Tanggul Gumi untuk pertama kalinya melaksanakan prosesi ngelawang yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Banjar Adat Tegenan Kelod,tradisi yang sudah punah ini kembali dibangkitkan,karena dinilai memiliki historis yang cukup kuat di wilayah ini khususnya di Desa Adat Tegenan. Prosesi yang rencananya dimulai jam 14.00 dimajukan menjadi jam 11.00 mengingat cuaca kurang bersahabat,acara dimulai nangiang Ratu Gde di pelinggihnya di Pura Tulak Tanggul sebagai stana Bhetara Ratu Lingsir Tanggul Gumi,Ratu Niang Sapuh Jagat,Sanghyang Suratma,Jogormanik dan Cikrabala sehingga saat ngaben disinilah matur piuning,namun secara historis (lihat sejarah tempat tempat di Desa Tegenan) Pura ini adalah sebagai benteng/tanggul Desa Tegenan bagian selatan sedangkan bagian utaranya adalah Pura Pekandelan keduanya berfungsi untuk membentengi umatnya dari mara bahaya atau gangguan gangguan. Untuk pelaksanaan mundut ida Bhetara dilaksanakan secara estapet,krama tempek Lemo mundut dari pelinggih hingga batas utara di decker tempek lemo sebagai batas utara,pada saat inilah sesampainya di batas desa tempat pemendakan,terjadi hal magis dimana pemundut bagian depat I Wayan Gde Pradnya ketua grup Supra Iwo,kelinggihan sehingga tanpa sadar petapakannya menari nari dengan sangat kuatnya hingga dipegang pecalang dan pradnyana diganti tetapi tidak bisa,tetep kesurupan masuk lagi bahkan dia berucap "nira seneng lakar mesolah" sehingga dibiarkan masuk menari lagi,sesudah selesai ia tidak sadarkan diri,namun pemundut belakang I Wayan Gede Suarnata (koordinator tempek lemo) yang kesurupan joga bergetar dan akhirnya tidak sadarkan diri. barulah Petapakan Ida Betara di linggihkan diatas pangpang,lanjut dipendak. Usai persembahyangan lanjut menuju batas selatan desa di Pacung, yang mundut adlah tempek dauh margi hingga di margi catur diganti oleh tempek dangin margi hingga pacung,sampai disini di pendak oleh krama poh tanggul,tempek poh tanggul mundut hingga di pelinggih kembali melinggih yang dipimpin upacaranya oleh Jero Dewi. Usai melinggih salah seorang pecalang dengan serunya menceritakan kejadian waktu di tempek lemo saat Ida mesolah,padahal Prad nyana yang mundut sudah keluar tetapi pengadeg beliau terasa bergerak-kuat dan seperti maaf,memegang tali kaung yang sedang birahi,sangat kuat sekali saya rasakan ujar Guru Megengyang mengabih bagian depan petapakan, Salah seorang yang merasakan kegaiban itu bendahara banjar adat I MAde Entegan,ia dengan terengah-engah memperagakan kejadian itu bahkan sampai merinding bulu tangannya. Jero Dalang Bawa salah seorang penglingsir yang dengan semangatnya ikut ngiringang Ida Bhetara dari awal hingga selesai melinggih,beliau tampaknya cukup kuat dan ia percaya dengan magisnya beliau,karena waktu kecil ia sering mundut saat ngelawang,dan kemudian karena bencana 1963 barong bangkung itu dilupakan dan punah,ujarnya.
Sementara itu Mk.Manik Puspa Yoga menyampaikan rasa syukurnya karena prosesi ini dapat berjalan lancar dan ditandai dengan tedunnya Ida Bhetara cuaca sangat bersahabat,karena beberapa menit setelah Ida Bhetara melinggih turun hujan lebat,itu bertanda Ida Sesuhunan berkenan tedun melila cita. Kepada segenap krama,seka gong remaja pimpinan I Wayan Rama,semeton Pecalang dan semua krama yang sudah mendukung seperti Jero Dalang Sujata,Mk.Eka,Bibi KArmiasih,Ni Nyoman Suli (pinjamkan cary) ,Wayan Pagiarta(pinjamkan sound ) dan lain lain tityang atas nama krama menyampaikan banyak terimakasih. Semoga dengan terselenggaranya acara ini,kerahayuan krama, tumbuhan,hewan,makhluk hidup dan sedaging jagat presida rahayu,ungkapnya.
Bendesa Adat Tegenan Jero Wana Yasa menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya kepada krama Banjar Adat Tegenan Kelod yang diinisiasi oleh Mk Manik ,Mk.Lanus,Km.Selahdana,dan kawan kawan sehingga petapakan Ida Betara bisa terwujud kembali,ini adalah sebagai upaya pelestarian budaya dan tradisi yang bertujuan untuk kerahayuan jagat dan seisinya khususnya di jagat Desa Adat Tegenan,semoga tradisi tradisi yang sudah punah bisa dibangkitkan kembali sehingga memiliki nilai magis yang kuat untuk keselamatan kita semua,ujarnya.
Demikian kegiatan ini dapat berlangsung lancar dan mendapat sambutan antusias dari segenap krama dari Krama pengarep,Seka Teruna dibawah kordinasi Wayan Yoga,Seka Gong Remaja,Pecalang ,Pemangku, semuanya ngayah dengan iklah,karena pecalang dan seka gong tidak mendapat suguhan apa apa,hanya ucapan terimakasih kepada semuanya,matur suksma,rahayu.(manixs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar