Pura Prajapati/Mrajapati/Rajapatimerupakat tempat suci pemujaan Hyang Widhi dalam prebawanya sebagai Prajapati dan Dewi Durga,yang dibangun di hulun cetra,bentuk bangunannya berupa Padma dan bebaturan linggih Sedahan Setra,seperti disebutkan dalam Babad Bali,tetapi ada juga membangun dalam bentuk gedong,sesuai desa kala patra. Bahkan dalam Tri Mandala Pura Besakih,Prajapati juga sebagai stana Hyang Panca Maha Bhuta,sedangkan dalam lontar Anda Bhuana disebutkan Prajapati adalah stana Hyang Pramesti Guru dan Dewi Durga.
Demikian halnya dengan Pura Prajapati Desa Adat Tegenan yang dulunya hanya bebaturan kecil,sekitar tahun 1956 dibangun dan diprakarsai oleh alm.Ida Hyang yang waktu hidupnya bernama Jero Putus yang juga merintis pembangunan Margi Catur/Catus Pata,Margi Tiga/Pateluan yang dibangun tahun 1972 bersama Ida Hyang yang semasa hidupnya bernama guru Nyoman Soeidji. juga waktu itu nangiang petapakan Betari nini sebanyak 3 pengadeg dengan triwarna(Putih,Merah dan Hitam) karena permintaan niskala. karena satu dan lain hal untuk keamanan ketiga pretima itu distanakan di Dukuh dan di prajapati tidak ada sejak 2002,kemudian tahun 2005 ada upacara ngenteg linggih maka dilengkapilah dengan patung durga dewi oleh klian Banjar Adat Mk.Manik. Selanjutnya Keadaan pura yang terdiri dari 2 mandala yang sempit ,klian banjar mengusulkan agar BKK diarahkan ke prajapati untuk membangun gedong dan tembok batu, bendesa Mk.Kadek Sedana menyetujui,sehingga gedong prajapati direnovasi baru dengan pelinggih gedong mesekanda dari ukiran pasir laut,sehingga gedong awal di sebelah selatan dibongkar dan tahun berikutnya dimasa akhir kepemimpinannya dibangun Candi,tembok dan apit lawang dari batu yang pembongkarannya oleh krama Desa Adat secara bergotong royong dijadikan satu mandala,sehingga lebih luas dari sebelumnya sehingga lebih banyak dapat menampung pemedek,terutama saat upacara pitra yadnya/ngaben.
Setelah kondisi pura semakin baik,jan bangul Pura Prajapati Jero Surya Darma mendapat petunjuk agar petapakan beliau diwujudkan kembali ditempat semula dan juga petunjuk niskala lainnya sebulan lalu didapat dari salah seorang krama agar beliau pada kesanga ini bisa mesolah di margi catur ,sehingga Mk.Manik selaku klian banjar dalam waktu singkat mengakomodirnya karena ingin melestarikan tradisi leluhur,kemudian dikordinasikan dengan bendesa dan disepakati menggunakan dana kontribusi dari PT.Bali Agung Waters setelah diadakan rapat dan disepakati dengan prejuru dan penglingsir desa,untuk mengadakan petapakan dengan lidah 9 warna merah setelah dijajagi seharga Rp.25.000.000 serta membuat pelinggih penyimpenan ,pondasi,busana dll,senilai Rp.10 jutaan. Astungkara hari ini rahina kajeng klion kuningan jam 16.00 di plaspas dan dipasupati oleh jan bangul Pura Prajapati disaksikan oleh Bendesa,Prejuru Desa,Ketua Paiketan Pemangku,Ketua Pakis,Klian Banjar Kaler Kelod dan prejurunya,Ketua Serati,juga dihadiri Mk.Kadek Sedana mantan Bendesa,walaupun dalam keadaan hujan gerimis,acara dapat berlangsung lancar dan pada kesempatan ini saya apresiasi dan ucapkan terimakasih banyak kepada segenap krama desa yang sudah berpartisipasi medana punia baik perorangan maupun atas nama lembaga utama kepada pemrakarsa dan jan bangul pura prajapati Jero Suryadarma ,semoga dengan metanginya beliau,kita krama desa adat Tegenan dikaruniaa kerahayuan,ujar bendesa I Ketut Wana Yasa (manixs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar